KAJIAN SINGKAT TENTANG MANTRA
Oleh :I Wayan Sudarma (Shri Danu D.P)
Oleh :I Wayan Sudarma (Shri Danu D.P)
Om Swastyastu
“Om sahana vavatu sahana bhunaktu,
Saha viryam karavavahai,
Tejasvināvaditham āstu mā vidviṣā vahai”.
“Om sahana vavatu sahana bhunaktu,
Saha viryam karavavahai,
Tejasvināvaditham āstu mā vidviṣā vahai”.
Ya Tuhan semoga kami dapat belajar bersama,
berkembang bersama, memperoleh pengetahuan bersama. Semoga tidak terjadi suatu
kesalahpahaman di antara kami. Dan apabila terjadi sesuatu kesalahan secara
sengaja atau tidak sengaja, semoga kami dapat saling memaafkan.
A. Pendahuluan
Dalam melaksanakan puja bhakti
kepada Brahman, umat Hindu diberikan kebebasan untuk dapat mewujudkan
bentuk Śraddhā tersebut. Secara umum bentuk Bhakti umat Hindu dapat
dilakukan dengan menggunakan: mantra, yantra, tantra, yajña, dan yoga.
Mantra adalah doa-doa yang harus diucapkan oleh umat kebanyakan, pinandita,
pandita sesuai dengan tingkatannya. Yantra adalah alat atau simbol-simbol
keagamaan yang diyakini mempunyai kekuatan spiritual untuk meningkatkan
kesucian. Tantra adalah kekuatan suci dalam diri yang dibangkitkan dengan
cara-cara yang ditetapkan dalam kitab suci. Yajña yaitu pengabdia yang
ulus ikhlas atas dasar kesadaran untuk dipersembahkan sehingga dapat
meningkatkan kesucian. Dan Yoga artinya mengendalikan gelombang-gelombang
pikiran dalam alam pikiran untuk dapat berhubungan dengan Tuhan, yang dapat
dilakukan melalui Astangga Yoga (yama, niyama, asana, pranayama,
prathyahara, dharana, dhyana, dan samadhi) (Bhagavan Shri Sathya Sai Baba,
1995: 12).
————-* Disampaikan pada acara pembinaan SDM Hindu Karyawan PT. Indosat Tbk. Purwakarta, 13-15 Pebruari 2007
** Penyuluh Agama Hindu Kota Bekasi
————-
B. Mantra
Berkaitan dengan pengucapan
Mantra, apakah mantra itu?. Mantra berasal dari suku kata Man
(Manana) dan kata Tra (Trana) yang berarti pembebasan dari ikatan
samsara atau dunia phenomena ini. Dari kombinasi Man dan Tra itulah
disebut mantra yang berarti dapat memanggil datang (Amantrana).
Mantra merupakan sebuah kata atau kombinasi beberapa buah kata yang sangat
kuat atau ampuh, yang didengar oleh orang bijak dan yang dapat membawa
seseorang yang mengucapkannya melintasi lautan kelahiran kembali, inilah yang
merupakan arti mantra yang tertingi. Arti mantra yang lebih rendah adalah
rumusan gaib untuk melepaskan berbagai kesulitan atau untuk memenuhi
bermacam-macam keinginan duniawi, tergantung dari motif pengucapan mantra
tersebut. Mantra adalah sebuah kekuatan kata yang dapat dipergunakan untuk
mewujudkan keinginan spiritual atau keinginan material, yang dapat dipergunakan
demi kesejahteraan ataupun penghancuran diri seseorang. Mantra
seperti energi atom yaitu suatu tenaga yang bertindak sesuai dengan
rasa bhakti seseorang yang mempergunakannya. Sabda adalah Brahman, karena itu
ya menjadi penyebab Brāhmanda manifestasi chit sakti itu sendiri
seperti yang disebutkan dalam Vishvasara Tantra, yaitu ”Parabrahman itu sebagai
sabda Brahman yang substansinya semua adalah mantra, dan yang berada di dalam
wujud jivātma”. Bentuk itu sebagian tidak beraksara (Dhvani), sebagian
lagi beraksara (Varna). Yang tidak beraksara itulah yang memunculkan yang
beraksara, dan itulah aspek yang halus dari Śākti yang menghidupkan jiwa itu
(Svami Rama: 1984: 24).
Sedangkan Prapancha
Sara mengatakan bahwa: ’ Brāhmanda diresapi oleh sakti, yang terdiri atas
Dhvani, yang juga disebut Nada, Prana, dan sebagainya”. Manifestasi dari Sabda
menjadi wujud kasar (Sthūla) itu tidak bisa terjadi terkecuali Sabda itu ada
dalam wujud halus (Suksma). Dari penjelasan tersebut, dapata dipahami bahwa
Mantra merupakan aspek dari Brahman dan seluruh manfestasi Kulakundalini.
Secara filosofis sabda itu adalah guna dari Akasa atau ruang ethernal. Tetapi
sabda itu bukan produksi Akasa. Sabda memanifestasikan diri di dalam Akasa.
Sabda itu adalah Brahman, seperti halnya di antariksa, gelombang bunyi
dihasilkan oleh gerakan-gerakan udara (Vāyu); karena itu di dalam rongga jiwa
atau di rongga tubuh yang menyelubungi jiwa gelombang bunyi dihasilkan sesuai
dengan gerakan-gerakan Praṇa
vāyu dan preses menarik napas dan mengeluarkan napas.
Mantra disusun dengan
menggunakan akṣara-akṣara tertentu, diatur sedemikian rupa sehingga
menghasilkan suatu bentuk bunyi, sdangkan huruf-huruf itu sebagai
perlambang-perlambang dari bunyi tersebut. Untuk menghasilkan pengaruh yang
dikehendaki, mantra harus disuarakan dengan cara yang tepat, sesuai dengan
svara (ritme) dan varna
(bunyi). Huruf-huruf penyusunannya pada dasarnya ialah mantra sastra,
karena itu dikatakan sebagai perwujudan Śastra dan Tantra yang terdiri
atas Mantra adalah Paramātma., Veda sebagai Jivātma, Dharsana sebagai indriya,
Puraṇa sebagai jasad, dan Smṛti sebagai anggota. Karena itu Tantra
merupakan Śākti dan kesadaran, yang terdiri atas mantra. Mantra tidak sama
dengan doa-doa atau kata-kata untuk menasehati diri (Ātmanivedana).
Dalam Nitya Tantra, disebutkan berbagai nama
terhadap mantra menurut jumlah suku katanya. Mantra yang terdiri dari satu suku
kata disebut Pinda. Mantra tiga suku kata disebut Kartari, yang terdiri dari
empat suku kata smpai sembilan suku kata disebut Vija Mantra, sepuluh sampai
duapuluh suku kata disebut Mantra, dan yang terdiri lebih dari duapuluh suku
kata disebut Mālā. Tetapi istilah Vija juga diberikan kepada mantra
yang bersuku kata tunggal.
C. Jenis-jenis
Mantra
Berdasarkan sumbernya mantra ada
bermacam-macam jenis yang secara garis besar dapat dipisahkan menjadi; Vedik
mantra, Tantrika mantra, dan Puraṇik
mantra. Sedangkan berdasarkan sifatnya mantra dapat terbagi menjadi; Śāttvika
mantra (mantra yang diucapkan guna untuk pencerahan, sinar, kebijaksanaan,
kasih sayang Tuhan tertinggi, cinta kasih dan perwujudan Tuhan), Rājasika
mantra (mantra yang diucapkan guna kemakmuran duniawi serta kesejahteraan
anak-cucu), Tāmasika mantra (mantra yang diucapkan guna mendamaikan
roh-roh jahat, untuk menghancurkan atau menyengsarakan orang lain, ataupun
perbuatan-perbuatan kejam lainnya/Vama marga/Ilmu Hitam). Disamping itu mantra
juga dapat dibagi menjadi:
1.
Mantra: yang berupa sebuah daya pemikiran yang
diberikan dalam bentuk beberapa suku kata atau kata, guna keperluan meditasi
dari seorang guru (Mantra Diksa).
2.
Stotra: doa-doa kepada para devata, Stotra ada
yang bersifat umum, yaitu; yang dipergunakan untuk kepentingan umum yang harus
datang dari Tuhan sesuai dengan kehendakNya, misalnya doa-doa yang diucapkan
oleh para rohaniawan ketika memimpin persembahyangan, sedangkan Stotra yang
bersifat khusus adalah doa-doa dari seoarang pribadi kepada Tuhan untuk
memenuhi beberapa keinginan khususnya, misalnya doa memohon anak, dan
sebagainya.
3.
Kāvaca Mantra: mantra yang dipergunakan untuk
benteng atau perlindungan dari berbagai rintangan.
Dalam kitab Nirukta Vedangga,
mantra dapat dibagi menjadi 3 sesuai dengan tingkat kesukarannya, yaitu:
1.
Paroksa Mantra, yaitu mantra yang memiliki tingkat
kesukaran yang paling tinggi. Hal ini disebabkan mantra jenis ini hanya dapat
dijangkau arti dan maknanya kalau diwahyukan oleh Tuhan. Tanpa sabda Tuhan
mantra ini tidak mungkin dapat dipahami.
2.
Adyatmika Mantra, yaitu mantra yang memiliki
tingkat kesukaran yang lebih rendah. Mantra ini dapat dicapai maknanya melalui
proses pensucian diri. Orang yang rohaninya masih kotor, tidak mungkin dapat
memahami arti dan fungsi jenis mantra ini.
3.
Pratyāksa Mantra, yaitu mantra yang lebih mudah
dipahami. Untuk menjangkau makna mantra ini dapat hanya mengandalkan ketajaman
pikiran dan indriya.
Disamping itu ada juga jenis
mantra yang ditulis baik dalam buku, kitab, lontar yang disebut Varnātmaka
Sabda, yang terdiri dari suku kata, kata ataupun kalimat. Sedangkan mantra yang
diucapkan disebut Dhvanyātma Sabda, yang merupakan nada atau perwujudan dari
pikiran melaui suara tertentu, yang dapat berupa suara saja atau kata-kata yang
diucapkan ataupun dilagukan dan setiap macamnya dipergunakan sesuai dengan
keperluan, kemampuan serta motif pelaksana.
D. Cara
mengucapkan Mantra
1.
Vāikari, yaitu mengucapkan mantra dengan
mengeluarka suara dan dapat didengar oleh orang lain, kekuatan mantra yang
diucapkan dengan cara ini akan mampu memecah guna tāmas (kelambanan), ketakutan
yang ada pada diri seseorang. Cocok dipakai bagi para sadhaka pemula dan dapat
menghancurkan energi negatif yang ada di sekitar pengucapnya.
2.
Upamsu, yaitu mantra yang diucapkan yang hanya
didengar oleh orang yang mengucapkannya saja (berbisik-bisik), kekuatan mantra
yang diucapkan dengan teknik ini dapat memurnikan guna rājas (nafsu).
Jika mantra ini diucapkan dengan cara ini juga dapat memberikan perlindungan
(kāvaca) dari berbagai gangguan (lingkungan, energi negatif, roh jahat,
dan sebagainya).
3.
Mānasika, yaitu mantra yang diucapkan dalam hati,
bermeditasi pada jiwa dari mantra serta arti dari kata-kata suci tersebut tanpa
menggerakkan lidah ataupun bibir. Kekuatan mantra ini akan dapat menumbuhkan
kesadaran illahi pada diri yang mengucapkannya, sedangkan yang bermeditasi pada
irama pernapasan dengan menggunakan mantra disebut Ajapajapa.
E. Kualitas
Mantra
1.
Produktif, yaitu dipakai dalam rangka meningkatkan
kesadaran illahi, semata-mata untuk memuliakan kebesaran Brahmandengan segala
prabavaNya, sehingga muncul perasaan welas asih, cinta, dan pengabdian,
terbebas dari ego kepemilikian dan nafsu, dipakai sebagai media untuk
menyebrangkan sang jiwa melewati lautan samsara/penderitaan kelahiran-kematian.
2.
Protektif, yaitu kualitas mantra yang dipakai
untuk kelangsungan hidup secara duniawi, memenuhi keinginan (kama),
memperoleh artha, keturunan, kemuliaan, kemewahan, kesehatan, kewibawaan,
kedudukan, dan sebagainya.
3.
Destruktif, kualitas mantra yang dipakai untuk
kegiatan menundukkan lawan, menghancurkan penyakit, mencelakakan orang lain,
termasuk ilmu hitam. (Sudarma, 2003: 164).
Terlepas dari hal tersebut di
atas, sebuah mantra akan dapat memberikan manfaat maksimal (śākti, śiddhi,
suci) baik kepada uyang mengucapkannya maupun orang lain dan lingkungan dalam
bentuk vibrasi dipengaruhi oleh beberapa hal prinsip, yaitu:
1.
Śraddhā; keyakinan yang mendalam terhadap sebuah
mantra yang dipakai media untuk merealisasikan tujuan tersebut. Tanpa
keyakinan, sama halnya ketika sakit lalu pergi ke dokter dan minta diobati
tetapi kita tidak yakin terhadap resep dan anjuran dokter tersebut, tentu kita
tidak akan sembuh.
2.
Bhakti; perasaan hormat, rindu, cinta kasih, yang
mendalam terhadap mantra tersebut, memperlakukan mantra itu seperti kita
merawat diri sendiri, Dia adalah istri yang sesungguhnya yang dengan setia
menyertai langkah kita. Tanpa bhakti mantra apapun akan menjadi bumerang buat
kita. Kasih dan hormat pada mantra dengan keyakinan pada hasil yang
dijanjikannya jauh lebih penting daripada sekedar pengulang-ulangan secara
mekanis dengan pikiran ngelantur kemana-mana.
3.
Sadhāna, cepat atau lambatnya sebuah mantra
memberikan manfaat kepada kita adalah karena Sadhāna (disiplin spiritual),
Bagaimana mungkin mantra akan menjadi Śiddhi apalagi Śākti kalau
hanya diucapkan seminggu sekali atau bahkan sebulan sekali, sementara kita
setiap saat berhubungan dengan dunia maya yang senantiasa mengkontaminasi
badan, emosi, dan jiwa kita. Lukakanlah Sadhāna dengan konsisten
dan berkesinambungan. Tidak perlu tahu banyak mantra tetapi kita tidak
paham terhadap arti, makna yang tersirat didalamnya, cukup satu mantra tetapi
kita paham dan memiliki Sadhāna . saat ini, banyak orang tahu banyak jenis
mantra tersebut, hal seperti itu tak ubahnya seperti tong kosong yang bunyinya
nyaring tapi tidak memiliki kekuatan.
4.
Chānda; teknik pengucapan mantra sangat penting
keberadaannya, karena jika sebuah mantra salah memberikan penekanan dan
pemenggalan sesuai dengan Chānda atau guru laghu dan guru bhasanya, tentunya
akan memiliki arti dan maksud yang berbeda. Mengenai irama itu sesuai dengan
bakat suara masing-masing sadhaka.
5.
Kriya; kegiatan berupa pemujaan, baik luar maupun
dalam dengan pengetahuan tentang arti esoterik dan eksoteriknya, ataupun
pemujaan dalam semacam pengorbanan ke-akuan atau pembakaran segala keinginan.
(Sudarma, 1998: 6).
F. Penggunaan
Mantra
Menurut waktu penggunaannya
mantra dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1.
Nitya Karma Puja, yaitu pengucapan mantra yang
dilaksanakan setiap hari secara rutin, misalnya seperti Puja Tri Saṇdhya, yang dilaksanakan setiap hari. Nitya
Karma Puja ada dua jenis, yaitu:
a.
Saṇdhyā Vandanā
atau Saṇdhyŏpāsanā, yaitu pemujaan yang
dilakukan pada setiap pertemuan waktu, artinya doa dan pemujaan yang
dipersembahkan kepada Tuhan, pada pertemuan waktu (saṇdhi) malam hari dengan pagi hari, tengah hari dan pertemuan
antara sore hari dengan malam. Saṇdhyŏpāsanā
harus dilakukan pada saat Saṇdhya yang
tepat, agar mendapat manfaat yang sebesar-besarnya berupa Brahma
Teja (Pencerahan Brahman), karena pada tiap-tiap Saṇdhya itu terdapat perwujudan kekuatan khusus yang akan
lenyap apabila Saṇdhya tersebut
berlalu. Kekuatan-kekuatan khusus tersebut dapat memotong rantai saṁsara masa lalu dan mengubah seluruh situasi
masa lalu seseorang, serta memberikan kemurnian dan keberhasilan setiap usaha,
dan menjadikannya penuh daya serta ketenangan. Pelaksanannya Saṇdhya mutlak diperlukan bagi seseorang yang
menelusuri jalan kebenaran, karena pelaksanaan Saṇdhya
merupakan kombinasi dari Japa Upāsana, Svadhyāya, Meditasi, Konsentrasi,
Āsana,, Praṇāyāma, dan lain sebagainya.
Pelaksanaan Saṇdhyŏpāsanā bersifat
wajib, perlu dipelajari tata tertib pelaksanaannya agar memperoleh manfaat yang
sebesar-besarnya; karena kalau tidak dilaksanakan akan menimbulkan Pratyavaya
Doṣa atau doda karena lalai, dan jelas
akan kehilangan Brahmma Teja atau kecemerlangan spiritual. Referensi bacaan:
Chandogya Upaniṣad II.24, I.24, III.16, I.7; Brahma Upaniṣad; Maitreya Upaniṣad II.13-14; Jabalŏpaniṣad. 12,13, dan sebagainya.
b.
Japa atau Namasmarana, yaitu pemujaan yang dilakukan
untuk mengagungkan nama-nama suci Tuhan dengan cara menyebut secara
berulang-ulang. Dapat pula dibantu dengan mala/rudraksa/ruas jari tangan atau
menuliskannya di buku secara terus-menerus/berulang-ulang.
2.
Naimitika Karma Puja, yaitu pengucapan mantra yang
dilakukan secara insidential pada waktu-waktu tertentu saja. Misalnya: mantra
yang diucapkan ketika upacara abhiseka, peletakan batu pertama, dalam berbagai
samskāra, Purnama, Tilem, dan sebagainya. Dalam pelaksanaannya Naimitika Karma
Puja ini ada yang berdasarkan Panca Wara, Sapta Wara, Wuku, Sasih/Bulan,
Varsa/tahun, dan berbagai kejadian yang dianggap penting, seperti Gerhana
Matahari, Gerhana Bulan, Wabah, tempat angker, dan sebagainya.
G. Beberapa
Contoh Mantra Penting
·
Guru Pūja:
Om guru brahmā guru viṣṇu, guru deva maheśvara, guru śaksat param brahma, tasmei śri guruve namaḥ (Guru Sotra 14)
(Ya Tuhan kami memujaMu sebagai Brahma-Viṣṇu- Maheśvara yang merupakan guru semesta alam, demikian pula semua guru kerohanian yang sesungguhnya merupakan perwujudanMu sendiri. Hamba bersembah sujud di kaki padmaMu.)
Om guru brahmā guru viṣṇu, guru deva maheśvara, guru śaksat param brahma, tasmei śri guruve namaḥ (Guru Sotra 14)
(Ya Tuhan kami memujaMu sebagai Brahma-Viṣṇu- Maheśvara yang merupakan guru semesta alam, demikian pula semua guru kerohanian yang sesungguhnya merupakan perwujudanMu sendiri. Hamba bersembah sujud di kaki padmaMu.)
·
Mantra untuk memohon kesejahteraan:
Om ayur dehi dhānam dehi, Vidyam dehi maheśvāri, Samstamakhilam dehi, Dehime pārameśvāri
(Ya Tuhan berikan kami umur panjang, berikan kami kesejahteraan, berikan kami pengetahuan suci Oh Paramesvari, berikan kami segala-galanya. Oh Paramesvari limpahkan kami sebanyak-banyaknya)
Om ayur dehi dhānam dehi, Vidyam dehi maheśvāri, Samstamakhilam dehi, Dehime pārameśvāri
(Ya Tuhan berikan kami umur panjang, berikan kami kesejahteraan, berikan kami pengetahuan suci Oh Paramesvari, berikan kami segala-galanya. Oh Paramesvari limpahkan kami sebanyak-banyaknya)
·
Mahāmṛtyunjaya
Mantra:
Om trayam bhakam yajāmahe, sugandhim puṣṭi vardhanam, urvārukam iva bandhanāt, mṛtyor mukṣya māmṛtāt. (Ṛgveda VII. 59. 12)
(Kami memuja Hyang Rudra (Trayambhaka) yang menyebarkan keharuman dan memperbanyak makanan. Semoga Ia melepaskan kami, seperti buah mentimun dari batangnya, dari kematian dan bukan dari kekekalan.)
Om trayam bhakam yajāmahe, sugandhim puṣṭi vardhanam, urvārukam iva bandhanāt, mṛtyor mukṣya māmṛtāt. (Ṛgveda VII. 59. 12)
(Kami memuja Hyang Rudra (Trayambhaka) yang menyebarkan keharuman dan memperbanyak makanan. Semoga Ia melepaskan kami, seperti buah mentimun dari batangnya, dari kematian dan bukan dari kekekalan.)
·
Mantra Mohon Bimbingan Spiritual:
Om astao mā sadgamaya, Tāmaso mā jyotir gamaya, mṛtyor mā amṛtam gamaya ( Bṛhad Araṇyaka Upaniṣad I. 3. 28)
(Ya Tuhan. Bimbinglah kami dari yang tidak benar menuju yang benar. Bimbinglah kami dari kegelapan (pikiran) menuju cahaya (pengetahuan) yang terang. Bimbing kami dari kematian menuju kehidupan yang abadi.)
Om astao mā sadgamaya, Tāmaso mā jyotir gamaya, mṛtyor mā amṛtam gamaya ( Bṛhad Araṇyaka Upaniṣad I. 3. 28)
(Ya Tuhan. Bimbinglah kami dari yang tidak benar menuju yang benar. Bimbinglah kami dari kegelapan (pikiran) menuju cahaya (pengetahuan) yang terang. Bimbing kami dari kematian menuju kehidupan yang abadi.)
·
Mantra untuk para karyawan/pengusaha/wiraswasta:
Om namastestu mahāmāye śrīpīthe sura pūjite, śaṅkha chakra gadā haste śrī mahā lakṣmi namostute.
(Lindungilah kami selalu Oh Tuhan, pemberi rejeki dan kesejahteraan (dalam bentukMu sebagai dewi Laksmi), sehingga kami tidak kekurangan sesuatu, bahkandapat membantu mereka yang kekurangan)
Om namastestu mahāmāye śrīpīthe sura pūjite, śaṅkha chakra gadā haste śrī mahā lakṣmi namostute.
(Lindungilah kami selalu Oh Tuhan, pemberi rejeki dan kesejahteraan (dalam bentukMu sebagai dewi Laksmi), sehingga kami tidak kekurangan sesuatu, bahkandapat membantu mereka yang kekurangan)
·
Doa memohon kebijaksanaan;
Om bhadram karnebhih sṛnuyāma deva, bhadram pasyemaksabhir yajatrah, sṭhirair anggais tustusvamas, tanubhir vyasemahi deva hitam yad ayuh (Yajurveda. 25.21)
(Ya Tuhan Yang Maha Esa, anugrahkanlah karuniaMu supaya kami dapat mendengar yang baik dari telinga kami, selalu melihat yang baik dengan mata kami, berikanlah kekuatan badan yang sehat supaya kami selalu dapat memujaMu dan sesuai dengan karma kami mendapatkan hidup yang lengkap dan tidak meninggal sebelum waktunya.)
Om bhadram karnebhih sṛnuyāma deva, bhadram pasyemaksabhir yajatrah, sṭhirair anggais tustusvamas, tanubhir vyasemahi deva hitam yad ayuh (Yajurveda. 25.21)
(Ya Tuhan Yang Maha Esa, anugrahkanlah karuniaMu supaya kami dapat mendengar yang baik dari telinga kami, selalu melihat yang baik dengan mata kami, berikanlah kekuatan badan yang sehat supaya kami selalu dapat memujaMu dan sesuai dengan karma kami mendapatkan hidup yang lengkap dan tidak meninggal sebelum waktunya.)
Om drte drmha
māmitrasya mā, caksusa sarvani bhūtani samīksantam, Mitrasya ham caksusa
sarvani bhutani , samikse mitrasya caksusa samīksamahe (Yajurveda, V. 36. 18)
(Ya Tuhan penghancur duka, berikanlah karunia supaya kami jauh dari iri hati, dan selalu menjadi sahabat serta semua menganggap kami sahabatnya. Dengan keinginan ini kami selalu mendapatkan kebahagiaan sesuai dengan kebenaran. Demikianlah, kami semua menganggap orang lain sebagai teman, baik waktu untung atau rugi, suka maupun duka kita selalu merasa sama )
(Ya Tuhan penghancur duka, berikanlah karunia supaya kami jauh dari iri hati, dan selalu menjadi sahabat serta semua menganggap kami sahabatnya. Dengan keinginan ini kami selalu mendapatkan kebahagiaan sesuai dengan kebenaran. Demikianlah, kami semua menganggap orang lain sebagai teman, baik waktu untung atau rugi, suka maupun duka kita selalu merasa sama )
·
Doa Mohon keselamatan:
Om abhayam nah karty antariksam, abhayam dyava prathivi ubhe ima, Abhayam paścadābhyam, purastaduttarada dharadābhyam no astu (Yajurveda, XIX. 5.6)
(Ya Tuhan, semoga antarikasa memberikan keamanan dan kenyamanan kepada kami, semoga kami mendapat keamanan dan kenyamanan dari belakang, dari depan, dari tempat tinggi, atas dan dari bawah. Semoga sungai dan air memberikan kedamaian. )
Om abhayam nah karty antariksam, abhayam dyava prathivi ubhe ima, Abhayam paścadābhyam, purastaduttarada dharadābhyam no astu (Yajurveda, XIX. 5.6)
(Ya Tuhan, semoga antarikasa memberikan keamanan dan kenyamanan kepada kami, semoga kami mendapat keamanan dan kenyamanan dari belakang, dari depan, dari tempat tinggi, atas dan dari bawah. Semoga sungai dan air memberikan kedamaian. )
·
Doa Pembukaan Rapat:
Om sam gacchadhvam sam vadadhvam, Sam vo manasi janatam, Deva bhagam yatha purve samjanana upasate (2).
Samano mantra samitih samani, Samanam manah saha cittam esam, Samanam mantram abhi mantraye vah, Samanena vo hasiva juhomi (3).
Samani va akutih samana hrdayani vah, Samanam astu vo mano yatha vah susahasati (4).
Ya Tuhan Yang Maha Esa, semogalah pertemuan dan rapat ini mencapai satu kesepakatan seperti halnya para Deva bersama-sama menikmati persembahan (2).
Semoga tercapai tujuan bersama, kesepakatan bersama, satu dalam pikiran menuju satu tujuan (3).
Ya Tuhan Yang Maha Esa, Engkau canangkan satu tujuan, bersama kami sekalin, marilah adakan pemujaan dengan persembahan bersama, agar tujuan kita satu dan seia sekata (4). (Rgveda X.191. 2-3-4)
Om sam gacchadhvam sam vadadhvam, Sam vo manasi janatam, Deva bhagam yatha purve samjanana upasate (2).
Samano mantra samitih samani, Samanam manah saha cittam esam, Samanam mantram abhi mantraye vah, Samanena vo hasiva juhomi (3).
Samani va akutih samana hrdayani vah, Samanam astu vo mano yatha vah susahasati (4).
Ya Tuhan Yang Maha Esa, semogalah pertemuan dan rapat ini mencapai satu kesepakatan seperti halnya para Deva bersama-sama menikmati persembahan (2).
Semoga tercapai tujuan bersama, kesepakatan bersama, satu dalam pikiran menuju satu tujuan (3).
Ya Tuhan Yang Maha Esa, Engkau canangkan satu tujuan, bersama kami sekalin, marilah adakan pemujaan dengan persembahan bersama, agar tujuan kita satu dan seia sekata (4). (Rgveda X.191. 2-3-4)
·
Doa Mengunjungi Orang Sakit:
Om sarve vighna vinasanam, sarva klesa vinasanam, Sarva papa pataka vinasanam
Vyadi marana punah citram , Dirghayur astu ya namah svaha (Puja Vrtti Walaka. 10)
(Ya Tuhan, semoga semua halangan lenyap, semua penderitaan lenyap, semua dosa dan noda lenyap, semoga semua penyakit dan wabah musnah. dan semoga Engkau melimpahkan panjang umur. )
Om sarve vighna vinasanam, sarva klesa vinasanam, Sarva papa pataka vinasanam
Vyadi marana punah citram , Dirghayur astu ya namah svaha (Puja Vrtti Walaka. 10)
(Ya Tuhan, semoga semua halangan lenyap, semua penderitaan lenyap, semua dosa dan noda lenyap, semoga semua penyakit dan wabah musnah. dan semoga Engkau melimpahkan panjang umur. )
·
Doa Mengunjungi orang meninggal:
Om vāyur anilam āmṛtam athedam bhasmāntam sāriram, Om klibe smāra krtam smāra klibe smāra krtam smara. (Yajurveda, 40.15)
(Wahai jiwa, badanmu yang terbuat dari pañca tattva yang telah diperabukan dan semoga Ātmamu masuk dalam moksa. Wahai jiwa ucapkanlah Om. Wahai jiwa ucapkalah Om. Waha jiwa ucapkanlah Om)
Om vāyur anilam āmṛtam athedam bhasmāntam sāriram, Om klibe smāra krtam smāra klibe smāra krtam smara. (Yajurveda, 40.15)
(Wahai jiwa, badanmu yang terbuat dari pañca tattva yang telah diperabukan dan semoga Ātmamu masuk dalam moksa. Wahai jiwa ucapkanlah Om. Wahai jiwa ucapkalah Om. Waha jiwa ucapkanlah Om)
·
Doa magebagan:
Om svargantu, mokśantu, sunyantu, murchantu sarva pitarah, Om ksāma sampurna ya namah svadah. (Pitra Stava)
(Ya Tuhan, semoga yang meninggal Atmanya menuju Sorga, mencapai pembebasan, ketenangan dan tiada terlahir kembali
Ya Tuhan, ampunilah dosanya, semoga menjadi sempurna atas karuniamu)
Om svargantu, mokśantu, sunyantu, murchantu sarva pitarah, Om ksāma sampurna ya namah svadah. (Pitra Stava)
(Ya Tuhan, semoga yang meninggal Atmanya menuju Sorga, mencapai pembebasan, ketenangan dan tiada terlahir kembali
Ya Tuhan, ampunilah dosanya, semoga menjadi sempurna atas karuniamu)
·
Doa mengunjungi selamatan rumah:
Om vastoshpate prati janihy, asman svaveso anamivo bhava nah, yat tvemahe prati tanno jusasva, samno bhava dvipāde sam catuspāde (Par. Grh, 3.4. 14)
(Ya Tuhan Maha pelindung, lindungilah tempat ini,jadikanlah tempat ini penuh keindahan, jagalah selamanya, sehingga semua penghuninya megalami rasa penuh bahagia, dan selalu mendapat anugrahMu )
Om vastoshpate prati janihy, asman svaveso anamivo bhava nah, yat tvemahe prati tanno jusasva, samno bhava dvipāde sam catuspāde (Par. Grh, 3.4. 14)
(Ya Tuhan Maha pelindung, lindungilah tempat ini,jadikanlah tempat ini penuh keindahan, jagalah selamanya, sehingga semua penghuninya megalami rasa penuh bahagia, dan selalu mendapat anugrahMu )
·
Doa kelahiran anak:
Om bālak tvam ayusman varcasvi tejasvi srīman bhuyah (Sangkara Viddhi)
(Ya Tuhan semoga Engkau melimpahkan panjang umur kepada anak ini, semoga ia memiliki pengetahuan, menjadi dermawan, mempunyai cahaya, dan memiliki kekayaan.)
Om bālak tvam ayusman varcasvi tejasvi srīman bhuyah (Sangkara Viddhi)
(Ya Tuhan semoga Engkau melimpahkan panjang umur kepada anak ini, semoga ia memiliki pengetahuan, menjadi dermawan, mempunyai cahaya, dan memiliki kekayaan.)
·
Doa mengendarai berbagai kendaraan:
Om sutramānam pṛthivim dyām anehasam, susarmanamaditim supranitim, daivim navam svaritam anagasam, artravantim a ruhema svastaye (Ṛgveda, X.63.10).
(Ya Tuhan, yang memberi perlindungan, jadikanlah bumi dan langit yang tiada tandingan menyelamatkan kami. Semoga dengan kendaraan yang sempurna ini kami dapat mengarungi langit, bumi, dan lautan dengan selamat dan bahagia )
Om sutramānam pṛthivim dyām anehasam, susarmanamaditim supranitim, daivim navam svaritam anagasam, artravantim a ruhema svastaye (Ṛgveda, X.63.10).
(Ya Tuhan, yang memberi perlindungan, jadikanlah bumi dan langit yang tiada tandingan menyelamatkan kami. Semoga dengan kendaraan yang sempurna ini kami dapat mengarungi langit, bumi, dan lautan dengan selamat dan bahagia )
·
Pūrṇa
Pūja:
Om pūrṇam adah pūrṇam idam
pūrṇat pūrṇam udacyate
pūrṇasya pūrṇamādhaya
pūrṇam iva vasisyate.
Om śarve bhavantu sukhinaḥ
śarve śāntu niramāyaḥ
śarve badrani paśyantu
Mā kaścit duhkha bhag bhavet
(Ya Tuhan mahasempurna, hamba yang tiada sempurna ini memujaMu, semoga itu menjadi sempurna, yang ini menjadi sempurna, karena kesempurnaan hanya dapat muncul dari sempurna. Semoga yang tidak sempurna menjadi sempurna, semoga yang ada hanyalah kesempurnaan atas karuniaMu.)
Om pūrṇam adah pūrṇam idam
pūrṇat pūrṇam udacyate
pūrṇasya pūrṇamādhaya
pūrṇam iva vasisyate.
Om śarve bhavantu sukhinaḥ
śarve śāntu niramāyaḥ
śarve badrani paśyantu
Mā kaścit duhkha bhag bhavet
(Ya Tuhan mahasempurna, hamba yang tiada sempurna ini memujaMu, semoga itu menjadi sempurna, yang ini menjadi sempurna, karena kesempurnaan hanya dapat muncul dari sempurna. Semoga yang tidak sempurna menjadi sempurna, semoga yang ada hanyalah kesempurnaan atas karuniaMu.)
Semoga selalu dalam keadaan sehat
Semoga semuanya sejahtera
Semoga tidak seorangpun yang menderita atas karuniaMu. (Anand Krishna.1992)
Om Śāntiḥ Śāntiḥ Śāntiḥ Om
Sumber: dharmavada.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar