Selasa, 24 Januari 2017

Hari Raya Pagerwesi



Hari raya Pagerwesi jatuh pada hari Budha Keliwon Wuku Sinta. Dalam kalender hari suci di Bali, hari ini adalah hari ke 5 dari serangkaian hari raya penting, yaitu

  • Hari 1 Hari raya Saraswati  - Sabtu Saniscara Umanis Watugunung
  • Hari 2 Hari raya Banyu Pinaruh - Minggu Redite Paing Sinta
  • Hari 3 Hari raya Soma Ribek - Senin Soma Pon Sinta
  • Hari 4 Hari raya Sabuh Mas - Selasa Anggara Wage Sinta
  • Hari 5 Hari raya Pagerwesi - Rabu Buda Keliwon Sinta

Hari ini adalah payogan Hyang Pramesti Guru, disertai para Dewa dan Pitara, demi kesejahteraan dunia dengan segala isinya dan demi sentosanya kehidupan semua makhluk.

Rabu, 18 Januari 2017

Saraswati Puja Pada Hari Raya Saraswati di Bali



Om Swastiastu,

Dalam rangka menyambut Hari Raya Saraswati, berikut tiang bagikan Tata Cara dan Prasarana di dalam melakukan Saraswati Puja ala Hindu di Bali.

====

SARASWATI PUJA


Hari Raya Saraswati yaitu hari Pawedalan Sang Hyang Aji Saraswati, jatuh pada tiap-tiap hari Saniscara Umaniswuku Watugunung. Pada hari itu kita umat Hindu merayakan hari yang penting itu. Terutama para pamong dan siswa-siswa khususnya, serta pengabdi-pengabdi ilmu pengetahuan pada umumnya. 
Dalam legenda digambarkan bahwa Saraswati adalah Dewi/ lstri Brahma. Saraswati adalah Dewi pelindung/ pelimpah pengetahuan, kesadaran (widya), dan sastra. Berkat anugerah dewi Saraswati, kita menjadi manusia yang beradab dan berkebudayaan.

Tetikesan Puja Mantra


TETIKESAN PUJA MANTRA

Oleh: I Wayan Sudarma


O sahana vavatu sahana bhunaktu
Saha viryam karavavahai
Tejasvināvaditham āstu mā vidviā vahai

Ya Tuhan semoga kami dapat belajar bersama, berkembang bersama, memperoleh pengetahuan bersama. Semoga tidak terjadi suatu kesalahpahaman di antara kami. Dan apabila terjadi sesuatu kesalahan secara sengaja atau tidak sengaja, semoga kami dapat saling memaafkan.

A.  Pendahuluan
Dalam melaksanakan puja bhakti kepada Brahman, umat Hindu  diberikan kebebasan untuk dapat mewujudkan bentuk Śraddhā tersebut. Secara umum bentuk Bhakti  umat Hindu dapat dilakukan dengan menggunakan: mantra, yantra, tantra, yajña, dan yoga. Mantra adalah doa-doa yang harus diucapkan oleh umat kebanyakan, pinandita, pandita sesuai dengan tingkatannya. Yantra adalah alat atau simbol-simbol keagamaan yang diyakini mempunyai kekuatan spiritual untuk meningkatkan kesucian. Tantra adalah kekuatan suci dalam diri yang dibangkitkan dengan cara-cara yang ditetapkan dalam kitab suci. Yajña yaitu pengabdia yang ulus ikhlas atas dasar kesadaran untuk dipersembahkan sehingga dapat meningkatkan kesucian. Dan Yoga artinya mengendalikan gelombang-gelombang pikiran dalam alam pikiran untuk dapat berhubungan dengan Tuhan, yang dapat dilakukan melalui Astangga Yoga (yama, niyama, asana, pranayama, prathyahara, dharana, dhyana, dan samadhi) (Bhagavan Shri Sathya Sai Baba, 1995: 12).




Shri Artha Argala Stotram



Shri Artha Argala Stotram adalah satu dari mantra doa dari Shri Durga Saptha-Shati. Dimana Durga Kavach memberi kita bentuk Devi kemudian kita bisa masuk Istana Nya. Stotram ini bertindak seperti kunci atau mungkin suara bel yang menggantung di pintu sebuah mandir, memungkinkan kita untuk memasuki 'Mahal' dari Devi.

Jadi dengan tangan tergenggam dan sikap rendah hati kami mengucapkan Stotram yang menguntungkan dari Devi seperti yang tertulis dalam Chandi Paath (juga dikenal sebagai Durga Saptha-Shati) dari 700 ayat yang ditemukan di yang Markandeya Purana.



Selasa, 17 Januari 2017

Shree Rudraashtak Stotram


SHREE RUDRAASHTAK STOTRAM

Shree Rudraashtak Stotram adalah nyanyian delapan kali dibacakan oleh Brahma untuk menyenangkan Shiva. Mantra ini dapat digunakan oleh siapa saja untuk mendapatkan berkat dari Dewa Siwa.

1. Namaam-Iisham-Iishaana Nirvaanna-Ruupam
Vibhum Vyaapakam Brahma-Veda-Svaruupam
Nijam Nirgunnam Nirvikalpam Niriiham
Cidaakaasham-Aakaasha-Vaasam Bhaje-[A]ham
Artinya: Aku Salute kepada Tuhan Ishana. Ini adalah Bentuk yang mewakili keadaan Nirvana tertinggi. Ini adalah bentuk yang memanifestasikan esensi Dia meresapi di mana saja dan Tuhan merupakan perwujudan Pengetahuan tertinggi dari Brahman hadir dalam inti Weda. Dia yang tetap diserap dalam diri-Nya sendiri yang berada di luar ketiga guna. Selain perubahan dan beranekaragam, dan yang bebas dari setiap gerakan. Aku menyembah Ishana, yang berdiam di langit spiritual.

Perbedaan Antara Mantra, Suktam, Sloka, Stotra dan Stuti

Om Swastiastu,

Mungkin banyak saudara sedharma yang masih belum tau/mengerti jika Mantra, Suktam, Stotra, Sloka, dan Stuti itu berbeda.

Nah, berikut saya coba untuk menuliskannya secara singkat, dan semoga dapat di mengerti.


Senin, 02 Januari 2017

PURA PENATARAN DALEM PED: Ida Bhatara Ratu Gede Mas Mecaling

PURA PENATARAN DALEM PED
Ida Bhatara Ratu Gede Mas Mecaling



Hiduplah seorang Pangeran yang bertempat tinggal di Gunung Kila, yang bernama Pangeran Jumpungan. Pangeran Jumpungan menjadi seorang Pendeta, sehingga mempunyai gelar Dukuh. Dukuh Jumpungan memiliki keahlian dalam hal membuat perahu, sehingga beliau membuat loloan di Nusa Penida dan di Ceningan. Dukuh Jumpungan mempunyai istri yang bernama Ni Puri. Dari perkawinannya ini melahirkan Pangeran Merja. Pangeran Merja mempunyai istri yang bernama Ni Luna, dari perkawinannya terlahir Pangeran Undur dan seorang putri yang bernama Dyah Ranggini. Pangeran Undur mempunyai istri bernama Ni Lumi, sedangkan sang putri diambil istri menjadi permaisuri oleh Dalem Sawang. Dari perkawinan Pangeran Undur lahirlah Pangeran Renggan. Keturunan Dukuh Jumpungan yang lain adalah Pangeran Jurang yang beristri Ni Jarum bertempat di Bukit Biye, Ni Luh Puri di Goa Lawah, Pangeran Yangga di Padang, Ni Runa di Sakenan dan Pangeran Cenes di Segara.

Dari perkawinan I Renggan dengan Ni Merahim, lahirlah dua orang anak, satu laki-laki, yang satunya adalah perempuan. Yang laki-laki bernama I Gede Mecaling dan yang perempuan di beri nama Ni Tole, dan Ni Tole kemudian menjadi permaisuri Dalem Sawang yang menjadi raja di Nusa Penida. Sedang I Gede Mecaling mempunyai seorang istri yang bernama Sang Ayu Mas Rajeg Bumi.


PURA PENATARAN DALEM PED: Purusa-Pradana di Pura Dalem Penataran Peed

PURA PENATARAN DALEM PED
Purusa-Pradana di Pura Dalem Penataran Peed


Ya atmada balada yasya visva
upasate prasisam yasya devah

yasya chaya-amrtam yasya mrtyuh,

kasmani devaya havisa vidhema.

(Rgveda.X.121.2).

Maksudnya:

Tuhan Yang Maha Esa memberikan kekuatan spiritual (rohani) dan fisikal (jasmani). Semua sinar sucinya yang disebut Deva berfungsi atas kehendak Tuhan. Kasih-Nya adalah keabadian, krodanya adalah kematian. Kami semuanya mengaturkan sembah kepada-Nya.


PURA Dalem Penataran Peed di Nusa Penida itu adalah pura untuk memuja Tuhan Yang Mahakuasa sebagai pencipta Purusa dan Pradana. Purusa itu adalah kekuatan jiwa atau daya spiritualitas yang memberikan napas kehidupan pada alam dan segala isinya. Pradana adalah kekuatan fisik material atau daya jasmaniah yang mewujudkan secara nyata kekuatan Purusa tersebut.

Karena itu umat Hindu berbondong-bondong rajin bersembahyang ke Pura Dalem Penataran Peed untuk mendapatkan keseimbangan daya hidup, baik daya spiritual maupun daya fisikal. Karena hanya keseimbangan peran dan fungsi rohani dan jasmani itulah hidup yang harmonis di bumi ini dapat dicapai.

PURA PENATARAN DALEM PED: Semburkan Atmosfer Kekuatan Ratu Gede Nusa

PURA PENATARAN DALEM PED
Semburkan Atmosfer Kekuatan Ratu Gede Nusa



Di sebuah desa, persisnya di Desa Ped, Sampalan, Nusa Penida, ada sebuah pura yang sangat terkenal di seluruh pelosok Bali. Pura Penataran Agung Ped nama tempat suci itu. Berada sekitar 50 meter sebelah selatan bibir pantai lautan Selat Nusa. Karena pengaruhnya yang sangat luas yakni seluruh pelosok Bali, Pura Penataran Agung Ped disepakati sebagai Pura Kahyangan Jagat. Pura ini selalu dipadati pemedek untuk memohon keselamatan, kesejahteraan, kerahayuan, dan ketenangan. Hingga saat ini, pura ini sangat terkenal sebagai salah satu objek wisata spiritual yang paling diminati.

Pada awalnya, informasi tentang keberadaan Pura Pentaran Agung Ped sangat simpang-siur. Sumber-sumber informasi tentang sejarah pura itu sangat minim, sehingga menimbulkan perdebatan yang lama. Kelompok (Puri Klungkung, Puri Gelgel dan Mangku Rumodja -- Mangku Lingsir) menyebutkan pura itu bernama Pura Pentaran Ped. Yang lainnya, khususnya para balian di Bali, menyebut Pura Dalem Ped.