[TANYA-JAWAB HINDU] Apakah perbedaan DEWA dan BETARA itu? Dan apakah di kitab Weda terdapat penjelasan tentang BETARA? Contoh Mantra di Nusantara


Istilah Dewa sudah dikenal luas, sementara Betara lebih khas dalam tradisi Hindu Nusantara, khususnya di Bali dan Jawa. Mari kita bahas perbedaannya.

1️⃣ DEWA dalam Weda

Dalam kitab Weda, kata Deva (Dewa) berasal dari akar kata Sanskerta "Div", yang berarti "bersinar" atau "bercahaya." Dewa adalah makhluk ilahi yang menjadi manifestasi aspek-aspek Tuhan (Brahman). Beberapa Dewa utama dalam Weda adalah:

  • Indra (raja para Dewa, penguasa petir & hujan)

  • Agni (Dewa api & penghubung antara manusia dengan para Dewa)

  • Varuna (penguasa hukum kosmik, Rta)

  • Surya (Dewa Matahari)

  • Vayu (Dewa angin)

  • Dan banyak lagi…

Dalam ajaran Trimurti, konsep Dewa berkembang menjadi Brahma, Vishnu, dan Shiva sebagai tiga aspek utama Tuhan dalam penciptaan, pemeliharaan, dan peleburan alam semesta.



2️⃣ BETARA dalam Hindu Nusantara

Betara (Batara/Bhatara) berasal dari istilah Sanskerta "Bhattaraka", yang berarti "Tuhan" atau "yang dimuliakan." Namun, dalam perkembangan Hindu di Nusantara, istilah Betara lebih merujuk kepada manifestasi ilahi yang dekat dengan manusia, seperti leluhur yang telah mencapai kedudukan suci atau Dewa tertentu dalam hubungan yang lebih lokal dan personal.

Contoh penggunaan Betara dalam tradisi Hindu Bali & Jawa:

  • Betara Guru → Manifestasi Shiva sebagai guru tertinggi.

  • Betara Kala → Manifestasi waktu dan hukum sebab-akibat.

  • Betara Indra → Raja para Dewa dalam mitologi Hindu Bali.

  • Betara Surya → Manifestasi Dewa Matahari.

  • Betara Kawiswara → Manifestasi Shiva dalam aspek penguasa kosmos.

  • Betara Hyang → Istilah untuk roh leluhur yang dihormati.

Di Bali, konsep Betara juga sering dikaitkan dengan Dewa-Dewa yang dipuja dalam pura-pura lokal atau roh suci yang sudah mencapai tingkat spiritual tinggi.


3️⃣ Apakah BETARA disebut dalam kitab Weda?

Secara spesifik, istilah "Betara" tidak muncul dalam Weda. Namun, konsepnya bisa dikaitkan dengan:

  • Pujian terhadap para Deva yang dimuliakan (seperti Indra, Agni, Varuna) dalam berbagai mantra Weda.

  • Rsi atau leluhur suci yang telah mencapai tingkat pencerahan tinggi, mirip dengan konsep Betara Hyang di Nusantara.

Betara lebih merupakan sinkretisme (perpaduan budaya) antara ajaran Hindu India dengan spiritualitas lokal Nusantara, terutama dalam tradisi kepercayaan terhadap roh leluhur yang dihormati.


Kesimpulan

Dewa → Istilah universal dalam Hindu yang merujuk pada makhluk ilahi atau aspek Tuhan.
Betara → Istilah khas Hindu Nusantara yang sering digunakan untuk Dewa yang dihormati dalam konteks lokal, leluhur suci, atau roh suci dalam kepercayaan Hindu-Bali dan Hindu-Jawa.

Jadi, kalau dalam kitab Weda Dewa disebut secara eksplisit, Betara adalah adaptasi budaya Hindu yang berkembang di Nusantara.


CONTOH MANTRA NUSANTARA

Ada beberapa doa atau mantra asli Nusantara yang menyebutkan kata Batara (Betara), terutama dalam tradisi Hindu Bali dan Jawa kuno. Berikut beberapa referensinya:


1️⃣ Mantra Pujian kepada Betara Guru (Shiva)

Mantra ini sering digunakan dalam pemujaan kepada Betara Guru, yang merupakan manifestasi Shiva sebagai guru tertinggi dalam tradisi Nusantara.

"Om Ananta Bhatara Guru,
Sang Hyang Catur Lokapala,
Parama Siddhi Yogya,
Amrita Jnana Parama."

(Terjemahan: Om, kemuliaan bagi Betara Guru,
Penguasa keempat penjuru dunia,
Yang sempurna dalam segala kebijaksanaan,
Yang memiliki pengetahuan abadi.)

Mantra ini sering digunakan dalam pemujaan di pura-pura besar di Bali seperti Pura Besakih, khususnya saat menghormati Shiva dalam aspek Guru Tertinggi.


2️⃣ Kidung Wargasari - Pemujaan Para Betara di Bali

Kidung ini sering dinyanyikan dalam upacara Hindu Bali sebagai bentuk pemujaan kepada para Betara yang menjaga alam semesta.

"Betara Indra ring ulu,
Betara Brahma ring gni,
Betara Vishnu ring tengen,
Betara Rudra ring kiwa."

(Terjemahan:
Betara Indra berada di atas,
Betara Brahma berada di timur,
Betara Vishnu berada di kanan (selatan),
Betara Rudra berada di kiri (barat).)

Kidung ini menjelaskan posisi para Betara sebagai penjaga arah mata angin, mirip dengan konsep Lokapala dalam Hindu India.


3️⃣ Mantra Pemujaan Betara Kala - Dewa Waktu dan Kekuatan Alam

Betara Kala dikenal sebagai manifestasi waktu dan energi kosmis, sering dikaitkan dengan hukum sebab-akibat (karma).

"Om Rudra Betara Kala,
Sang Hyang Kala Cakti,
Manggalaning Bhuwana,
Raksanen Sang Jagat."

(Terjemahan: Om, Sang Betara Kala,
Penguasa kekuatan waktu,
Yang menjaga keseimbangan dunia,
Lindungilah alam semesta.)

Mantra ini digunakan dalam beberapa upacara pecaruan (ritual penyucian) di Bali, terutama untuk menetralkan energi negatif.


4️⃣ Mantra Betara Surya - Dewa Matahari dalam Tradisi Nusantara

Meskipun dalam Hindu India Dewa Matahari dikenal sebagai Surya, di Nusantara ia sering disebut Betara Surya. Ada mantra pendek yang digunakan dalam pemujaan kepada Beliau:

"Om Bhatawara Surya,
Cahaya Parama Siddhi,
Amerta Prabha Loka,
Moksartham Jagadhita."

(Terjemahan: Om, Betara Surya,
Cahaya kebijaksanaan tertinggi,
Sumber sinar keabadian,
Untuk pembebasan dan kesejahteraan dunia.)

Mantra ini sering digunakan oleh para pemangku atau pendeta Hindu Bali saat menyambut matahari terbit.


Kesimpulan

🔹 Mantra asli Nusantara sering menyebut kata "Betara" sebagai penghormatan kepada Dewa-Dewa dalam tradisi Hindu Bali dan Jawa.
🔹 Betara dalam mantra Nusantara memiliki makna lokal yang lebih dekat dengan masyarakat, sering dikaitkan dengan penjaga alam semesta dan arah mata angin.
🔹 Beberapa mantra masih dilestarikan dalam kidung-kidung Hindu Bali yang dinyanyikan dalam upacara keagamaan.


_________
Ditulis dan dirangkum dari berbagai sumber

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makna Mesegeh dan Mantra Mesegeh

MAHA MRITYUNJAYA MANTRA - Sejarah dan Penjelasan

Mantra Pelukatan Brahma (Pelukatan Pangesengan Sarwa Mala)