Urutan sembahyang ini sama saja, baik
dipimpin oleh pandita atau pemangku, maupun bersembahyang sendirian.
Cuma, jika dipimpin pandita yang sudah melakukan dwijati, ada
kemungkinan mantramnya lebih panjang.
Kalau hafal bisa diikuti, tetapi kalau tidak hafal sebaiknya lakukan mantram-mantram pendek sebagai berikut:
1. Dengan tangan kosong (sembah puyung). Cakupkan tangan kosong dan pusatkan pikiran dan ucapkan mantram ini:
OM ATMA TATTWATMA SUDDHA MAM SWAHA
Artinya: Ya Tuhan, atma atau jiwa dan kebenaran, bersihkanlah hamba.
2. Sembahyang dengan bunga, ditujukan kepada Hyang Widhi dalam wujudNya sebagai Hyang Surya atau Siwa Aditya. Ucapkan mantram:
OM ADITYASYA PARAM JYOTI
RAKTA TEJO NAMO’STUTE
SWETA PANKAJA MADHYASTHA
BHASKARAYA NAMO’STUTE
Artinya: Ya Tuhan, Sinar Hyang Surya
Yang Maha Hebat. Engkau bersinar merah, hamba memuja Engkau. Hyang Surya
yang berstana di tengah-tengah teratai putih. Hamba memuja Engkau yang
menciptakan sinar matahari berkilauan.
3. Sembahyang dengan kawangen.
Bila tidak ada, yang dipakai adalah bunga. Sembahyang ini ditujukan
kepada Istadewata pada hari dan tempat persembahyangan itu. Istadewata
ini adalah Dewata yang diinginkan kehadiran-Nya pada waktu memuja.
Istadewata adalah perwujudan Tuhan Yang
Maha Esa dalam berbagai wujudNya. Jadi mantramnya bisa berbeda-beda
tergantung di mana dan kapan bersembahyang.
Mantram di bawah ini adalah mantram umum yang biasanya dipakai saat Purnama atau Tilem atau di Pura Kahyangan Jagat:
OM NAMA DEWA ADHISTHANAYA
SARWA WYAPI WAI SIWAYA
PADMASANA EKA PRATISTHAYA
ARDHANARESWARYAI NAMO NAMAH
Artinya: Ya Tuhan, kepada dewata yang
bersemayam pada tempat yang luhur, kepada Hyang Siwa yang berada di
mana-mana, kepada dewata yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai
di suatu tempat, kepada Ardhanaresvari hamba memuja.
4. Sembahyang dengan bunga atau kawangen untuk memohon waranugraha.
Usai mengucapkan mantram, ada yang memperlakukan bunga itu langsung
sebagai wara-nugraha, jadi tidak “dilentikkan/dipersembahkan” tetapi
dibungakan di kepala (wanita) atau di atas kuping kanan (laki-laki).
Mantramnya adalah:
OM ANUGRAHA MANOHARAM
DEWA DATTA NUGRAHAKA
ARCANAM SARWA PUJANAM
NAMAH SARWA NUGRAHAKADEWA-DEWI MAHASIDDHI
YAJÑANYA NIRMALATMAKA
LAKSMI SIDDHISÇA DIRGHAYUH
NIRWIGHNA SUKHA WRDDISCA
Artinya: Ya Tuhan, Engkau yang menarik
hati pemberi anugrah, anugrah pemberian Dewata, pujaan segala pujaan,
hamba memujaMu sebagai pemberi segala anugrah. Kemahasiddhian pada Dewa
dan Dewi berwujud jadnya suci, kebahagiaan, kesempurnaan, panjang umur,
bebas dari rintangan, kegembiraan dan kemajuan rohani dan jasmani.
5. Sembahyang dengan cakupan tangan kosong,
persis seperti yang pertama. Cuma sekarang ini sebagai penutup. Usai
mengucapkan mantram, tangan berangsur-angsur diturunkan sambil
melemaskan badan dan pikiran. Mantramnya:
OM DEWA SUKSMA PARAMA CINTYAYA NAMA SWAHA.
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM
Artinya: Ya Tuhan, hamba memuja Engkau
Dewata yang tidak terpikirkan, maha tinggi dan maha gaib. Ya Tuhan,
anugerahkan kepada hamba kedamaian, damai, damai, Ya Tuhan.
Sumber: Stitidharma
Osa pak. Mohon dibantu share untuk tulisan sansekerta untuk kramaning sembah dan tri sandya 6 baitnya pak. Suksme atas bantuannya
BalasHapus