tag:blogger.com,1999:blog-73377638001669070892024-03-14T00:10:07.868-07:00PUJA SHIVA | ॐ नमः शिवाय | Oṃ Namaḥ Śivāya ॐ त्र्यम्बकं यजामहे सुगन्धिं पुष्टिवर्धनम् ।
उर्वारुकमिव बन्धनान् मृत्योर्मुक्षीय मामृतात् ।।
Om Tryambakam Yajaamahe Sugandhim Pushti Vardhanam /
Urvaarukamiva Bandhanaath Mrutyor Mukshiya Ma-Amritat //
Ancient Vedic Mantras Collection
Kumpulan Doa, Mantra, Stotra, Bhajan, Aarti, dan Artikel HinduBrutal Sickhttp://www.blogger.com/profile/15088106937790878395noreply@blogger.comBlogger169125tag:blogger.com,1999:blog-7337763800166907089.post-76318549229351063932017-07-05T23:33:00.000-07:002017-07-05T23:34:20.136-07:00Siwa Siddhanta<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgE6xt6-7TLBhqCZJNFLttK3jEaQFs4uy3_F00qSVv_4g32CuEjycaVjNYIVxW3-lu7vkgqyekaL0KXT5FdJ9SqMdQrLEe0dh6KzWtwMkvwPuwZqXcHk3BKMfM93lgjrvRoL-vdm44oOx0y/s1600/siwasiddhanta.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="384" data-original-width="580" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgE6xt6-7TLBhqCZJNFLttK3jEaQFs4uy3_F00qSVv_4g32CuEjycaVjNYIVxW3-lu7vkgqyekaL0KXT5FdJ9SqMdQrLEe0dh6KzWtwMkvwPuwZqXcHk3BKMfM93lgjrvRoL-vdm44oOx0y/s1600/siwasiddhanta.jpg" /></a></div>
<h2 style="text-align: center;">
Penjelasan & Sejarah Perkembangan Siwa Siddhanta di Bali</h2>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Agama Hindu di India maupun agama Hindu di lain tempat misalnya di Jawa maupun di Bali tidak mempunyai perbedaan dalam inti keagamaannya yang berbeda hanyalah pada kulit luarnya saja yaitu tentang pelaksanaan upacaranya, sedangkan isinya dan intinya tetap sama. Ajaran Weda-nya tetap abadi, intinya tidak berubah hanya bagian luarnya yang bervariasi, menyesuaikan dengan budaya setempat di mana agama itu berkembang. Ajaran ini berkembang di India Selatan dan Indonesia terutama pada abab VII. Ajaran <b>Siwa Siddhanta / Saiva Siddhanta</b> ini menekankan pada pemujaan Lingga dengan tokoh Tri Murti (Brahma,Wisnu dan Siwa) dan Tri Purusa (Parama Siwa, Sada Siwa dan Siwa).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ajaran Siwa Sidhanta tentang konsepsi Tri Purusa atau Lingga ini diwujudkan juga dengan bangunan Padmasana di Bali. Perlu diketahui bahwa pengertian Tri Purusa dengan Tri Murti adalah berbeda. Karena Tri Purusa adalah lukisan Tuhan dalam arti posisi vertical (atas ke bawah) dimana Tuhan dilambangkan sebagai penguasa alam atas, alam tengah dan alam bawah (Prama Siwa, Sada Siwa dan Siwa). Sedangkan Tri Murti adalah lukisan Tuhan dalam posisi horizontal (mendatar) atau sebagai penguasa arah, yaitu arah laut ialah Brahma, arah gunung ialah Wisnu dan di tengah-tengah ialah Siwa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="more"></a><br />
<a name='more'></a><br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi dalam konsepsi kepercayaan <b>Hindu Lingga</b> adalah merupakan lambang kekuatan Tuhan dalam mencipta, memelihara dan melebur dunia ini atau Tuhan sebagai penguasa alam ini. Ajaran Siwa Siddhanta mempunyai ciri-ciri khas yang berbeda dengan sekta Siwa yang lain. Siddhanta artinya "<b><i>Inti</i></b>" atau "<b><i>Kesimpulan</i></b>" sehingga Siwa Siddhanta artinya Inti atau Kesimpulan dari Siwaisme. Pemantapan paham Siwa Siddhanta di Bali dilakukan oleh dua tokoh terkemuka yaitu Mpu Kuturan dan Mpu/Danghyang Nirartha.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam realisasinya, tata pelaksanaan kehidupan umat beragama di Bali juga menampakkan perpaduan dari unsur - unsur kepercayaan nenek moyang. Wariga, Rerainan (hari raya) dan Upakara sebagian besarnya merupakan warisan nenek moyang. Warisan ini telah demikian berpadu serasi dengan ajaran Agama Hindu sehingga merupakan sebuah satu kesatuan yang bulat dan utuh. Dengan demikian, Agama Hindu di Bali mempunyai sifat yang khas sesuai dengan kebutuhan rohani orang Bali dari jaman dahulu hingga sekarang. Di masa sekarang ini, warisan Agama yang adhi-luhung tersebut perlu kita jaga, rawat dan menyempurnakan pemahaman kita sehingga tetap bisa memenuhi kebutuhan jiwa keagamaan umatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekte Siwa memiliki cabang yang banyak. Antara lain <b>Pasupata</b>, <b>Kalamukha</b>, <b>Bhairawa</b>, <b>Linggayat</b>, dan <b>Siwa Siddhanta</b> yang paling besar pengikutnya. Siwa Sidhanta ini megutamakan pemujaan ke hadapan Tri Purusha, yaitu Parama Siwa, Sada Siwa dan Siwa. Brahma, Wisnu dan dewa-dewa lainnya tetap dipuja sesuai dengan tempat dan fungsinya, karena semua dewa-dewa itu tidak lain dari manifestasi Siwa sesuai fungsinya yang berbeda-beda. Siwa Siddhanta mula-mula berkembang di India Tengah (Madyapradesh), yang kemudian disebarkan ke India Selatan dipimpin oleh Maharesi Agastya. Pengertian Tri Purusa yaitu lukisan Tuhan sebagai penguasa alam atas, alam tengah dan alam bawah yang dilukiskan sebagai:</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li><b>Parama Siwa</b> disebut juga Cetana atau Purusa yang dalam istilah umumnya kita sebut Tuhan. Keadaannya tanpa aktivitas, kekal abadi, tiada berawal-tiada berakhir, ada dimana-mana, maha tahu dan di beri gelar <b>Nirguna Brahman</b>.</li>
<li><b>Sada Siwa</b> (tengah) adalah Brahman yang sudah berkrida, Brahman yang sudah kena imbas dari Prakerti atau Acetana (sumber materi) sehingga mempunyai sifat, fungsi dan aktivitas dan diberi gelar Sada Siwa atau Saguna Brahma. Pengaruh dari Acetana ini belumlah besar, sehingga bersifat setengah aktif, dipuja sebagai Tuhan yang sudah menunjukkan kemahakuasaan-Nya. Kesaktian-Nya dilukiskan dalam Cadu Sakti Asta Aiswarya yang dipersonifikasikan dengan nama Dewa-Dewa. Jadi semua Dewa-Dewa adalah bentuk-bentuk dari personifikasi kesaktian dari Sada Siwa.</li>
<li><b>Siwa</b> (bawah) atau Siwatma adalah Parama Siwa juga, tetapi dalam keadaan yang telah banyak terpengaruhi oleh Prakerti, sehingga sifat kemahakuasan-Nya berkurang dan pengaruh lupa bertambah. Siwatma inilah yang memberikan hidup (jiwa) kepada semua mahluk hidup. (Cudamami, 1990 : 59)</li>
</ol>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuIh796e8jZHIjjAWx3jbQvgYDgv0yWnKGvWwiqIKtvmvrZw2L3AjOmJsQUvriJjPuLnGyn_ShOKq2KuzJ_JCOp3v_LRfknXdtS1wm_g3ucKMzjxUdRBPaK7jT4wIoAqBvlBMxTPzZGPnY/s1600/SADASHIVA%25281%2529.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="490" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuIh796e8jZHIjjAWx3jbQvgYDgv0yWnKGvWwiqIKtvmvrZw2L3AjOmJsQUvriJjPuLnGyn_ShOKq2KuzJ_JCOp3v_LRfknXdtS1wm_g3ucKMzjxUdRBPaK7jT4wIoAqBvlBMxTPzZGPnY/s320/SADASHIVA%25281%2529.jpg" width="290" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan Tuhan sebagai penguasa arah laut (klod), tengah dan kaja (gunung) disebut Tri Murti, yaitu Brahma arah laut, tengah Siwa dan gunung Wisnu. Jika diperhatikan realitas kehidupan agama Hindu di Bali, lebih menitik beratkan kepercayaannya kepada Tri Murti sebagai menifestasi Tuhan Yang Maha Esa yang disebut Sang Hyang Widhi. Ketiga Dewa Tri Murti tersebut pada hakikatnya adalah lambing dari ketiga proses dunia, yaitu Sristhi (ciptaan) yang disebut Brahma, Sthiti (perlindungan) yang disebut Wisnu dan Pralaya (pengembalian pada unsur semula) yang disebut Siwa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketiga tersebut disimboliskan dengan Aksara Suci “OM” yang terdiri dari Ang berarti Brahma, Ung berarti Wisnu dan Mang berarti Ciwa, jadi Ang+Ung+Mang sama dengan “<b>OM</b>”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hal tersebut sering terlihat pada setiap permulaan mantra dan “pemabah” (permulaan) tulisan lontar-lontar di Bali yang dimulai dengan ucapan “<b>Om Awignam Astu</b>” yang artinya semoga atas nama Hyang Widhi dengan ketiga manifestasi-Nya terhindar dari mara bahaya. (Sara Sastra,1994 : 56-57)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="text-align: justify;">
BRAHMA DAN WISNU ADALAH SIWA</h3>
<div style="text-align: justify;">
Sudah merupakan hukum alam, bahwa yang lahir itu harus mati. Segala yang diciptakan pada waktunya nanti harus dipisahkan dan dihancurkan. Hukum ini tidak dapat dilanggar. Daya dibalikketerpisahan dan penghancuran ini adalah Siwa. Sebagai Dewata perwujudan Tuhan yang terakhir dalam Tri Murti, Siwa bertanggung jawab terhadap penyerapan alam semesta. Siwa merupakan perwujudan dari sifat Tamas, kecenderungan menuju pembubaran dan pelenyapan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pelenyapan atau penghancuran akan berakhir pada pengurangan tertingi berupa kekosongan alam semesta tanpa batas. Kekosongan dari segala keberadaan ini memunculkan alam semesta secara berulang-ulang, juga tanpa batas. Dan disinilah peranan Siwa. Karena itu dikatakan bahwa Siwa bukan saja bertanggung jawab atas penghancuran, tetapi terhadap penciptaan dan pemeliharaan keberadaan. Dalam hal ini maka Brahma dan Wisnu adalah juga Siwa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelum pemerintahan suami istri Dharma Udayana dan Gunapria Dharmapatni (sejak awal abad ke 10), di Bali telah berkembang berbagai sekte. Pada mulanya sekte-sekte tersebut hidup berdampingan secara damai. Lama-kelamaan justru sering terjadi persaingan. Bahkan tak jarang terjadi bentrok secara fisik. Hal ini dengan sendirinya sangat menganggu ketentraman Pulau Bali. Sehubungan dengan hal tersebut, raja lalu menugaskan kepada Senapati Kuturan untuk mengatasi kekacauan itu. Atas dasar tugas tersebut, Mpu Kuturan mengundang semua pimpinan sekte dalam suatu pertemuan yang dilakukan di Bataanyar (Samuan Tiga). Pertemuan ini mencapai kata sepakat dengan keputusan Tri Sadaka dan Kahyangan Tiga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ajaran Siwa Siddhanta mempunyai ciri-ciri khas yang berbeda dengan sekta Siwa yang lain. Siddhanta artinya kesimpulan sehingga Siwa Sidanta artinya kesimpulan dari Siwaisme. Kenapa dibuat kesimpulan ajaran Siwa? karena Maha Rsi Agastya merasa sangat sulit menyampaikan pemahaman kepada para pengikutnya tentang ajaran Siwa yang mencakup bidang sangat luas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<blockquote class="tr_bq">
Ajaran Siwa Siddhanta di Bali terdiri dari tiga kerangka utama yaitu <b>Tattwa</b>, <b>Susila</b> dan <b>Upacara keagamaan</b>. </blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Tatwa atau filosofi yang mendasarinya adalah ajaran Siwa Tattwa. Di dalan Siwa Tattwa, Sang Hyang Widhi adalah Dewa Siwa / Ida Bhatara Siwa. Dalam<b> lontar Jnana Siddhanta</b> dinyatakan bahwa Dewa Siwa adalah Esa yang bermanifestasi beraneka menjadi Dewa - Dewi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<blockquote class="tr_bq">
<i><b>Sa eko bhagavan sarvah, </b></i><br />
<i><b>Siwa karana karanam, </b></i><br />
<i><b>Aneko viditah sarwah, </b></i><br />
<i><b>Catur vidhasya karanam, </b></i><br />
<i><b>Ekatwanekatwa swalaksana bhatara ekatwa ngaranya, </b></i><br />
<i><b>Kahidup makalaksana siwatattwa, </b></i><br />
<i><b>Tunggal tan rwatiga kahidep nira, </b></i><br />
<i><b>Mangekalaksana siwa karana juga tan paphrabeda, </b></i><br />
<i><b>Aneka ngaranya kahidup Bhataramakalaksana caturdha, </b></i><br />
<i><b>Caturdha ngaranya laksananiram stuhla suksma sunya.</b></i> </blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya :</div>
<div style="text-align: justify;">
<blockquote class="tr_bq">
Sifat Bhatara eka dan aneka. Eka artinya ia dibayangkan bersifat Siwa Tattwa, ia hanya esa tidak dibayangkan dua atau tiga. ia bersifat Esa saja sebagai Siwakarana (Siwa sebagai pencipta), tiada perbedaan. Aneka artinya Bhatara bersifat Caturdha. Caturdha adalah sifatnya, sthula, suksma dan sunia.</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber - sumber lain yang menyatakan Dia yang Eka dalam Beraneka juga kita temukan dalam banyak mantra - mantra, diantaranya adalah :</div>
<div style="text-align: justify;">
<blockquote class="tr_bq">
<i><b>Om namah Sivaya sarvaya, </b></i><br />
<i><b>Dewa-devaya vai namah, </b></i><br />
<i><b>Rudraya Bhuvanesaya, </b></i><br />
<i><b>Siwa rupaya vai namah.</b></i></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Artinya :<br />
Sembah bhakti dan hormat kepada Siwa, kepada Sarwa<br />
Sembah bhakti dan hormat kepada dewa dewanya<br />
Kepada Rudra raja alam semesta<br />
Sembah hormat kepada dia yang rupanya manis</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<blockquote class="tr_bq">
<i><b>Twam Sivah twam Mahadewa, </b></i><br />
<i><b>Isvara Paramesvara, </b></i><br />
<i><b>Brahma Visnu'ca Rudras'ca, </b></i><br />
<i><b>Purusah Prakhrtis tatha.</b></i></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Artinya :<br />
Engkau adalah Siwa Mahadewa<br />
Iswara, Parameswara<br />
Brahma, Wisnu dan Rudra<br />
Dan juga sebagai Purusa dan Prakerti</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<i><b>Tvam kalas tvam yamomrtyur, </b></i><br />
<i><b>varunas tvam kverakah, </b></i><br />
<i><b>Indrah Suryah Sasangkasca, </b></i><br />
<i><b>Graha naksatra tarakah.</b></i></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Artinya :<br />
Engkau adalah Kala, Yama dan Mrtyu<br />
Engkau adalah Varuna, Kubera<br />
Indra, Surya dan Bulan<br />
Planet, naksatra dan bintang – bintang</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<blockquote class="tr_bq">
<i><b>Prthivi salilam tvam hi, </b></i><br />
<i><b>Tvam Agnir vayur eva ca, </b></i><br />
<i><b>Akasam tvam palam sunyam, </b></i><br />
<i><b>Sakhalam niskalam tatha.</b></i></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Artinya :<br />
Engkau adalah Bumu, Air dan juga Api<br />
Angkasa dan alam sunia tertinggi<br />
Juga yang berwujud dan tak berwujud</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan contoh - contoh tersebut menunjukkan bahwa semua Dewa - Dewi itu adalah Dewa Siwa sendiri. Dewa - Dewi itulah yang dipuja sebagai <b>Ista Dewata</b>. Banyaknya Ista Dewata yang dipuja akan berkaitan dengan banyaknya Pura dan Pelinggih, Pengastawa, Rerainan dan Banten. </div>
<div style="text-align: justify;">
Ista Dewata adalah Dewa Siwa yang aktif sebagai Sada Siwa, sedangkan Dewa Siwa sebagai Parama Siwa bersifat tidak aktif atau sering disebut Sunia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam manifestasi beliau sebagai Dewa Brahma, Wisnu dan Iswara yang paling mendominasi pemujaan yang ada di Bali. Konsep penciptaan, pemeliharaan dan pemrelina menunjukkan Dewa Siwa sebagai apa yang sering disebut Sang Hyang Sangkan Paraning Numadi, yaitu asal dan kembalinya semua yang ada dan tidak ada di jagat raya ini. Salah satu yang menarik dari keberadaan Dewa Siwa, ialah Beliau berada dimana - mana, di seluruh penjuru mata angin dan di pengider - ider.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain ajaran ke-Tuhanan, ajaran Siwa Siddhanta juga memuat beberapa ajaran diantaranya ajaran tentang Atma yang sesungguhnya berasal dari Dewa Siwa dan akan kembali kepada-Nya juga, ajaran Karma Phala yang berkaitan dengan Punarbawa atau siklus reinkarnasi, ajaran pelepasan yang berkaitan tentang Yoga dan Samadhi. Terdapat pula ajaran tata susila yang erat hubungannya dengan ajaran Karma Phala. Tumpuan dari ajaran tata susila itu adalah Tri Kaya Parisuddha yaitu Kayika Parisuddha (berbuat yang benar), Wacika Parisuddha (berbicara yang benar) dan Manacika Parisuddha (berfikir yang benar).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bagi penganut Siwa Siddhanta kitab suci Weda-pun dipelajari yang pokok-pokok / intinya Lontar yang sangat populer bagi penganut Siwa Siddhanta di Bali antara lain <b>Wrhaspati</b> saja; resume Weda itu dinamakan <b>Weda Sirah</b> (sirah artinya kepala atau pokok-pokok). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pemantapan paham Siwa Siddhanta di Bali dilakukan oleh dua tokoh terkemuka yaitu Mpu Kuturan dan Mpu/Danghyang Nirartha. Di India wahyu Hyang Widhi diterima oleh Sapta Rsi dan dituangkan dalam susunan sistematis oleh Bhagawan Abyasa dalam bentuk Catur Weda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Weda menjadikan pemikiran-pemikiran cemerlang bagi orang-orang suci di Bali sekitar abad ke delapan sampai ke-empat belas yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<ul>
<li><b>DANGHYANG MARKANDEYA</b><br />Pada abad ke-8 beliau mendapat pencerahan di Gunung Di Hyang (sekarang Dieng, Jawa Timur) bahwa bangunan palinggih di Tolangkir (sekarang Besakih) harus ditanami panca datu yang terdiri dari unsur-unsur emas, perak, tembaga, besi, dan permata mirah. Menetap di Taro, Tegalalang – Gianyar, beliau memantapkan ajaran Siwa Siddhanta kepada para pengikutnya dalam bentuk ritual: Surya Sewana, Bebali (Banten), dan Pecaruan.<br /><br />Karena semua ritual menggunakan banten atau bebali maka ketika itu agama ini dinamakan Agama Bali. Daerah tempat tinggal beliau dinamakan Bali. Jadi yang bernama Bali mula-mula hanya daerah Taro saja, namun kemudian pulau ini dinamakan Bali karena penduduk di seluruh pulau melaksanakan ajaran Siwa Siddhanta menurut petunjuk-petunjuk Danghyang Markandeya yang menggunakan bebali atau banten.<br /><br />Selain Besakih, beliau juga membangun pura-pura Sad Kahyangan lainnya yaitu : Batur, Sukawana, Batukaru, Andakasa, dan Lempuyang. Beliau juga mendapat pencerahan ketika Hyang Widhi berwujud sebagai sinar terang gemerlap yang menyerupai sinar matahari dan bulan. Oleh karena itu beliau menetapkan bahwa warna merah sebagai simbol matahari dan warna putih sebagai simbol bulan digunakan dalam hiasan di Pura antara lain berupa ider-ider, lelontek, dll.<br /><br />Selain itu beliau mengenalkan hari Tumpek Kandang untuk mohon keselamatan pada Hyang Widhi, digelari Rare Angon yang menciptakan darah, dan hari Tumpek Pengatag untuk menghormati Hyang Widhi, digelari Sanghyang Tumuwuh yang menciptakan getah.<br /></li>
<li><b>MPU SANGKUL PUTIH</b><br />Setelah Danghyang Markandeya moksah, Mpu Sangkul Putih meneruskan dan melengkapi ritual bebali antara lain dengan membuat variasi dan dekorasi yang menarik untuk berbagai jenis banten dengan menambahkan unsur-unsur tetumbuhan lainnya seperti daun sirih, daun pisang, daun janur, buah-buahan: pisang, kelapa, dan biji-bijian: beras, injin, kacang komak. Bentuk banten yang diciptakan antara lain canang sari, canang tubugan, canang raka, daksina, peras, panyeneng, tehenan, segehan, lis, nasi panca warna, prayascita, durmenggala, pungu-pungu, beakala, ulap ngambe, dll. Banten dibuat menarik dan indah untuk menggugah rasa bhakti kepada Hyang Widhi agar timbul getaran-getaran spiritual.<br /><br />Di samping itu beliau mendidik para pengikutnya menjadi sulinggih dengan gelar Dukuh, Prawayah, dan Kabayan. Beliau juga pelopor pembuatan arca/pralingga dan patung-patung Dewa yang dibuat dari bahan batu, kayu, atau logam sebagai alat konsentrasi dalam pemujaan Hyang Widhi. Tak kurang pentingnya, beliau mengenalkan tata cara pelaksanan peringatan hari Piodalan di Pura Besakih dan pura-pura lainnya, ritual hari-hari raya : Galungan, Kuningan, Pagerwesi, Nyepi, dll. Jabatan resmi beliau adalah Sulinggih yang bertanggung jawab di Pura Besakih dan pura-pura lainnya yang telah didirikan oleh Danghyang Markandeya.<br /></li>
<li><b>MPU KUTURAN</b><br />Pada abad ke-10an datanglah ke Bali seorang Brahmana dari Majapahit yang berperan sangat besar pada kemajuan Agama Hindu di Bali. Seperti disebutkan oleb R. Goris pada masa Bali Kuna berkembang suatu kehidupan keagamaan yang bersifat sektarian. Ada sembilan sekte yang pernah berkembang pada masa Bali Kuna antara lain sekte Pasupata, Bhairawa, Siwa Siddhanta, Waisnawa, Bodha, Brahma, Resi, Sora dan Ganapatya. Diantara sekte-sekte tersebut Çiwa Siddhanta merupakan sekte yang sangat dominan.<br /><br />Masing-masing sekte memuja Dewa-Dewa tertentu sebagai istadewatanya atau sebagai Dewa Utamanya dengan Nyasa (simbol) tertentu serta berkeyakinan bahwa istadewata-nyalah yang paling utama sedangkan yang lainnya dianggap lebih rendah. Perbedaan-perbedaan itu akhirnya menimbulkan pertentangan antara satu sekte dengan sekte yang lainnya yang menyebabkan timbulnya ketegangan dan sengketa didalam tubuh masyarakat Bali Aga.<br /><br />Inilah yang merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya gangguan keamanan dan ketertiban di masyarakat yang membawa dampak negative pada hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat. Akibat yang bersifat negative ini bukan saja menimpa desa bersangkutan, tetapi meluas sampai pada pemerintahan kerajaan sehingga roda pemerintahan menjadi kurang lancar dan terganggu. <br /><br />Dalam kondisi seperti itu, Raja Gunaprya Dharmapatni/Udayana Warmadewa perlu mendatangkan rohaniawan dari Jawa Timur yang oleh Gunaprya Dharmapatni sudah dikenal sejak dahulu semasih beliau ada di Jawa Timur. Oleh karena itu Raja Gunaprya Dharmapatni/Udayana Warmadewa bersekepatan untuk mendatangkan 4 orang Brahmana bersaudara yaitu:</li>
</ul>
</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Mpu Semeru, dari sekte Siwa tiba di Bali pada hari jumat Kliwon, wuku Pujut, bertepatan dengan hari Purnamaning Kawolu, candra sengkala jadma siratmaya muka yaitu tahun caka 921 (999M) lalu berparhyangan di Besakih.</li>
<li>Mpu Ghana, penganut aliran Gnanapatya tiba di Bali pada hari Senin Kliwon, wuku Kuningan tanggal 7 tahun caka 922 (1000M), lalu berparhyangan di Gelgel</li>
<li>Mpu Kuturan, pemeluk agama Budha dari aliran Mahayana tiba di Bali pada hari Rabu Kliwon wuku pahang, maduraksa (tanggal ping 6), candra sengkala agni suku babahan atau tahun caka 923 (1001M), selanjutnya berparhyangan di Silayukti (Padang)</li>
<li>Mpu Gnijaya, pemeluk Brahmaisme tiba di Bali pada hari Kamis Umanis, wuku Dungulan, bertepatan sasih kadasa, prati padha sukla (tanggal 1), candra sengkala mukaa dikwitangcu (tahun caka 928 atau 1006M) lalu berparhyangan di bukit Blibis (Lempuyang)<br /><br />Sebenarnya keempat orang Brahmana ini di Jawa Timur bersaudara 5 orang yaitu adiknya yang bungsu bernama Mpu Bharadah ditinggalkan di Jawa Timur dengan berparhyangan di Lemahtulis, Pajarakan. Kelima orang Brahmana ini lazim disebut Panca Pandita atau “<b>Panca Tirtha</b>” karena beliau telah melaksanakan upacara “wijati” yaitu menjalankan dharma “Kabrahmanan”.<br /><br />Dalam suatu rapat majelis yang diadakan di Bata Anyar (Desa Bedahulu, Pejeng) yang dihadiri oleh unsur tiga kekuatan pada saat itu, yaitu :</li>
</ol>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Dari pihak Budha Mahayana diwakili oleh Mpu Kuturan yang juga sebagai ketua sidang</li>
<li>Dari pihak Ciwa diwakili oleh Mpu Semeru</li>
<li>Dari pihak 6 sekte yang pemukanya adalah orang Bali Aga<br /><br />Dalam rapat majelis tersebut Mpu Kuturan membahas bagaimana menyederhanakan keagamaan di Bali, yang terdiri dari berbagai aliran. Tatkala itu semua hadirin setuju untuk menegakkan paham Tri Murti (Brahma, Wisnu, Ciwa) untuk menjadi inti keagamaan di Bali dan yang layak dianggap sebagai perwujudan atau manifestasi dari Sang Hyang Widhi Wasa. <br /><br />Konsesus yang tercapai pada waktu itu menjadi keputusan pemerintah kerajaan, dimana ditetapkan bahwa semua aliran di Bali ditampung dalam satu wadah yang disebut “<b>Siwa-Buddha</b>” sebagai persenyawaan Siwa dan Budha.<br /><br />Semenjak itu penganut Siwa Budha harus mendirikan tiga buah bangunan suci (pura) untuk memuja Sang Hyang Widhi Wasa dalam perwujudannya yang masing-masing bernama:</li>
</ul>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Pura Desa Bale Agung untuk memuja kemuliaan Brahma sebagai perwujudan dari Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan)</li>
<li>Pura Puseh untuk memuja kemulian Wisnu sebagai perwujudan dari Sang Hyang Widhi Wasa</li>
<li>Pura Dalem untuk memuja kemuliaan Bhatari Durga yaitu caktinya Bhatara Siwa sebagai perwujudan dari Sang Hyang Widhi Wasa<br /><br />Ketiga pura tersebut disebut Pura “<b>Kahyangan Tiga</b>” yang menjadi lambang persatuan umat Siwa Budha di Bali. <br /><br />Dalam Samuan Tiga juga dilahirkan suatu organisasi “Desa Pakraman” yang lebih dikenal sebagai “Desa Adat”. Dan sejak saat itu berbagai perubahan diciptakan oleh Mpu Kuturan, baik dalam bidang politik, social, dan spiritual. Jika sebelum keempat Brahmana tersebut semua prasasti ditulis dengan menggunakan huruf Bali Kuna, maka sesudah itu mulai ditulis dengan bahasa Jawa Kuna (Kawi). Akhirnya di bekas tempat rapat itu dibangun sebuah pura yang diberi nama Pura Samuan Tiga.<br /><br />Atas wahyu Hyang Widhi beliau mempunyai pemikiran-pemikiran cemerlang mengajak umat Hindu di Bali mengembangkan konsep Trimurti dalam wujud simbol palinggih Kemulan Rong Tiga di tiap perumahan, Pura Kahyangan Tiga di tiap Desa Adat, dan Pembangunan Pura-pura Kiduling Kreteg (Brahma), Batumadeg (Wisnu), dan Gelap (Siwa), serta Padma Tiga, di Besakih. Paham Trimurti adalah pemujaan manifestasi Hyang Widhi dalam posisi horizontal (pangider-ider).</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<ul>
<li><b>MPU MANIK ANGKERAN</b><br />Setelah Mpu Sangkulputih moksah, tugas-tugas beliau diganti oleh Mpu Manik Angkeran. Beliau adalah Brahmana dari Majapahit putra Danghyang Siddimantra. Dengan maksud agar putranya ini tidak kembali ke Jawa dan untuk melindungi Bali dari pengaruh luar, maka tanah genting yang menghubungkan Jawa dan Bali diputus dengan memakai kekuatan bathin Danghyang Siddimantra. Tanah genting yang putus itu disebut <b>Segara Rupek</b>.</li>
</ul>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<ul>
<li><b>MPU JIWAYA</b><br />Beliau menyebarkan Agama Budha Mahayana aliran Tantri terutama kepada kaum bangsawan di zaman Dinasti Warmadewa (abad ke-9). Sisa-sisa ajaran itu kini dijumpai dalam bentuk kepercayaan kekuatan mistik yang berkaitan dengan keangkeran (tenget) dan pemasupati untuk kesaktian senjata-senjata alat perang, topeng, barong, dll.<br /></li>
<li><b>DANGHYANG DWIJENDRA</b><br />Datang di Bali pada abad ke-14 ketika Kerajaan Bali Dwipa dipimpin oleh Dalem Waturenggong. Atas wahyu Hyang Widhi di Purancak, Jembrana, Beliau mempunyai pemikiran-pemikiran cemerlang bahwa di Bali perlu dikembangkan paham Tripurusa yakni pemujaan Hyang Widhi dalam manifestasi-Nya sebagai Siwa, Sadha Siwa, dan Parama Siwa. Bentuk bangunan pemujaannya adalah Padmasari atau Padmasana. <br /><br />Jika konsep Trimurti dari Mpu Kuturan adalah pemujaan Hyang Widhi dalam kedudukan horizontal, maka konsep Tripurusa adalah pemujaan Hyang Widhi dalam kedudukan vertikal. Ketika itu Bali Dwipa mencapai jaman keemasan, karena semua bidang kehidupan rakyat ditata dengan baik. Hak dan kewajiban para bangsawan diatur, hukum dan peradilan adat/agama ditegakkan, prasasti-prasasti yang memuat silsilah leluhur tiap-tiap soroh/klan disusun. Awig-awig Desa Adat pekraman dibuat, organisasi subak ditumbuh-kembangkan dan kegiatan keagamaan ditingkatkan.<br /><br />Selain itu beliau juga mendorong penciptaan karya-karya sastra yang bermutu tinggi dalam bentuk tulisan lontar, kidung atau kekawin. Karya sastra beliau yang terkenal antara lain : Sebun bangkung, Sara kusuma, Legarang, Mahisa langit, Dharma pitutur, Wilet Demung Sawit, Gagutuk menur, Brati Sesana, Siwa Sesana, Aji Pangukiran, dll. Beliau juga aktif mengunjungi rakyat di berbagai pedesaan untuk memberikan Dharma wacana.<br /><br />Saksi sejarah kegiatan ini adalah didirikannya Pura-Pura untuk memuja beliau di tempat mana beliau pernah bermukim membimbing umat misalnya : Purancak, Rambut Siwi, Pakendungan, Uluwatu, Bukit Gong, Bukit Payung, Sakenan, Air Jeruk, Tugu, Tengkulak, Gowa Lawah, Ponjok Batu, Suranadi (Lombok), Pangajengan, Masceti, Peti Tenget, Amertasari, Melanting, Pulaki, Bukcabe, Dalem Gandamayu, Pucak Tedung, dll.</li>
</ul>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ke-enam tokoh suci tersebut telah memberi ciri yang khas pada kehidupan beragama Hindu di Bali sehingga terwujudlah tattwa dan ritual yang khusus yang membedakan Hindu-Bali dengan Hindu di luar Bali. Di bidang tattwa misalnya, ciri khas yang paling menonjol adalah penyembahan Hyang Widhi dalam manifestasi sebagai Trimurti dan Tripurusa dalam bentuk palinggih Kemulan Rong Tiga dan Padmasana yang dikembangkan masing-masing oleh Mpu Kuturan dan Mpu/Danghyang Nirartha. Di bidang ritual ciri khas Hindu-Bali yang terpenting adalah adanya bebali atau banten yang dikembangkan oleh Danghyang Markandeya dan Mpu Sangkulputih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejarah kemudian membuktikan bahwa walaupun di Nusantara telah berkembang Agama lain seperti Islam dan Kristen, Bali tetap dapat bertahan pada Hindu karena agama Hindu telah membudaya mewujudkan jati diri orang-orang Bali yang mengagumkan dunia. Zaman sudah globalisasi, dunia yang tanpa batas, pengaruh budaya luar terus menerus menghantam ketahanan orang-orang Hindu. Bermula dari perubahan nama Agama di era Orde Baru, di mana Agama Hindu-Bali dirubah menjadi Agama Hindu Dharma. Ini merupakan tonggak bagi sebagian kecil penduduk dari suku-suku: Batak Karo, Dayak, Banten, Jawa, dll. mendapat pengakuan pada keyakinan spiritualnya di luar Agama yang sudah ada, menjadi tertampung dalam Hindu Dharma.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan demikian Hindu Dharma akan mampu memberikan acuan yang lengkap mengenai Tattwa, Susila dan Upacara kepada saudara-saudara se-dharma di luar Bali, karena sudah ratusan generasi meninggalkan Hindu atau tidak bersentuhan dengan Hinduan seperti yang berkembang di Bali Hindu Dharma harus mempertahankan nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh ke enam tokoh suci yang disebutkan di atas. Karena Bali saat ini banyak sekali aliran-aliran bermunculan dan saling bertentangan seperti abad ke 10 sebelum kedatangan Mpu Kuturan di Bali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam perkembangan globalisasi saat ini Hindu Dharma sudah melakukan reformasi kelembagaan yaitu:</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Parisadha Hindu Dharma secara khusus sebagai lembaga umat yang menangani masalah-masalah agama sehingga Tattwa , Susila dan Upacara menjadi sesuatu yang utuh sebagai manifestasi hubungan vertical (hubungan religius)</li>
<li>Lembaga Adat (Majelis Desa Pekraman untuk di Bali) secara khusus menangani masalah-masalah Adat sebagai manifestasi hubungan Horisontal.(hubungan social)</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="text-align: justify;">
SUMBER-SUMBER AJARAN SIWA SIDDHANTA</h3>
<div style="text-align: justify;">
Walaupun sumber - sumber ajaran Agama Hindu di Bali berasal dari kitab - kitab berbahasa Sansekerta, namun sumber - sumber tua yang kita warisi kebanyakan ditulis dalam dua bahasa yaitu Bahasa Sansekerta dan Bahasa Jawa Kuno. Kitab yang di tulis dalam bahasa Sansekerta umumnya adalah kitab Puja, namun bahasa Sansekerta yang digunakan adalah bahasa Sansekerta kepulauan khas Indonesia yang sedikit berbeda dengan bahasa Sansekerta versi India. Sedangkan kitab - kitab yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno antara lain Bhuwanakosa, Jnana Siddhanta, Tattwa Jnana, Wrhaspati tatwa dan Sarasamuscaya. Kitab Bhuwanakosa, Jnana Siddhanta, Tattwa Jnana dan Wrhaspati Tattwa adalah kitab - kitab yang Tattwa yang mengajarkan Siwa Tattwa yang mana juga kitab - kitab ini menjadi unsur dari isi Puja. Sedangkan Sarasamuscaya adalah kitab yang mengajarkan susila, etika dan tingkah laku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Disamping itu juga terdapat banyak lontar - lontar indik yang menjadi rujukan pelaksanaan kehidupan umat beragama dan bermasyarakat di Bali seperti lontar Wariga, lontar tentang pertanian, pertukangan, organisasi sosial dan yang lainnya. Disamping itu juga terdapat kitab - kitab Itihasa dan gubahan - gubahan yang berasal dari purana, seperti Parwa ( kisah Maha Bharata), Kanda (Ramayana) dan juga kekawin - kekawin yang menjadi alat pendidikan dan pedoman dalam bertingkah laku bagi masyarakat. Itihasa dan juga purana juga menjadi sumber dalam kehidupan berkesenian di Bali terutama kesenian yang masuk kategori Wali atau sakral, seperti wayang, topeng, calonarang dan yang lainnya, yang mana pementasan kesenian tersebut umumnya mengangakat tema cerita yang berasala dari Itihasa, purana atau kekawin. Tidak semua pelaksanaan kehidupan beragama di Bali yang dapat dirujuk kedalam sumber - sumber ajaran sastra agama, yang dikarenakan Agama Hindu di Bali begitu menyatu dengan Budaya, adat, seni dan segala aspek kehidupan orang Bali, sehingga banyak warisan budaya para leluhur orang Bali yang tetap diwariskan turun - temurun dan menjadi satu keatuan denga Agama Hindu di Bali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="text-align: justify;">
SIVA SIDDHANTA DALAM PELAKSANAAN KEHIDUPAN BERAGAMA DI BALI</h3>
<div style="text-align: justify;">
Ada relasi antara manusia dengan Tuhan. Relasi ini diwujudkan dalam bentuk bakti sebagai wujud Prawrtti Marga. Tuhan dipuja sebagai saksi agung akan semua perbuatan manusia di dunia. Tuhan yang memberikan berkah dan hukuman kepada semua mahluk. Di Bali, bhakti kepada Tuhan direalisasikan dalam berbagai bentuk. Untuk orang kebanyakan, bhakti diwujudkan dengan sembahyang yang diiringi dengan upakara. Upakara artinya pelayanan dengan ramah diwujudkan dengan banten. Upakara termasuk Yajna atau persembahan suci. Baik sembahyang maupun persembahan Yajna memerlukan tempat pemujaan. Pemangku, Balian Sonteng dan Sulinggih mengantarkan persembahan umat kepada Tuhan dengan, mantra dan puja. Padewasan dan rerainan memengang peranan penting, yang mana pada semua ini ajaran sradha kepada Tuhan akan selalu tampak terwujud.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Demikian juga misalnya saat Dewa Siwa sebagai Dewata Nawa Sanga diwujudkan dalam banten caru, Beliau disimbulkan pada banten Bagia Pula Kerti, Beliau dipuja pada puja Asta Mahabhaya, Nawa Ratna dan pada kidung Beliau dipuja pada kidung Aji Kembang. Dewa Siwa sebagai Panca Dewata dipuja dalam berbagai Puja, Mantra ditulis dalam aksara pada rerajahan dan juga disimbulkan pada alat upacara serta aspek kehidupan beragama lainnya. Tempat - tempat pemujaan menunjukkan tempat memuja Dewa Siwa dalam manifestasi beliau.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beliau dipuja sebagai Siwa Raditya di Padmasana, dipuja sebagai Tri Murti di sanggah/paibon, Kahyanga Desa dan kahyangan jagat. Pemujaan Tuhan pada berbagai tempat sebagai Ista Dewata sesuai dengan ajaran Tuhan berada dimana - mana. Demikinalah orang Bali menyembah Tuhan disemua tempat, di Pura Dalem, Pura Desa, Pura Puseh, Bale Agung, Pempatan Agung, Peteula, Setra, Segara, Gunung, Sawah, Dapur dan sebagainya. Disamping itu diberbagai tempat Tuhan dipuja sebagai Dewa yang "Ngiyangin" atau yang memberkati daerah pada berbagai aspek kehidupan, seperti Dewa Pasar, Peternakan, Kekayaan, Kesehatan, Kesenian, Ilmu Pengetahuan dan sebagainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan demikian hampir tidak ada aspek kehidupan orang Bali yang lepas dari Agama Hindu. Dalam pemujaan ini Tuhan dipuja sebagai Ista Dewata, Dewa yang dimohon kehadirannya pada pemujaannya, sehingga yang dipuja bukanlah Tuhan yang absolut sebagai Brahman dalam Upanisad atau Dewa Siwa sebagai Parama Siwa, namun Tuhan yang bersifat pribadi yang menjadi junjungan yang disembah oleh penyembahnya. Ista Dewata ini dipandang sebagai tamu yang dimohon kehadirannya oleh hambanya pada waktu dipuja untuk menyaksikan sembah bakti umatnya. Oleh karena itu Tuhan dipuja sebagai "Hyang" dari aspek - aspek kehidupan yang rasa kehadiran-Nya sangat dihayati oleh hambanya sama seperti penghayatan umat terhadapap aspek kehidupan tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pemujaan dilakukan dalam suasana, tempat cara dan bahan yang paling tepat dan paling dihayati oleh para pemuja-Nya. Terdapat persembahan Banten, pakaian, hiasan yang semuanya dipersembahkan dengan begitu serasi dengan penghayatan, perasaan dan cita rasa dari penyembah-Nya sehingga penghayatan menyusup kedalam lubuk hati yang terdalam. Apapun yang dipersembahkan, maka itu adalah sesuatu yang terbaik menurut para penyembah-Nya. Akibat dari semua itu adalah adanya variasai dan pelaksanaan hidup beragama di Bali. Namun inti dari prinsip ajaran agama Hindu adalah sama, yaitu Tuhan yang ada dimana - mana sama dengan Tuhan Yang Maha Esa yang menampakkan diri dalam berbagai wujud dan pandangan penyembah-Nya, yang abstrak dihayati melalui bentuk.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pura Luhur Uluwatu ini berada di Desa Pecatu Kecamatan Kuta Kabupaten Badung. Pura Luhur Uluwatu dalam pangeder-ider Hindu Siwa Sidhanta di Bali berada di arah barat daya sebagai pura untuk memuja Tuhan sebagai Batara Rudra. Kedudukan Pura Luhur Uluwatu tersebut berhadap-hadapan dengan Pura Andakasa, Pura Batur dan Pura Besakih. Karena di Pura Luhur Uluwatu itu terfokus daya wisesa atau kekuatan spiritual dan tiga Dewa yaitu Dewa Brahma memancar dari Pura Andakasa, Dewa Wisnu dari Pura Batur dan Dewa Siwa dari Pura Besakih. Tiga daya wisesa yang disebut Tri Kona itulah yang dibutuhkan dalam hidup ini. Dinamika hidup akan mencapai sukses apabila adanya keseimbangan Utpati, Stithi dan Pralina secara benar, tepat dan seimbang. Menurut Lontar Kusuma Dewa, pura ini didirikan atas anjuran Mpu Kuturan sekitar abad kesebelas. Pura ini salah satu dari enam Pura Sad Kahyangan yang disebutkan dalam Lontar Kusuma Dewa. Pura yang disebut Pura Sad Kahyangan ada enam yaitu Pura Besakih, Pura Lempuhyang Luhur, Pura Goa Lawah, Pura Luhur Uluwatu, Pura Luhur Batukaru dan Pura Pusering Jagat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berhubung banyak lontar yang menyebutkan Sad Kahyangan, maka tahun 1979-1980 Institute Hindu Dharma (sekarang Unhi) atas penugasan Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat mengadakan penelitian secara mendalam. Akhirnya disimpulkan bahwa Pura Sad Kahyangan menurut Lontar Kusuma Dewa itulah yang ditetapkan sebagai Pura Sad Kahyangan, karena saat Bali belum pecah menjadi sembilan kerajaan. Lontar tersebut dibuat tahun 1005 Masehi atau tahun Saka 927. Hal ini didasarkan pada adanya pintu masuk di Pura Luhur Uluwatu menggunakan Candi Paduraksa yang bersayap.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Candi tersebut sama dengan candi masuk di Pura Sakenan di Pulau Serangan Kabupaten Badung. Di Candi Pura Sakenan tersebut terdapat Candra Sangkala dalam bentuk Resi Apit Lawang yaitu dua orang pandita berada di sebelah menyebelah pintu masuk. Hal ini menunjukkan angka tahun yaitu 927 Saka, ternyata tahun yang disebutkan dalam Lontar Kusuma Dewa sangat tepat. Dalam Lontar Padma Bhuwana disebutkan juga tentang pendirian Pura Luhur Uluwatu sebagai Pura Padma Bhuwana oleh Mpu Kuturan pada abad kesebelas. Candi bersayap seperti di Pura Luhur Uluwatu terdapat juga di Lamongan, Jatim.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="text-align: justify;">
PURA LUHUR ULUWATU SEBAGAI TEMPAT PEMUJAAN DEWA SIWA RUDRA</h3>
<div style="text-align: justify;">
Pura Luhur Uluwatu berfungsi sebagai tempat pemujaan Dewa Siwa Rudra dan terletak di barat daya Pulau Bali. Pura Luhur Uluwatu didirikan berdasarkan konsepsi Sad Winayaka dan Padma Bhuwana. Sebagai pura yang didirikan dengan konsepsi Sad Winayaka Pura Luhur Uluwatu sebagai salah satu dari Pura Sad Kahyangan untuk melestarikan Sad Kertih (Atma Kerti, Samudra Kerti, Danu Kerti, Wana Kerti, Jagat Kerti dan Jana Kerti). Sementara sebagai pura yang didirikan berdasarkan konsepsi Padma Bhuwana Pura Luhur Uluwatu didirikan sebagai aspek Tuhan yang menguasai arah barat daya. Pemujaan Dewa Siwa Rudra adalah pemujaan Tuhan dalam memberi energi kepada ciptaannya. Ida Pedanda Punyatmaja Pidada saat masih walaka pernah beberapa kali menjabat ketua Parisada Hindu Dharma Pusat menyatakan bahwa di Pura Luhur Uluwatu memancar energi spiritual tiga dewa. Kekuatan suci ketiga Dewa Tri Murti (Brahma, Wisnu dan Siwa) menyatu di Pura Luhur Uluwatu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena itu, umat yang membutuhkan dorongan spiritual untuk menciptakan, memelihara dan meniadakan sesuatu yang patut diadakan, dipelihara dan dihilangkan sering sangat khusyuk memuja Dewa Siwa Rudra di Pura Luhur Uluwatu. Salah satu ciri hidup yang ideal menurut pandangan Hindu adalah menciptakan segala sesuatu yang patut diciptakan. Memelihara sesuatu yang patut dipelihara dan menghilangkan sesuatu yang sepatutnya dihilangkan. Menciptakan, memelihara dan menghilangkan sesuatu yang patut itu tidaklah mudah. Berbagai hambatan akan selalu menghadang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam menghadapi berbagai kesukaran itulah umat sangat membutuhkan kekuatan moral dan daya tahan mental yang tangguh. Untuk mendapatkan keluhuran moral dan ketahanan mental, salah satu caranya dengan jalan memuja Tuhan dengan tiga manifestasinya. Untuk menumbuhkan daya cipta yang kreatif pujalah Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewa Brahma. Untuk memiliki ketetapan hati memelihara sesuatu yang patut dipelihara pujalah Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewa Wisnu. Untuk mendapatkan kekuatan menghilangkan sesuatu yang patut dihilangkan pujalah Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewa Siwa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Energi spiritual ketiga manifestasi Tuhan itu menyatu dalam Dewa Siwa Rudra yang dipuja di Pura Luhur Uluwatu. Pura Luhur Uluwatu ini tergolong Pura Kahyangan Jagat. Karena Pura Sad Kahyangan dan Pura Padma Bhuwana itu adalah tergolong Pura Kahyangan Jagat. Di Pura Luhur Uluwatu ini Batara Rudra dipuja di Meru Tumpang Tiga. Di sebelah kanan dari jaba Pura Luhur Uluwatu ada Pura Dalem Jurit sebagai pengembangan Pura Luhur Uluwatu pada zaman kedatangan Danghyang Dwijendra pada abad ke-16 Masehi. Di Pura Dalem Jurit ini terdapat tiga patung yaitu Patung Brahma, Patung Ratu Bagus Dalem Jurit dan Patung Wisnu. Ratu Bagus Dalem Jurit itulah sesungguhnya Dewa Siwa Rudra dalam wujud Murti Puja. Pemujaan energi Tri Murti dengan sarana patung ini merupakan peninggalan sistem pemujaan Tuhan dengan sarana patung dikembangkan dengan sistem pelinggih. Karena saat beliau datang ke Pura Dalem Jurit itu sistem pemujaan di Pura Luhur Uluwatu masih sangat sederhana karena kebutuhan umat memang juga masih sederhana saat itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pura Luhur Uluwatu juga memiliki beberapa Pura Prasanak atau Jajar Kemini. Pura Prasanak tersebut antara lain Pura Parerepan di Desa Pecatu, Pura Dalem Kulat, Pura Karang Boma, Pura Dalem Selonding, Pura Pangeleburan, Pura Batu Metandal dan Pura Goa Tengah. Semua Pura Prasanak tersebut berada di sekitar wilayah Pura Luhur Uluwatu di Desa Pecatu. Umumnya Pura Kahyangan Jagat memiliki Pura Prasanak. Pura Prasanak ini merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Pura Luhur Uluwatu. Pura Prasanak tersebut berada dalam radius sekitar lima kilometer Pura Luhur Uluwatu. Karena itu dalam radius lima kilometer tersebut hendaknya jangan ada bangunan atau fasilitas yang tidak ada hubungannya dengan keberadaan Pura Luhur Uluwatu beserta dengan Pura Prasanak -nya. Dapat saja beberapa hal diadakan dalam radius kesucian pura tersebut sepanjang keberadaan bangunan tersebut dalam rangka memperkuat eksistensi nilai-nilai luhur yang terkandung dalam filosofi Pura Luhur Uluwatu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="text-align: justify;">
PADMA TIGA DI BESAKIH SEBAGAI KONSEP TUHAN SIWA</h3>
<div style="text-align: justify;">
<blockquote class="tr_bq">
<i><b>Siwa Tattwa ngaranya sukha tanpa wali duhkha. Sadasiwa Tattwa ngaranya tanpa wwit tanpa tungtung ikang sukha. Paramasiwa Tattwa ngaranya niskala tan wenang winastwan ikang sukha</b></i>. (Dikutip Dari Wrehaspati Tattwa.50)</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Maksudnya:<br />
Hakikat memuja Tuhan Siwa untuk mencapai kebahagiaan yang tidak berbalik pada kedukaan. Memuja Tuhan sebagai Sadasiwa akan mencapai kebahagiaan yang tidak ada awal dan tidak akhirnya. Memuja Tuhan sebagai Paramasiwa mencapai kebahagiaan niskala yang tidak dapat dilukiskan kebahagiaan itu.</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Pelinggih Padma Tiga di Pura Besakih sebagai sarana untuk memuja Tuhan sebagai Sang Hyang Tri Purusa yaitu jiwa agung alam semesta. Purusa artinya jiwa atau hidup. Tuhan sebagai jiwa dari Bhur Loka disebut Siwa, sebagai jiwa Bhuwah Loka disebut Sadha Siwa dan sebagai jiwa dari Swah Loka disebut Parama Siwa. Pelinggih Padma Tiga sebagai media pemujaan Sang Hyang Tri Purusa yaitu Siwa, Sada Siwa dan Parama Siwa. Hal ini dinyatakan dalam Piagam Besakih dan juga dalam beberapa sumber lainnya seperti dalam Pustaka Pura Besakih yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan Propinsi Bali tahun 1988. Busana hitam di samping busana warna putih dan merah dari Padma Tiga bukan simbol dari Wisnu, tetapi simbol dari Parama Siwa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam Mantra Rgveda ada dinyatakan bahwa keberadan Tuhan Yang Maha Esa yang memenuhi alam semesta ini hanya seperempat bagian saja. Selebihnya ada di luar alam semesta. Keberadaan di luar alam semesta ini amat gelap karena tidak dijangkau oleh sinar matahari. Tuhan juga maha-ada di luar alam semesta yang gelap itu. Tuhan sebagai jiwa agung yang hadir di luar alam semesta itulah yang disebut Parama Siwa dalam pustaka Wrehaspati Tattwa itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Busana hitam Padma Tiga yang berada di kanan atau yang mengarah ke Pura Batu Madeg itu bukan lambang pemujaan Wisnu. Tetapi pemujaan untuk Parama Siwa yang berada di luar alam semesta. Parama Siwa adalah Tuhan dalam keadaan Nirguna Brahman artinya tanpa sifat atau manusia tidak mungkin melukiskan sifat-sifat Tuhan Yang Mahakuasa itu. Sedangkan Padma Tiga yang di tengah busananya putih kuning sebagai simbol dalam Tuhan keadaan Saguna Brahman. Artinya Tuhan sudah menunjukkan ciri-ciri niskala untuk mencipta kehidupan yang suci dan sejahtera. Putih lambang kesucian dan kuning lambang kesejahteraan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan busana warna merah pada Padma Tiga yang di kiri atau yang mengarah pada Pura Kiduling Kreteg bukanlah sebagai lambang Dewa Brahma. Warna merah dalam Pelinggih Padma Tiga yang di bagian kiri memang arahnya ke Pura Kiduling Kreteg. Padma Tiga yang berwarna merah itu sebagai simbol yang melukiskan keberadaan Tuhan sudah dalam keadaan krida untuk Utpati, Stithi dan Pralina. Dalam hal inilah Tuhan Siwa bermanifestasi menjadi Tri Murti. Untuk di kompleks Pura Besakih sebagai Dewa Brahma dipuja di Pura Kiduling Kreteg. Sebagai Dewa Wisnu di Pura Batu Madeg dan sebagai Dewa Iswara di Pura Gelap. Di tingkat Pura Padma Bhuwana sebagai Dewa Wisnu dipuja di Pura Batur simbol Tuhan Mahakuasa di arah utara. Dipuja sebagai Dewa Iswara di Pura Lempuhyang Luhur di arah timur dan sebagai Dewa Brahma dipuja di Pura Andakasa simbol Tuhan Mahakuasa di arah selatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara untuk di tingkat desa pakraman, Dewa Tri Murti itu dipuja di Kahyangan Tiga. Mengapa ajaran agama Hindu demikian serius mengajarkan umatnya untuk memuja Tuhan Yang Maha Esa itu dalam manifestasinya sebagai Dewa Tri Murti. Salah satu ciri hidup manusia melakukan dinamika hidup. Memuja Tuhan sebagai Tri Murti untuk menuntun umat manusia agar dalam hidupnya ini selalu berdinamika yang mampu memberikan kontribusi pada kemajuan hidup menuju hidup yang semakin baik, benar dan tepat. Pemujaan pada Dewa Tri Murti itu agar dinamika hidup manusia itu berada di koridor Utpati, Stithi dan Pralina. Maksudnya menciptakan sesuatu yang patut diciptakan disebut Utpati, memelihara serta melindungi sesuatu yang sepatutnya dipelihara dan dilindungi disebut Stithi, serta meniadakan sesuatu yang sudah usang yang memang sudah sepatutnya dihilangkan yang disebut Pralina.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Demikianlah keberadaan Pelinggih Padma Tiga yang berada di Mandala kedua dari Pura Penataran Agung Besakih. Di Mandala kedua ini sebagai simbol bertemunya antara bhakti dan sweca. Bhakti adalah upaya umat manusia atau para bhakta untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Sedangkan sweca dalam bahasa Bali maksudnya suatu anugerah Tuhan kepada para bhakta-nya. Sweca itu akan diterima oleh manusia atau para bhakta sesuai dengan tingkatan bhakti-nya pada Tuhan. Bentuk bhakti pada Tuhan di samping secara langsung juga seyogianya dilakukan dalam wujud asih dan punia. Asih adalah bentuk bhakti pada Tuhan dengan menjaga kelestarian alam lingkungan dengan penuh kasih sayang, karena alam semesta ini adalah badan nyata dari Tuhan. Sedangkan punia adalah bentuk bhakti pada Tuhan dalam wujud pengabdian pada sesama umat manusia sesuai dengan swadharma kita masing-masing. Tuhan telah menciptakan Rta sebagai pedoman atau norma untuk memelihara dan melindungi alam ini dengan konsep asih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tuhan juga menciptakan dharma sebagai pedoman untuk melakukan pengabdian pada sesama manusia. Dengan konsep asih, punia dan bhakti itulah umat manusia meraih sweca-nya Tuhan yang dilambangkan di Pura Besakih di Mandala kedua ini. Di Mandala kektiga ini tepatnya di sebelah kanan Padma Tiga itu ada bangunan suci yang disebut Bale Kembang Sirang. Di Bale Kembang Sirang inilah upacara padanaan dilangsungkan saat ada upacara besar di Besakih seperti saat ada upacara Bhatara Turun Kabeh, upacara Ngusaba Kapat maupun upacara Manca Walikrama, apalagi upacara Eka Dasa Ludra.Upacara padanaan yang dipusatkan di Bale Kembang Sirang inilah sebagai simbol bahwa antara bhakti umat dan sweca-nya Hyang Widhi bertemu. Di Pura Penataran Agung Besakih sebagai simbol Sapta Loka tergolong Pura Luhuring Ambal-ambal. Ini dilukiskan bagaimana umat seyogianya melakukan bhakti kepada Tuhan dan bagaimana Tuhan menurunkan sweca kepada umat yang dapat melakukan bhakti dengan baik dan benar. Semuanya dilukiskan dengan sangat menarik di Pura Penataran Agung Besakih dan amat sesuai dengan konsep Weda kitab suci agama Hindu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pura Pesimpangan berada kurang lebih 2 km di sebelah barat Pura Penataran Agung Besakih. Bangunan suci atau Pelinggih yang utama di Pura Pesimpangan ini adalah bangunan suci yang disebut Gedong Limas Catu. Di samping itu ada satu bangunan yang disebut pepelik untuk menempatkan sesajen sebagai sarana persembahan umat. Ada juga bangunan yang disebut bebaturan dan balai yang disebut piyasan tempat menempatkan sesajen persembahan yang lebih besar. Di samping itu, ada juga beberapa peninggalan batu yang sulit dinyatakan bentuknya karena sudah rusak. Batu itu mungkin bentuk-bentuk sarana pemujaan pada zaman megalitikum atau peninggalan sarana pemujaan saat Sekte Siwa Pasupata yang lebih eksis sebelum muncul dan semakin kuatnya Sekte Siwa Sidanta. Meskipun sekte Siwa Pasupata tidak eksis lagi tetapi para penganut Siwa Sidanta tidak menghilangkan sarana peninggalan Siwa Pasupata, justru tetap dibuatkan tempat seperti yang kita jumpai di beberapa bebaturan di berbagai kompleks Pura Besakih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meskipun sarana pemujaan Sekte atau Sampradaya Siwa Pasupata tidak menjadi unsur utama dalam sistem pemujaan Siwa Siddhanta, tetapi hal itu tetap dihormati tidak dimusnahkan atau tidak diperlakukan semena-mena saja. Gedong Limas Catu sebagai pelinggih utama di Pura Pesimpangan berfungsi sebagai ''pesimpangan'' atau stana sementara Ida Batara di Besakih. Mengapa ada stana sementara? Dalam kegiatan ritual keagamaan yang bersifat rutin di Pura Besakih ada kegiatan yang disebut Melasti. Upacara Melasti simbol perjalanan para dewa manifestasi Tuhan Yang Maha Esa itu dilakukan di Besakih umumnya ke Pura Batu Klotok di pantai selatan Kabupaten Klungkung, ke Tegal Suci dan ke Toya Sah. Ketiga tempat inilah setiap tahun dilakukan upacara Melasti. Saat iring-iringan Melasti itu kembali ke Pura Besakih atau ke Penataran Agung Besakih tidak langsung menuju Pura Besakih. Iring-iringan Melasti itu berhenti untuk beberapa jam lamanya di Pura Pesimpangan ini. Saat berhenti itulah Pelinggih Gedong Limas Catu di Pura Pesimpangan itu disimbolkan sebagai stana sementara Ida Batara di Besakih. Kata ''simpang'' berasal dari bahasa Bali yang artinya singgah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi, Pura Pesimpangan itu sebagai tempat singgah sementara dari Ida Batara simbol Tuhan Yang Maha Esa yang dipuja di Pura Penataran Agung Besakih. Iring-iringan Melasti itu saat kembali ke pelinggih semula umumnya dipersembahkan beberapa sesaji. Besar kecilnya sesaji itu tergantung tingkatan upacaranya. Kalau upacaranya besar maka sesaji untuk kembali berstana di pelinggih asal lebih besar lagi. Untuk mempersiapkan sesaji itu membutuhkan waktu yang lama. Karena itulah iring-iringan Melasti yang kembali itu membutuhkan singgah untuk berhenti sejenak di Pura Pesimpangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Zaman dahulu belum ada alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih seperti sekarang. Sehingga sulit untuk mengetahui siap dan tidaknya penyambutan iring-iringan Melasti itu di Pura Besakih. Yang menjadi tanda bahwa iring-iringan itu sudah dekat dengan Pura Penataran Agung Besakih adalah suara gong atau gamelan. Konon iring-iringan Melasti itu kalau sudah sampai di Pura Pesimpangan suara gongnya sudah kedengaran dengan jelas dari Penataran Agung. Kalau suara gong sudah terdengar maka segala sesuatu menyangkut ritual sakral penyambutan kedatangan iring-iringan Melasti itu sudah dapat mulai dipersiapkan. Setelah berhenti beberapa jam lamanya di Pura Penataran barulah iring-iringan Melasti itu berangkat lagi menuju Penataran Agung Besakih. Begitu iring-iringan itu sampai di Penataran Agung segala sarana upacara penyambutan sudah siap dilangsungkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yang sangat menarik di Pura Pesimpangan ini adalah bentuk Pelinggih Limas Catu ini. Di setiap Merajan Gede yang disebut di Gedong Pertiwi tempat pemujaan leluhur umat Hindu di seluruh Bali umumnya pada Pelinggih Limas Catu yang dibangun di sebelah kanan Gedong Pertiwi. Limas Catu itu pun juga sebagai pesimpangan Batara Gunung Agung di Besakih. Sedangkan sebelah kirinya ada Gedong Limas Mujung sebagai pesimpangan Ida Batara di Gunung Batur. Limas Catu dan Limas Mujung wujud umumnya sama tetapi yang berbeda tutup atapnya di puncak dari bangunan tersebut. Kalau Limas Catu puncaknya berbentuk kerucut semakin ke atas semakin mengecil yang dibuat dari ijuk. Sedangkan Limas Mujung puncak atapnya ditutup dengan topi yang dibuat dari tanah liat beserta hiasannya yang ada ukirannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pura Besakih dan Pura Batur adalah Pura Kahyangan Jagat yang tergolong Pura Rwa Bhineda. Fungsi Pura Rwa Bhineda sebagai media memuja Tuhan untuk memohon keseimbangan hidup lahir dan batin. Pura Besakih memohon kebahagiaan hidup rohaniah, sedangkan Pura Batur untuk memohon kesejahteraan hidup lahiriah. Jadinya tujuan pemujaan leluhur di Merajan Gedong Pertiwi adalah untuk memuja memohon kepada leluhur agar ikut serta memperkuat pemujaan umat pada Tuhan untuk membangun kehidupan yang sejahtera lahir batin. Karena itulah ada Pelinggih Pesimpangan Besakih dan Batur dalam wujud Limas Catu dan Limas Mujung. Memperhatikan konsep pemujaan pada Ida Batara di Besakih dapat dibuat dalam wujud besar, megah dan luas. Pemujaan seperti itu kedudukannya sebagai pemujaan jagat masyarakat umat Hindu umumnya tetapi untuk memuja Ida Batara di Besakih dalam keluarga yang lebih kecil dapat dilakukan dengan cara yang amat sederhana. Di Merajan Gede di sebelah kanan Gedong Pertiwi umumnya ada Pelinggih Limas Catu namanya. Pelinggih inilah sebagai Pelinggih Pesimpangan Ida Batara di Besakih sebagai Tuhan dalam manifestasi sebagai Batara Siwa. Sarana pemujaan Tuhan yang ada di mana-mana itu dapat dilakukan dengan berbagai bentuk seperti dinyatakan dalam petikan Kekawin Dharma Sunia di atas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="text-align: justify;">
PURA GOA GAJAH SEBAGAI TEMPAT PEMUJAAN DEWA SIWA</h3>
<div style="text-align: justify;">
<blockquote class="tr_bq">
<i><b>Tri Purusa di Goa Gajah</b></i><br />
<i><b>Siwa Tattwa ngaranya sukha tanpa wali duhka.</b></i><br />
<i><b>Sadasiwa Tattwa ngaranya tan pawwit tanpa tungtung.</b></i><br />
<i><b>Paramasiwa Tattwa ngaranya niskala tan tan wenang</b></i><br />
<i><b>winastwan ikang sukha, salah linaksanan. </b></i>(Wrehaspati Tattwa.50).</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Maksudnya:<br />
Tujuan Siwa Tattwa mencapai kebahagiaan yang tidak berbalik pada kedukaan. Paramasiwa Tattwa adalah kebahagiaan yang bersifat niskala, tidak dapat dibayangkan dalam wujud nyata dan tidak benar bila diberi ciri-ciri.</blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Di Pura Goa Gajah terdapat ceruk di mana di dalam salah satu ceruknya di arah timur goa terdapat tiga buah Lingga berjejer dalam satu lapik. Masing-masing Lingga di kelilingi oleh depalan Lingga kecil-kecil. Dalam tradisi Hindu Lingga itu adalah bangunan suci simbol pemujaan pada Dewa Siwa sebagai salah satu manifestasi Tuhan. Tiga Lingga ini mungkin sebagai salah satu peninggalan Hindu dari sekte Siwa Pasupata. Tiga Lingga itu sebagai simbol sakral sebagai sarana pemujaan Tuhan dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Tri Purusa. Tuhan dipuja sebagai Sang Hyang Tri Purusa itu dalam fungsinya sebagai jiwa agung alam semesta. Siwa sebagai jiwa Bhur Loka. Sada Siwa sebagai jiwa agung Bhuwah Loka dan Parama Siwa sebagai jiwa Swah Loka. Tujuan pemujaan Tuhan sebagai Siwa jiwa agung Bhur Loka adalah untuk mencapai suka tanpa wali duhkha. Sebagai Sada Siwa untuk mencapai kebahagiaan yang tiada berpangkal dan tiada berujung. Sebagai Parama Siwa untuk mencapai kebahagiaan yang bersifat niskala yang tidak dapat dibayangkan dalam wujud nyata dan tidak mungkin diberikan ciri-cirinya. Demikian dinyatakan dalam pustaka suci Wrehaspati Tattwa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masing-masing Lingga dikelilingi oleh delapan Lingga kecil-kecil itu sebagai simbol delapan dewa di delapan penjuru dari masing-masing bhuwana tersebut. Delapan dewa itu disebut Astadipalaka, artinya delapan kemahakuasaan Tuhan sebagai pelindung seluruh penjuru alam. Memuja Tuhan dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Tri Purusa bertujuan untuk menguatkan jiwa untuk mencapai kesuksesan hidup di Tri Bhuwana. Delapan dewa di masing-masing bhuwana itu adalah sebagai dewa manifestasi dari Siwa. Dalam buku ”Penuntun ke Objek-objek Purbakala” oleh Prof. Drs. I Gst. Gde Ardana dinyatakan tiga Lingga di Pura Goa Gajah itu ada yang menduga sebagai simbol pemujaan Tri Murti. Dugaan itu sepertinya kurang nyambung dengan konsep pantheon Hindu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pura Goa Gajah itu terletak di Desa Bedaulu Kecamatan Blahbatuh, Gianyar. Pura ini memiliki banyak peninggalan purbakala. Karena itu pura ini banyak dikunjungi oleh para wisatawan asing maupun domestik. Pura ini dapat dibagi menjadi tiga bagian. Ada bangunan-bangunan suci Hindu yang amat tua sekitar abad ke-10 Masehi. Ada bangunan suci Hindu berupa pelinggih-pelinggih yang dibangun setelah abad tersebut. Sedangkan yang ketiga ada bangunan peninggalan agama Buddha yang diperkirakan oleh para ahli sudah ada sekitar abad ke-8 Masehi sezaman dengan Candi Borobudur di Jawa Tengah. Di ceruk bagian timur goa terdapat tiga Lingga besar berjejer di atas satu lapik, sedangkan di bagian baratnya terdapat arca Ganesa di goa berbentuk T. Jadinya di bagian hulu atau keluwan goa ada tiga Lingga simbol Siwa atau Sang Hyang Tri Purusa. Sedangkan di bagian teben adalah arca Ganesa yaitu putra Siwa dalam sistem pantheon Hindu. Karena adanya arca Ganesa inilah menurut Miguel Covarrubias goa ini bernama Goa Gajah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Fungsi Dewa Ganesa dalam sistem pemujaan Hindu adalah sebagai Wighna-ghna Dewa dan sebagai Dewa Winayaka. Wighna artinya halangan atau tantangan. Pemujaan Tuhan sebagai Dewa Ganesa adalah pemujaan untuk mendapatkan tuntunan spiritual agar memiliki ketahanan diri dalam menghadapi berbagai halangan atau tantangan hidup. Ganesa dipuja sebagai Dewa Winayaka adalah untuk mendapatkan tuntunan Tuhan dalam mengembangkan hidup yang bijaksana. Kemampuan menghadapi tantangan dan mengembangkan kebijaksanaan ini sebagai langkah awal untuk meraih hidup yang damai dan sejahtera di bumi ini. Di depan goa terdapat arca Pancuran dalam sebuah kolam permandian sakral yang karena zaman tertimbun tanah. Saat Kriygsman menjabat kepala kantor Prbakala di Bali, maka tahun 1954 permandian itu digali. Di permandian itu terdapat arca Widyadara dan Widyadhari. Arca pancuran ini ada enam buah. Tiga berjejer di bagian utara dan tiga di bagian selatan. Arca bidadari ini diletakkan di atas lapik teratai atau padma.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Padma adalah simbol alam semesta stana Hyang Widhi. Di tengahnya ada arca laki simbol Widyadhara. Enam arca Widyadhari ini mengalirkan air dari pusat arca dan ada yang dari susu arca. Air yang mengalir di kolam itu sebagai simbol kesuburan. Tujuan pemujaan Tuhan dengan simbol Lingga sebagai media untuk memotivasi munculnya kesuburan. Lingga itu dibagi menjadi dua bagian yaitu alasnya disebut Yoni simbol Predana dan yang berdiri tegak di atas yoni itu disebut Lingga. Bagian bawah lingga berbentuk segi empat simbol Brahma Bhaga, di atasnya berbentuk segi delapan simbol Wisnu Bhaga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di atas segi delapan berbentuk bulat panjang. Inilah puncaknya sebagai Siwa Bhaga. Dalam upacara pemujaan Lingga ini disiram air atau dengan susu. Air atau susu itu ditampung melalui saluran yoni. Air itulah yang dipercikan ke sawah ladang memohon kesuburan pertanian dan perkebunan. Arca pancuran itu lambang air mengalir untuk membangun kesuburan pertanian dalam arti luas. Dalam Canakya Nitisastra, air itu dinyatakan salah satu dari tiga Ratna Permata Bumi. Tumbuh-tumbuhan bahan makanan dan obat-obatan serta kata-kata bijak sebagai dua Ratna Permata lainnya. Bangunan suci Hindu di Pura Goa Gajah di samping ada bangunan peninggalan Hindu pada zaman eksisnya Hindu Siwa Pasupata pada zaman berikutnya ada pura sebagai pemujaan Hindu pada zaman Hindu Siwa Siddhanta telah berkembang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena itu di sebelah timur agak ke selatan Goa Gajah itu ada beberapa pelinggih. Ada Pelinggih Limas Catu dan Limas Mujung sebagai Pelinggih Pesimpangan Batara di Gunung Agung dan Gunung Batur. Ada Pelinggih Gedong sebagai pelinggih leluhur para gusti di Bedaulu. Ada pelinggih Ratu Taman sebagai pemujaan Batara Wisnu sebagai dewanya air. Sebagaimana pura pada umumnya terdapat juga beberapa bangunan pelengkap. Seperti pelinggih Pengaruman sebagai tempat sesaji untuk persembahan saat ada upacara, baik upacara piodalan maupun karena ada hari raya Hindu lainnya. Peninggalan yang lebih kuno dari peninggalan Hindu di Pura Goa Gajah adalah adanya peninggalan agama Buddha. Di luar goa di sebelah baratnya ada arca Buddhis yaitu Dewi Hariti di Bali disebut arca Men Brayut. Arca ini dilukiskan sebagai seorang wanita yang memangku banyak anak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam mitologi agama Buddha, Hariti ini pada mulanya seorang wanita pemakan daging manusia terutama daging anak-anak. Setelah Hariti ini mempelajari ajaran Sang Budsha, Hariti akhirnya menjadi seorang yang sangat religius dan penyayang anak-anak. Di sebelah selatan Goa Gajah melalui parit diketemukan arca Buddha dalam sikap Dhyani Buddha Amitaba. Buddha dalam sikap Dhyani Buddha Amitaba ini dalam sistem pantheon Buddha Mahayana sebagai Buddha pelindung arah barat alam semesta. Demikian tiga wajud bangunan keagamaan Hindu dan Buddha di Pura Goa Gajah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Toleransi Beragama di Pura Goa Gajah Di Pura Goa Gajah ada tiga tipe bangunan keagamaan yang berbeda-beda. Ada bangunan keagamaan Hindu pada saat berkembangnya Hindu Siwa Pasupati. Dengan bukti-bukti adanya Arca Tiga Lingga yang masing-masing Lingga dikelilingi oleh delapan Lingga kecil-kecil. Ada bangunan keagamaan yang bercorak Siwa Siddhanta dengan adanya pelinggih-pelinggih di sebelah timur agak keselatan dari Goa Gajah. Di samping itu ada bangunan keagamaan Buddha yang bercorak Buddha Mahayana. Apa dan bagaimana konsep dan misi pembangunan Pura Goa Gajah tersebut?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tiga bentuk bangunan keagamaan di Pura Goa Gajah ini sungguh sangat menarik untuk dijadikan bahan renungan di zaman modern dengan teknologi hidup yang serba canggih. Yang patut dikaji adalah sikap toleransi leluhur orang Bali pada zaman lampau itu. Agama Hindu sekte Siwa Pasupati memang ada perbedaannya dengan agama Hindu Siwa Siddhanta. Tetapi substansi keagamaan Hindu tersebut adalah sama bersumber pada Weda. Hakikat sejarah munculnya agama Buddha pun berasal dari proses pengamalan ajaran suci Weda. Ajaran Hindu Siwa Pasupata menekankan pada arah beragama ke dalam diri sendiri. Arah beragama Hindu itu ada dua yaitu Niwrti Marga dan Prawrti Marga. Niwrti Marga adalah arah beragama dengan memprioritaskan penguatan hati nurani, sedangkan Hindu Siwa Siddhanta lebih menekankan pada Prawrti Marga dengan orientasi beragama ke luar diri. Namun bukan berarti tidak menggunakan cara Niwrti. Hanya perbedaan pada penekanannya saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cara Niwrti ditempuh untuk mencapai keadaan yang ”Pasupata”. Pasu artinya hawa nafsu kebinatangan. Sedangkan kata Pata berasal dari kata Pati artinya Raja atau penguasa. Pasupata atau Pasupati artinya proses pemujaan Tuhan untuk dapat menguasai nafsu yang identik dengan sifat-sifat hewan. Barang siapa yang mampu menguasai nafsu yang identik dengan sifat-sifat hewan itu dialah yang akan dapat mencapai Siwa secara bertahap seperti yang dinyatakan dalam Wrehaspati Tattwa 50. Kalau sudah dapat menguasai diri sendiri maka proses hidup selanjutnya akan lebih lancar dalam menempuh cara Prawrti Marga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Agama Hindu sekte Siwa Siddhanta seperti yang dianut oleh umat Hindu di Bali pada umumnya memiliki tujuan yang sama dengan Hindu Siwa Pasupata itu. Bedanya hanya penekanannya saja. Kata Siwa Siddhanta berarti sukses mencapai Siwa yang terakhir atau tertinggi. Jadinya dalam satu sekte saja agama Hindu memberikan kebebasan pada umatnya untuk memilihnya. Di Pura Goa Gajah, kedua cara itu dapat hidup berkelanjutan dan umat tidak dipaksa harus ikut ini atau itu. Umat dipersilakan secara mandiri untuk memilihnya atau memadukan semua cara tersebut. Ini artinya penganut Siwa Siddhanta tidak menganggap penganut Siwa Pasupata sebagai penganut sesat. Mereka menyadari substansi ajaran agama Hindu yang mereka anut sama yaitu berdasarkan Weda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Demikian juga sebaliknya yang menganut Siwa Pasupata tidak menganggap penganut Siwa Siddanta sebagai orang lain. Ini artinya umat Hindu pada zaman dahulu itu benar-benar menghormati privasi beragama sebagai sesuatu yang dijunjung tinggi. Sikap keagamaan umat Hindu yang dicerminkan oleh umat Hindu di masa lampau di Pura Goa Gajah dan sesungguhnya pada peninggalan Hindu kuno yang lainnya di Indonesia. Tentunya akan sangat janggal kalau pada zaman sekarang ada misalnya umat yang bersifat negatif pada orang lain yang berbeda sistem penekanan beragamanya. Umat Hindu di masa lampau terutama para pemimpinnya benar-benar sudah memiliki jiwa besar dalam mengelola perbedaan. Karena perbedaan itu merupakan suatu kenyataan yang universal. Artinya, perbedaan itu akan selalu ada sepanjang masa, di mana pun dan kapan pun. Akan menjadi sesuatu yang tidak produktif kalau ada yang memaksakan agar mereka yang berbeda ditekan dengan cara-cara pendekatan kekuasaan. Menyikapi perbedaan seperti itu sangat tidak sesuai dengan ajaran agama Hindu dan nilai-nilai universal yang dianut oleh dunia dewasa ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Demikian juga halnya dengan peninggalan keagamaan Buddha Mahayana di Pura Goa Gajah yang jauh lebih awal berada di Bali. Munculnya Sidharta Gautama sebagai Buddha diawali oleh adanya dua aliran Hindu yaitu Tithiyas dan Carwakas. Aliran Tithiyas dan Carwakas sama-sama meyakini bahwa penderitaan itu karena keterikatan manusia pada kehidupan duniawi yang tidak langgeng ini. Mereka berbeda dalam hal cara mengatasi keterikatan nafsu tersebut. Carwakas memandang agar nafsu tidak mengikat maka nafsu itu harus dituangkan bagaikan menuangkan air di gelas. Dengan nafsu itu terus dipenuhi sesuai dengan gejolaknya maka nafsu itu akan habis dan lenyap maka manusia pun akan bebas dari ikatan hawa nafsu. Sebaliknya aliran Tithyas berpendapat bahwa nafsu itu harus dimatikan dengan menghentikan fungsi alat-alatnya. Agar mata tidak ingin melihat yang baik-baik dan indah-indah saja maka mata dibuat buta dengan cara melihat mata hari yang sedang terik. Lidah dibuat sampai tidak berfungsi. Ada yang sampai membakar kemaluannya agar nafsu seksnya hilang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua aliran itu membuat umat menderita. Dalam keadaan seperti itulah muncul Sidharta Gautama yang telah mencapai alam Buddha memberikan pentunjuk praktis beragama. Ajarannya adalah Sila Prajnya dan Samadhi. Sila berbuat baik sesuai dengan suara hati nurani. Suara hati nurani adalah suara Atman. Atman adalah bagian dari Brahman. Teknis berbuat baik itu didasarkan pada Prajnya artinya ilmu pengetahuan. Dalam berbuat baik hendaknya bersikap konsisten dengan konsentrasi yang prima. Itulah Samadhi. Inilah inti wacana Sidharta Gautama dalam menyelamatan umat dari perbedaan yang dipertentangkan itu. Setelah seratus tahun Sidharta mencapai Nirwana barulah wacana sucinya itu dikumpulkan menjadi tiga keranjang sehingga bernama Tri Pitaka. Jadinya keberadaan agama Buddha di Pura Goa Gajah substansinya tidaklah berbeda apalagi berlawanan dengan ajaran Hindu Siwa Pasupata maupun Siwa Siddhanta. Tiga corak keagamaan yang ada di Pura Goa Gajah itu memang berbeda tetapi perbedaan itu terletak pada cara atau metodenya saja. Substansi ketiga corak keagamaan Hindu dan Buddha yang ada di Pura Goa Gajah itu sama-sama menuntun umat manusia untuk mencapai hidup bahagia dan sejahtera di dunia dan mencapai alam ketuhanan di dunia niskala.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
----------------------</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Daftar Pustaka:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<ul>
<li><span style="font-size: x-small;">Suhardana,Komang. 2009. Tri Murti Tiga Perwujudan Utama Tuhan. Jakarta: Paramita</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Cudamani. 1990. Pengantar Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Yayasan Dharma Sarathi</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Sara Sastra, Gede. 1994. Konsepsi Monotheisme Dalam Agama Hindu.Denpasar: Upasada Sastra</span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Situs Budaya Bali : <a href="http://cakepane.blogspot.co.id/">http://cakepane.blogspot.co.id</a></span></li>
</ul>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00484948274410051141noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7337763800166907089.post-72974392929064427322017-06-28T18:39:00.000-07:002017-06-28T18:39:52.182-07:00FERRY GSP - Renungan HinduOm Swastiastu,<br />
<br />
Atas wara nugraha Ida Sanghyang Widhi Wasa, akhirnya saya kembali bisa melanjutkan posting artikel di blog ini.<br />
<br />
Saya akan (lagi) berbagi Lagu-lagu yang bernuansa Hindu, setelah beberapa posting terakhir saya membagikan beberapa album musik/lagu Hindu.<br />
<br />
Dan kali ini saya akan membagikan beberapa lagu HINDU yang tidak sengaja saya temukan di Youtube.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVCYy0A3xAwBHri_lSXR3IGEAdecU5Dxdp2yD3pBKbDxG5iV3W2rOv8pfI8BoCM8OkuviZj04iV8CkLh_PYjBOfCQAC4zpg8n8Upj5BfqxBiAVbP366Wwcv4FwcDlMkzHoLcaXf1vKfQow/s1600/cover.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="400" data-original-width="400" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVCYy0A3xAwBHri_lSXR3IGEAdecU5Dxdp2yD3pBKbDxG5iV3W2rOv8pfI8BoCM8OkuviZj04iV8CkLh_PYjBOfCQAC4zpg8n8Upj5BfqxBiAVbP366Wwcv4FwcDlMkzHoLcaXf1vKfQow/s320/cover.jpeg" width="320" /></a></div>
Lagu-lagu ini saya konversi menjadi MP3 dan saya beri judul "RENUNGAN HINDU" (sesuai dengan informasi yang ada di Youtube).<br />
<br />
Lagu-lagu ini dinyanyikan dan atau diciptakan oleh FERRY GSP , seorang Penyanyi Pop Bali asal Lombok yang juga seorang Guru Agama Hindu dan penyiar Radio GSP Lombok.<br />
<br />
Ferry GSP adalah nama beken-nya, namun nama aslinya adalah I Ketut Putu Suartika,<br />
<br />
Lagu-lagu yang ada di album ini sangat-sangat Easy Listening, enak didengar dan sangat mudah untuk di cerna oleh orang-orang awam dan juga anak-anak. Seperti pada lagu "Tri Murti" yang di nyanyikan oleh Gek Gita, liriknya sangat sederhana dan mudah dihafal walau oleh anak-anak. Begitu juga pada lagu "Saraswati" yang dinyanyian sendiri oleh Ferry, musiknya sederhana dan enak di dengar dengan lirik yang gampang diingat oleh anak-anak.<br />
<br />
<a name='more'></a><br /><br />
Justru dengan lirik yang sederhana dan musik yang mudah di cena tapi santa PAS MENGENA, sehingga lebih mudah mengenalkan Hindu kepada anak-anak kita.<br />
<br />
Eh ada satu yang unik, yaitu lagu "Warga Sari", kidung yang biasa kita dengar disaat piodalan, dibalut dengan musik yang enak didengar. Sehingga anak-anak cepat hafal dan senang menyanyikannya.<br />
<br />
Namun sayang sekali, usaha Ferry GSP untuk mengenalkan Hindu tersandung karena kurangnya publikasi sehingga tidak banyak orang yang tau dengan lagu-lagu ini.<br />
<br />
<br />
Album : <b>Renungan Hindu</b><br />
Penyanyi : <b>Ferry GSP</b><br />
Pencipta/Composer : <b>I Ketut Putu Suartika</b><br />
Rilis di Youtube : 2016<br />
<br />
Track List:<br />
<br />
<br />
<ol>
<li>Satyam Sundaram (Intro)</li>
<li>Om Namo Siva</li>
<li>Tri Murti (feat. Gek Gita)</li>
<li>Puja Mantra - Gayatri</li>
<li>Saraswati</li>
<li>Weda</li>
<li>Ganesha</li>
<li>Hare Khrisna</li>
<li>Warga Sari</li>
<li>Kekawin Rajani (Manda Malon)</li>
<li>Pupuh Adri</li>
</ol>
<br />
<br />
[ <a href="https://mega.nz/#!pjo3hCwD!f_1d41HepJ6HCSwazFWjL_Z8Ebrx6xZk7wNl68FX5mA" target="_blank">Download MP3 - .rar</a> ]<br />
<br />
<br />
Video clips:<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe width="320" height="266" class="YOUTUBE-iframe-video" data-thumbnail-src="https://i.ytimg.com/vi/V9A32Z1sXTg/0.jpg" src="https://www.youtube.com/embed/V9A32Z1sXTg?feature=player_embedded" frameborder="0" allowfullscreen></iframe></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
"TRI MURTI"</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe width="320" height="266" class="YOUTUBE-iframe-video" data-thumbnail-src="https://i.ytimg.com/vi/S6BqkFfJlmY/0.jpg" src="https://www.youtube.com/embed/S6BqkFfJlmY?feature=player_embedded" frameborder="0" allowfullscreen></iframe></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
"SARASWATI"</div>
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe width="320" height="266" class="YOUTUBE-iframe-video" data-thumbnail-src="https://i.ytimg.com/vi/tzGFCkSHtbY/0.jpg" src="https://www.youtube.com/embed/tzGFCkSHtbY?feature=player_embedded" frameborder="0" allowfullscreen></iframe></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
"WARGA SARI"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br />
<br />
<br />
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00484948274410051141noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7337763800166907089.post-39319964903815181222017-04-19T19:59:00.000-07:002017-04-19T20:13:03.917-07:00PALAWARA - Om Cantih (Jabat Tangan Sang Duniawai)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQrbdP2GqQ0amaJpWc0riobd91tfIA-LIOP2IphqRvjyLaju4T7mwzNRnGRibmySqxLkbf9C1Hqf6cboOrBqBinVHtc6y-MnAYqC6hqOJQpoB8kaqKxEtwizwhVVPb6YBeCD-KuYQpIpA/s1600/cover.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQrbdP2GqQ0amaJpWc0riobd91tfIA-LIOP2IphqRvjyLaju4T7mwzNRnGRibmySqxLkbf9C1Hqf6cboOrBqBinVHtc6y-MnAYqC6hqOJQpoB8kaqKxEtwizwhVVPb6YBeCD-KuYQpIpA/s320/cover.jpeg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Palawara Music Company / Palawara management adalah management yang bergerak di bidang musik terutama musik rohani. Palawara management sudah mengeluarkan beberapa album baik yang bertema rohani, meditasi, etnik dan lain-lain. Selain album-album yang sudah dibuat oleh Palawara, Palawara juga menyediakan studio rekaman, pengaransir/arranger, penggubah lagu/ composer, dan pembuat koreografi/ koreografer. Tidak sampai disitu saja, Palawara juga mempersembahkan pementasan langsung/ live performance, tari dan musik kontemporer, tari modern, tari bali, musik etnik kolaborasi dengan band, musik rohani, dan masih banyak lagi. Palawara juga aktif banget tampil secara langsung di Art Center, Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, dan di acara-acara kesenian lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<a name='more'></a><br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Album: <b>Om Cantih Cantih Cantih Om ( Jabat Tangan Sang Duniawi )</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Penyanyi: <b>Novi Surya</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Composer/Arranger; <b><a href="http://palawaramusiccompany.blogspot.co.id/" target="_blank">Palawara Music Company</a></b><br />
Rilis: 2014</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Daftar lagu:</i></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ol>
<li>Om Shanti</li>
<li>Doaku</li>
<li>Pranayama</li>
<li>Ku Sebut Nama Mu</li>
<li>Narayana</li>
<li>Sabda-Nya</li>
<li>Cadhu Sakti - ( bonus trax - new song )</li>
</ol>
<br />
<div style="text-align: justify;">
[ <a href="https://mega.nz/#!R7xVzDhS!48XKJhAKK-mJGNXOaV8_XLCvakp-UudbBAaQNQi6CiY"><span id="goog_516861164"></span>Download Mp3 - .rar<span id="goog_516861165"></span></a> ]</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Video Clip:</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe allowfullscreen="" class="YOUTUBE-iframe-video" data-thumbnail-src="https://i.ytimg.com/vi/mBmaKiFOWgc/0.jpg" frameborder="0" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/mBmaKiFOWgc?feature=player_embedded" width="320"></iframe></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Brutal Sickhttp://www.blogger.com/profile/15088106937790878395noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7337763800166907089.post-62557457171536612512017-04-18T20:48:00.000-07:002017-04-19T19:22:49.765-07:00Nyanyian Dharma 2 (2007)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibgWo3sd_YwXYw0n1GiJGQxOTx7qD1wMuGS6qrMNyFaJFD0i2np5_1mklGZs1T32Lgtd1VG38-KXGHchcn22fwQsDKkAljPTDJLTO1HAfNLsFdIt6ysJvID6xAgUgukNaBhsQKvdQQz4w2/s1600/Nyanyian+Dharma+2.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibgWo3sd_YwXYw0n1GiJGQxOTx7qD1wMuGS6qrMNyFaJFD0i2np5_1mklGZs1T32Lgtd1VG38-KXGHchcn22fwQsDKkAljPTDJLTO1HAfNLsFdIt6ysJvID6xAgUgukNaBhsQKvdQQz4w2/s320/Nyanyian+Dharma+2.png" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Dalam album Nyanyian Dharma 2 banyak melibatkan artis, baik artis-artis nasional maupun artis-artis daerah yang telah berprestasi di daerah Bali maupun di tingkat nasional. Keterlibatan artis-artis ini tiada lain atas keinginan yang kuat untuk membuat suatu hasil karya persembahan agar dapat dinikmati oleh seluruh lapisan umat Hindu khususnya dan pecinta seni pada umumnya dalam konteks beryadnya.</div>
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Selain itu, penulis lagu dan musisi baik dari daerah maupun nasional juga terlibat dalam penyelesaian album Nyanyian Dharma 2 ini, antara lain: Cok Sawitri, Dewa AFI, Thomas Ramadhan, Batuan Gamelan, Putu Wijaya, Hendi GIGI, Bintang Indrianto, Hendri Lamiri, Emans, Rico, Budhi Haryono, Aji Kobar, Ronald Fristianto, Bang Saat, Bagus Mantra, Agung Rai Sumadi, Gung Bona Alit, Sandi Winarta, Christian, Indra Lesmana, Edi, Rio Saharaja dan Made Christiaryanto.<br />
<br /></div>
<br />
<i><span style="font-size: large;">Daftar Lagu:</span></i><br />
<br />
<ol>
<li>Karma (Narasi) - voc. Gede Prama</li>
<li>Karma - voc. Trie Utami</li>
<li>Moksa - voc. Ocha</li>
<li>Om Swastyastu - voc. Sutha AFI & Dewa AFI</li>
<li>Selalu di Jalannya - voc. Gus Angga & Saras Dewi</li>
<li>Suci Rasa - voc. Manik</li>
<li>Hymne Tat Twam Asi - voc. All Artist Nyanyian Dharma</li>
<li>Tri Kaya Parisudha - voc. Ayu Laksmi</li>
<li>Kuasa-Nya - voc. Gde Kurniawan</li>
<li>Mantramku (Based On Gayatri Mantram) - voc. Trie Utami</li>
</ol>
<br />
<br />
[ <a href="https://mega.nz/#!d3gyBZxT!UmnR1sGbR5YKTZ6Du-pVZuV9vP33IQrBAjpjrN-6cfs" target="_blank">Nyanyian Dharma 2 Full Album</a> ]<br />
<br />
<br />
<h3>
<i>Video Klip</i></h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe allowfullscreen="" class="YOUTUBE-iframe-video" data-thumbnail-src="https://i.ytimg.com/vi/kVCqHq61Rp4/0.jpg" frameborder="0" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/kVCqHq61Rp4?feature=player_embedded" width="320"></iframe></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div>
<i><br /></i></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00484948274410051141noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7337763800166907089.post-2505077718691608532017-04-18T20:34:00.000-07:002017-04-19T19:22:08.234-07:00Nyanyian Dharma (1998)Om Swastiasu,<br />
<div>
<br /></div>
<div>
Hari-hari belakangan selain disibukan oleh kerjaan di kantor, saya juga lagi mengumpulkan lagu-lagu Pop dan lagu-lagu Religius yang bernuansakan Hindu, khususnya yang berbahasa Indonesia. Kalau yang berbahasa India / Inggris sih sudah banyak beredar dan sangat mudah didapatkan di Youtube.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dibandingkan dengan agama lain, lagu-lagu kerohanian / pop (yg berbahasa Indonesia) yang bertemakan Dharma (Hindu) sangat jarang bahkan susah untuk didapatkan. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Nah, saya akhirnya berhasil mengumpulkan beberapa Album Pop yg bertemakan Hindu yang akan saya bagi dalam beberapa postingan.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Mari kita mulai dengan.....<br />
<br />
<br /></div>
<div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-large;"><b>
NYANYIAN DHARMA</b></span></div>
<div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_NcaTB8iajwBwbqqTACwDQn7EdLmourU0HEpkd0xKPoFU-0OZ3wlpNwnB0hTuCgJKDHUFKzH_jPKbACMHKLvcFQgLYBRGUtdPuoulvBa0qP4Z5z8ugISHVEntUStFGWIa1QmZVHfwNvTp/s1600/Nyanyian+Dharma.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_NcaTB8iajwBwbqqTACwDQn7EdLmourU0HEpkd0xKPoFU-0OZ3wlpNwnB0hTuCgJKDHUFKzH_jPKbACMHKLvcFQgLYBRGUtdPuoulvBa0qP4Z5z8ugISHVEntUStFGWIa1QmZVHfwNvTp/s320/Nyanyian+Dharma.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Konsep kolaborasi artis dalam Nyanyian Dharma merupakan salah satu aktivitas pelestarian nilai- nilai luhur Hindu dalam bingkai kekinian dimana dalam era keterbukaan perlu dibuat sebuah kemasan penyesuaian yang dapat menjadi pembelajaran kepada umat Hindu terutama Generasi Muda.</div>
<div>
<br />
<a name='more'></a><br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Artis Hindu yang telah sukses dan berprestasi di tingkat nasional satu persatu mulai bermunculan, dan mereka memiliki keinginan yang kuat untuk membuat suatu hasil karya persembahan untuk dinikmati oleh seluruh lapisan umat Hindu khususnya dan pecinta seni pada umumnya dengan konteks beryadnya. Dewa Budjana dan kawan - kawan ingin mengekspresikan berbagai mantra Veda di dalam alunan lagu dan musik modern yang dikemas dalam album Nyanyian Dharma.</div>
<div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di tahun 1998, Dewa Budjana merilis album rohani Hindu lewat label independen. Album yang berjudul Nyanyian Dharma 1 itu digarap oleh Budjana dan para musisi asal Bali. Boleh dibilang ini adalah langkah awal menuju karya rohani selanjutnya. Nyanyian Dharma 1 mendapat sambutan luar biasa dari umat Hindu. Alunan musik dengan konsep modern ini memberikan suasana baru bagi pendalaman spritual melalui alunan musik dengan penuh makna.<br />
<br /></div>
</div>
<h3 style="text-align: left;">
<i>Daftar Lagu:</i></h3>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: left;">
<ol>
<li>Panganjali ( voc. Agus Suhardhana )</li>
<li>Sang Rsi ( voc. Agus, Ika, Sandrina M.,Bayu Suta )</li>
<li>Tri Murti ( voc. Ayu Paramitha )</li>
<li>Tat Twam Asi ( voc. I.A. Khrisna Dewi )</li>
<li>Karmapala ( voc. I.B. Bayu Suta )</li>
<li>Tri Murti (English - voc. Ida Ayu Mira S & Ida Bagus Giri )</li>
<li>Nyepi ( voc. Komang & Sandrina Malakiano )</li>
<li>Galungan ( voc. Riana & Ade )</li>
</ol>
<div>
<br /></div>
<div>
[ <a href="https://mega.nz/#!57onHC5J!kYjPijtgszNvk1ZqA__KuxlVzZJFDDAikVqlCJ2L29A" target="_blank">Nyanyian Dharma Full Album</a> ]</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<h3>
<i>Video Clip</i></h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe allowfullscreen="" class="YOUTUBE-iframe-video" data-thumbnail-src="https://i.ytimg.com/vi/DD7baHVRAFE/0.jpg" frameborder="0" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/DD7baHVRAFE?feature=player_embedded" width="320"></iframe></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00484948274410051141noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7337763800166907089.post-40139978628773329042017-03-25T23:10:00.000-07:002017-03-25T23:10:53.654-07:00Sejarah Hari Raya Nyepi<div style="padding: 5px; text-align: center;">
<a href="https://lh3.googleusercontent.com/-k97jU2AZk6g/WNc25WQxScI/AAAAAAAAAPY/G8mOpB3S8u8/%25255BUNSET%25255D.jpg"><img src="https://lh3.googleusercontent.com/-k97jU2AZk6g/WNc25WQxScI/AAAAAAAAAPY/G8mOpB3S8u8/%25255BUNSET%25255D.jpg cursor: pointer;" style="border-radius: 2px; border: 1px solid; max-width: 320px; padding: 5px;" width="320px" /></a></div>
<div class="blogaway-section">
<div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Kita semua tahu bahwa agama Hindu berasal dari India dengan kitab sucinya Weda. Di awal abad masehi bahkan sebelumnya, Negeri India dan wilayah sekitarnya digambarkan selalu mengalami krisis dan konflik sosial berkepanjangan.</div>
<br /><div style="text-align: justify;">
Pertikaian antar suku-suku bangsa, al. (Suku Saka, Pahiava, Yueh Chi, Yavana dan Malaya) menang dan kalah silih berganti. Gelombang perebutan kekuasaan antar suku menyebabkan terombang-ambingnya kehidupan beragama itu. Pola pembinaan kehidupan beragama menjadi beragam, baik karena kepengikutan umat terhadap kelompok-kelompok suku bangsa, maupun karena adanya penafsiran yang saling berbeda terhadap ajaran yang diyakini.</div>
<a name='more'></a><br /><div style="text-align: justify;">
Dan pertikaian yang panjang pada akhirnya suku Saka menjadi pemenang dibawah pimpinan Raja Kaniskha I yang dinobatkan menjadi Raja dan turunan Saka tanggal 1 (satu hari sesudah tilem) bulan 1 (caitramasa) tahun 01 Saka, pada bulan Maret tahun 78 masehi.</div>
<br /><div style="text-align: justify;">
Dari sini dapat diketahui bahwa peringatan pergantian tarikh saka adalah hari keberhasilan kepemimpinan Raja Kaniskha I menyatukan bangsa yang tadinya bertikai dengan paham keagamaan yang saling berbeda.</div>
<br /><div style="text-align: justify;">
Sejak tahun 78 Masehi itulah ditetapkan adanya tarikh atau perhitungan tahun Saka, yang satu tahunnya juga sama-sama memiliki 12 bulan dan bulan pertamanya disebut <b>Caitramasa</b>, bersamaan dengan bulan Maret tarikh Masehi dan Sasih Kesanga dalam tarikh Jawa dan Bali di Indonesia. Sejak itu pula kehidupan bernegara, bermasyarakat dan beragama di India ditata ulang.</div>
<br /><div style="text-align: justify;">
Oleh karena itu peringatan <b>Tahun Baru Saka</b> bermakna sebagai hari kebangkitan, hari pembaharuan, hari kebersamaan (persatuan dan kesatuan), hari toleransi, hari kedamaian sekaligus hari kerukunan nasional. Keberhasilan ini disebar-luaskan keseluruh daratan India dan Asia lainnya bahkan sampai ke Indonesia.</div>
<br /><img src="https://ketoprakjawa-files-wordpress-com.cdn.ampproject.org/i/s/ketoprakjawa.files.wordpress.com/2010/10/aji_saka.jpg?resize=224%2C373" /><br /><div style="text-align: justify;">
Kehadiran Sang Pendeta Saka bergelar <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Aji_Saka"><b>Aji Saka</b></a> tiba di Jawa di Desa Waru Rembang Jawa Tengah tahun 456 Masehi, dimana pengaruh Hindu di Nusantara saat itu telah berumur 4,5 abad.</div>
<br /><div style="text-align: justify;">
Dinyatakan Sang Aji Saka disamping telah berhasil mensosialisasikan peringatan pergantian tahun saka ini, juga dan peristiwa yang dialami dua orang punakawan! pengiring atau caraka beliau diriwayatkan lahirnya aksara Jawa <i>onocoroko doto sowolo mogobongo padojoyonyo</i>. Karena Aji Saka diiringi dua orang punakawan yang sama-sama setia, samasama sakti, sama-sama teguh dan sama-sama mati dalam mempertahankan kebenaran demi pengabdiannya kepada Sang Pandita Aji Saka.</div>
<br /><b>Rangkaian peringatan Pergantian Tahun Saka</b><br />
<br /><div style="text-align: justify;">
Peringatan tahun Saka di Indonesia dilakukan dengan cara Nyepi (Sipeng) selama 24 jam dan ada rangkaian acaranya antara lain :</div>
<br /><b>1. Upacara melasti, mekiyis dan melis</b><br />
<br /><div style="text-align: justify;">
Intinya adalah penyucian bhuana alit (diri kita masing-masing) dan bhuana Agung atau alam semesta ini. Dilakukan di sumber air suci kelebutan, campuan, patirtan dan segara. Tapi yang paling banyak dilakukan adalah di segara karena sekalian untuk nunas tirtha amerta (tirtha yang memberi kehidupan) <i>ngamet sarining amerta ring telenging segara</i>. Dalam <b>Rg Weda II. 35.3</b> dinyatakan <i>Apam napatam paritasthur apah</i> (Air yang murni baik dan mata air maupun dan laut, mempunyai kekuatan yang menyucikan).</div>
<br /><b>2. Menghaturkan bhakti/pemujaan</b><br />
<br /><div style="text-align: justify;">
Di Balai Agung atau Pura Desa di setiap desa pakraman, setelah kembali dari mekiyis.</div>
<br /><b>3. Tawur Agung/mecaru</b><br />
<br /><div style="text-align: justify;">
Di setiap catus pata (perempatan) desa/pemukiman, lambang menjaga keseimbangan. Keseimbangan buana alit, buana agung, keseimbangan Dewa, manusia Bhuta, sekaligus merubah kekuatan bhuta menjadi div/dewa (nyomiang bhuta) yang diharapkan dapat memberi kedamaian, kesejahteraan dan kerahayuan jagat (bhuana agung bhuana alit).</div>
<br /><div style="text-align: justify;">
Dilanjutkan pula dengan acara ngerupuk/mebuu-buu di setiap rumah tangga, guna membersihkan lingkungan dari pengaruh bhutakala. Belakangan acara ngerupuk disertai juga dengan ogoh-ogoh (symbol bhutakala) sebagai kreativitas seni dan gelar budaya serta simbolisasi bhutakala yang akan disomyakan. (Namun terkadang sifat bhutanya masih tersisa pada orangnya).</div>
<br /><b>4. Nyepi (Sipeng)</b><br />
<br /><div style="text-align: justify;">
Dilakukan dengan melaksanakan catur brata penyepian (amati karya, amati geni, amati lelungan dan amati lelanguan).</div>
<br /><b>5. Ngembak Geni.</b><br />
<br /><div style="text-align: justify;">
Mulai dengan aktivitas baru yang didahului dengan mesima krama di lingkungan keluarga, warga terdekat (tetangga) dan dalam ruang yang lebih luas diadakan acara Dharma Santi seperti saat ini.</div>
<br /><div style="text-align: justify;">
Yadnya dilaksanakan karena kita ingin mencapai kebenaran. Dalam Yajur Weda XIX. 30 dinyatakan : <i>Pratena diksam apnoti, diksaya apnoti daksina. Daksina sradham apnoti, sraddhaya satyam apyate.</i></div>
<br /><div style="text-align: justify;">
Artinya : Melalui pengabdian/yadnya kita memperoleh kesucian, dengan kesucian kita mendapat kemuliaan. Dengan kemuliaan kita mendapat kehormatan, dan dengan kehormatan kita memperoleh kebenaran.</div>
<br /><div style="text-align: justify;">
Sesungguhnya seluruh rangkaian Nyepi dalam rangka memperingati pergantian tahun baru saka itu adalah sebuah dialog spiritual yang dilakukan oleh umat <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Hindu">Hindu</a> agar kehidupan ini selalu seimbang dan harmonis serta sejahtera dan damai. Mekiyis dan nyejer/ngaturang bakti di Balai Agung adalah dialog spiritual manusia dengan alam dan Tuhan Yang Maha Esa, dengan segala manifetasi-Nya serta para leluhur yang telah disucikan. Tawur Agung dengan segala rangkaiannya adalah dialog spiritual manusia dengan alam sekitar para bhuta demi keseimbangan bhuana agung bhuana alit.</div>
<br /><div style="text-align: justify;">
Pelaksanaan catur brata penyepian merupakan dialog spiritual antara din sejati (Sang Atma) seseorang umat dengan sang pendipta (Paramatma) Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dalam din manusia ada sang din /atrnn (si Dia) yang bersumber dan sang Pencipta Paramatma (Beliau Tuhan Yang Maha Esa).</div>
<br /><div style="text-align: justify;">
Sima krama atau dharma Santi adalah dialog antar sesama tentang apa dan bagaimana yang sudah, dan yang sekarang serta yang akan datang. Bagaimana kita dapat meningkatkan kehidupan lahir batin kita ke depan dengan berpijak pada pengalaman selama ini. Maka dengan peringatan pergantian tahun baru saka (Nyepi) umat telah melakukan dialog spiritual kepada semua pihak dengan Tuhan yang dipuja, para leluhur, dengan para bhuta, dengan diri sendiri dan sesama manusia demi keseimbangan, keharmonisan, kesejahteraan, dan kedamaian bersama. Namun patut juga diakui bahwa setiap hari suci keagamaan seperti Nyepi tahun 2009 ini, ada saja godaannya. Baik karena sisa-sisa bhutakalanya, sisa mabuknya, dijadikan kesempatan memunculkan dendam lama atau tindakan yang lain. Dunia nyata ini memang dikuasai oleh hukum Rwa Bhineda. Baik-buruk, menang-kalah, kaya-miskin, sengsara-bahagia dst. Manusia berada di antara itu dan manusia diuji untuk mengendalikan diri di antara dua hal yang saling berbeda bahkan saling berlawanan.</div>
<br />
<br />Sumber: http://indonesiaindonesia.com/f/97037-sejarah-nyepi-umat-hindu/</div>
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00484948274410051141noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7337763800166907089.post-89827664691597594912017-03-24T18:50:00.000-07:002017-03-24T19:11:09.154-07:00Hindu Agama Monotheism: Percaya Hanya Ada Satu Tuhan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5JibnkzZN6JP5NmcaPqJdymmMP2y2QJ_MfEMOk28SDp3_ljm92hNzdOgWkq8ulensSfX5J3atpLjkJDPlWv-A3xDzDRmNqk5Btfv5u2brSrQy1rRoJmRwZwDoaU3IVYUZZoqApEoMS4zt/s1600/aum.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5JibnkzZN6JP5NmcaPqJdymmMP2y2QJ_MfEMOk28SDp3_ljm92hNzdOgWkq8ulensSfX5J3atpLjkJDPlWv-A3xDzDRmNqk5Btfv5u2brSrQy1rRoJmRwZwDoaU3IVYUZZoqApEoMS4zt/s320/aum.png" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Monotheism merupakan percaya hanya ada satu Tuhan, Hindu Agama Monotheism berarti Agama Hindu percaya hanya ada satu Tuhan yaitu Ida Sang<span class="text_exposed_show"> Hyang Widhi Wasa. </span>Didalam Chandogya Upanishad dinyatakan:</div>
<div class="text_exposed_show">
<blockquote>
<em><b>“Om Tat Sat Ekam Ewa Adwityam Brahman”</b></em></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
(Ida Sang Hyang Widhi hanya satu tidak ada duanya dan maha sempurna.)</blockquote>
<br />
Didalam mantram Tri Sandhya disebutkan:<br />
<blockquote>
<em><b>“Eko Narayanad Na Dwityo Sti Kscit”</b></em></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
(Ida Sang Hyang Widhi dipanggil Narayana, sama sekali tidak ada duanya.)</blockquote>
<br />
Didalam Kitab Suci Rgveda disebutkan:<br />
<blockquote>
<em><b>“Om Ekam Sat Wiprah Bahuda Wadanti”</b></em></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
(Ida Sang Hyang Widhi itu hanya satu, tetapi para Vipra (Rsi) menyebut dengan berbagai nama.)</blockquote>
<br />
<a name='more'></a><br /><br />
<div style="text-align: justify;">
Sloka-sloka diatas menjelaskan bahwa Agama Hindu percaya dengan adanya satu Tuhan yaitu Ida Sang Hyang Widhi yang disebut dengan Monotheism, sekaligus mempertegas bahwa Agama Hindu bukanlah penganut Polytheism.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Didalam Veda, Ida Sang Hyang Widhi memiliki banyak gelar atau nama sebutan sesuai dengan fungsiNya (ManifestasiNya).</div>
<br />
Rgveda I.164.46 menyebutkan:<br />
<blockquote>
<em><b>“Indram Mitram Varuna Agnim Ahur Atho Divyah Sasuparno Garutman, Ekam Sad Vipra Bahudha Vadantyagnim Yaman Matarisvanam Ahuh”.</b></em></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
(Disebut sebagai Indra, Mitra, Waruna, Agni, dan Dia yang bercahaya yaitu Garutman yang bersayap indah, namun semua itu satu yaitu Ida Sang Hyang Widhi Wasa, para Vipra (Rsi) menyebut dengan banyak nama seperti: Agni, Yama, dan Matarisvan.)</blockquote>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Ida Sang Hyang Widhi adalah asal dan tujuan semua yang ada (<em>Mijil Sakeng Sira, Musna Ri Sira Muwah</em>). Didalam Taittiriya Upanisad III.1 disebutkan:</div>
<blockquote>
<b>“Yato Va Imani Bhutani Jayate,</b><br />
<b>Yena Jatani Jivantti,</b><br />
<b>Yat Prayanty Abhisam Visanti,</b><br />
<b>Tad Vijijnasasva, Tad Brahmeti”</b></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
Darimana semua ini lahir,<br />
Dengan apa yang lahir ini hidup,<br />
Kemana mereka masuk setelah kembali,<br />
Ketahuilah, bahwa itu Ida Sang Hyang Widhi.</blockquote>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Apapun bentuk manifestasi ataupun tempat pemujaan, ingatlah satu hal yang pasti bahwa sesungguhnya tujuannya adalah kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena sesunggunya Agama Hindu hanya memiliki satu Tuhan yaitu Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang bermanifestasi sesuai tempat dan fungsiNya.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Dalam senaya.web.id pula dijelaskan, bahwa di Bali Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) disebut dengan banyak nama sesuai dengan <i>Swabawanya</i> masing-masing, seperti:</div>
<br />
<ol>
<li><strong>Sang Hyang sangkan Paran</strong>Tuhan menjadi asal mula dan tujuan akhir atau kembalinya seluruh alam.</li>
<li><strong>Sang Hyang Tunggal</strong>Tuhan adalah Maha Esa.Maha Tunggal tidak ada duanya.</li>
<li><strong>Sang Hyang Wenang atau sang Hyang Tuduh</strong>Tuhan memegang wewenang atau kekuatan yang mutlak dalam bentuk susunan dan peraturan alam yang juga memegang nasib makhluk sesuai dengan suba dan asuba karmanya.</li>
<li><strong>Sang Hyang Siwa</strong>Tuhan Maha Pelindung dan Termulia.</li>
<li><strong>Sang Hyang Guru</strong>Tuhan sebagai Guru Besar atau Bapak Besar seluruh alam semesta.</li>
<li><strong>Sang Hyang Jagatnatha/Jagat Karana/Praja Patya</strong>Tuhan menjadi Raja seluruh alam dengan isinya.</li>
<li><strong>Sang Hyang Darma</strong>Tuhan bersipat dan berkeadaan Benar Sejati.</li>
<li><strong>Sang Hyang Parama Siwa/Parama Wisesa</strong>Tuhan Maha Besar,Maha Kuasa dan Maha Mulia.</li>
<li><strong>Sang Hyang Maha Dewa</strong>Tuhan adalah Dewa Yang Tertinggi.</li>
<li><strong>Sang Hyang Adi Bhuda</strong>Tuhan adalah Maha Tahu dan Maha Bijaksana.</li>
<li><strong>Sang Hyang Tri Murti/Tri Wisesa</strong>Tuhan sebagai “Pencipta”,”Pemelihara” dan “Pelebur”.</li>
<li><strong>Sang Hyang Paramatma</strong>Tuhan sebagai sumber Atma (jiwa besar) yang menjiwai alam semesta.</li>
</ol>
<br />
<br />
<br />
<br />
Sumber: Penyiaran Agama Hindu, senaya.web.id</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00484948274410051141noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7337763800166907089.post-54376399845860371172017-01-24T17:36:00.002-08:002017-01-24T17:40:26.336-08:00Hari Raya Pagerwesi<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkK9w7L8_BgTApeDdQPM3zhHrgQBzxQhwVutVPiPUGZUcPcIze4i6FPUyQ-buSAn_AKeSjB2oftFpofAh0SRh8cdZOqOs-LJjMSm8Xdedg2K-x1ZVB6ZbO0XDmy4UcKBDZRiocWAEPT1E/s1600/pagerwesi.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="223" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkK9w7L8_BgTApeDdQPM3zhHrgQBzxQhwVutVPiPUGZUcPcIze4i6FPUyQ-buSAn_AKeSjB2oftFpofAh0SRh8cdZOqOs-LJjMSm8Xdedg2K-x1ZVB6ZbO0XDmy4UcKBDZRiocWAEPT1E/s400/pagerwesi.png" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari raya Pagerwesi jatuh pada hari Budha Keliwon Wuku Sinta. Dalam kalender hari suci di Bali, hari ini adalah hari ke 5 dari serangkaian hari raya penting, yaitu</div>
<br />
<ul>
<li>Hari 1<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Hari raya Saraswati<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span> - Sabtu<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Saniscara Umanis Watugunung</li>
<li>Hari 2<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Hari raya Banyu Pinaruh - Minggu<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Redite Paing Sinta</li>
<li>Hari 3<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Hari raya Soma Ribek - Senin<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Soma Pon Sinta</li>
<li>Hari 4<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Hari raya Sabuh Mas - Selasa<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Anggara Wage Sinta</li>
<li>Hari 5<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Hari raya Pagerwesi - Rabu<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Buda Keliwon Sinta</li>
</ul>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Hari ini adalah payogan Hyang Pramesti Guru, disertai para Dewa dan Pitara, demi kesejahteraan dunia dengan segala isinya dan demi sentosanya kehidupan semua makhluk.</div>
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Pada saat itu umat hendaklah ayoga semadhi, yakni menenangkan hati serta menunjukkan sembah bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi. Juga pada hari ini diadakan widhi widhana seperlunya, dihaturkan dihadapan Sanggar Kemimitan disertai sekedar korban untuk Sang Panca Maha Butha.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Pada hari ini kita menyembah dan sujud kehadapan Ida Sang Hyang Widhi, Hyang Pramesti Guru beserta Panca Dewata yang sedang melakukan yoga. Menurut pengider-ideran Panca Dewata itu ialah: </div>
<br />
<ol>
<li>Sanghyang Içwara<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>berkedudukan di Timur</li>
<li>Sanghyang Brahma<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>berkedudukan di Selatan</li>
<li>Sanghyang Mahadewa<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>berkedudukan di Barat</li>
<li>Sanghyang Wisnu<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>berkedudukan di Utara</li>
<li>Sanghyang Çiwa<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>berkedudukan di tengah</li>
</ol>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Ekam Sat Tuhan itu tunggal. Dari Panca Dewata itu kita dapatkan pengertian, betapa Hyang Widhi dengan 5 manifestasiNya dilambangkan menyelubungi dan meresap ke seluruh ciptaanNya (wyapi-wiapaka dan nirwikara). Juga dengan geraknya itulah Hyang Widhi memberikan hidup dan kehidupan kepada kita. Hakekatnya hidup yang ada pada kita masing-masing adalah bagian daripada dayaNya. Pada hari raya Pagerwesi kita sujud kepadaNya, merenung dan memohon agar hidup kita ini direstuiNya dengan kesentosaan, kemajuan dan lain-lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Widhi-widhananya ialah: suci, peras penyeneng sesayut panca-lingga, penek rerayunan dengan raka-raka, wangi-wangian, kembang, asep dupa arum, dihaturkan di Sanggah Kemulan (Kemimitan). Yang di bawah dipujakan kepada Sang Panca Maha Bhuta ialah Segehan Agung manca warna (menurut urip) dengan tetabuhan arak berem. Hendaknya Sang Panca Maha Bhuta bergirang dan suka membantu kita, memberi petunjuk jalan menuju keselamatan, sehingga mencapai Bhukti mwang Mukti.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="text-align: justify;">
Renungan Dalam Pagerwesi</h3>
<div style="text-align: justify;">
Pada hari raya Pagerwesi adalah hari yang paling baik mendekatkan Atman kepada Brahman sebagai guru sejati . Pengetahuan sejati itulah sesungguhnya merupakan “pager besi” untuk melindungi hidup kita di dunia ini. Inti dari perayaan Pagerwesi itu adalah memuja Tuhan sebagai guru yang sejati. Memuja berarti menyerahkan diri, menghormati, memohon, memuji dan memusatkan diri. Ini berarti kita harus menyerahkan kebodohan kita pada Tuhan agar beliau sebagai guru sejati dapat mengisi kita dengan kesucian dan pengetahuan sejati.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="text-align: justify;">
Banten Dalam Pagerwesi</h3>
<div style="text-align: justify;">
Yadnya (Banten) yang paling utama disebutkan pada hari raya Pagerwesi yaitu :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Untuk Para Pendeta (Purohita) adalah “Sesayut Panca Lingga” sedangkan perlengkapan tetandingan bantennya :</i></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li>Daksina,</li>
<li>Suci Pras penyeneng, dan</li>
<li>Banten Penek.</li>
</ul>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Meskipun hakikat hari raya Pagerwesi sebagai pemujaan (yoga samadhi) bagi para Pendeta (Purohita) namun umat kebanyakan pun wajib ikut merayakan sesuai dengan kemampuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Dan Bagi umat kebanyakan yadnya (banten) disebutkan adalah;</i></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li>Natab Sesayut Pagehurip,</li>
<li>Prayascita,</li>
<li>Dapetan.</li>
<li>Tentunya dilengkapi Daksina,</li>
<li>Canang, dan</li>
<li>Sodan.</li>
</ul>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Dalam hal upacara, ada dua hal banten pokok yaitu</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul>
<li>Sesayut Panca Lingga untuk upacara para pendeta,</li>
<li>dan Sesayut Pageh Urip bagi umat kebanyakan.</li>
</ul>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Semoga pemaparan dalam artikel ini tentang Hari Raya Pagerwesi dapat bermanfaat bagi semeton.Suksma…</div>
Brutal Sickhttp://www.blogger.com/profile/15088106937790878395noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7337763800166907089.post-23846127327271617022017-01-18T21:05:00.000-08:002017-01-24T17:40:52.247-08:00Saraswati Puja Pada Hari Raya Saraswati di Bali<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxfrRtJE5ac6OhqrzTsJNnHMGnr845Kuz3wtnLIs_lr6ecw7pUIt9YfnOsUFZ4F2iCFuz-VzEoKVt5Ecm0GEpGfTZRjUx1vP_gVf7gf-y2WR7HXDlx_dglCbB-q7SavaCwE8QyW80I7p_z/s1600/happy-saraswati-puja-wishes-1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxfrRtJE5ac6OhqrzTsJNnHMGnr845Kuz3wtnLIs_lr6ecw7pUIt9YfnOsUFZ4F2iCFuz-VzEoKVt5Ecm0GEpGfTZRjUx1vP_gVf7gf-y2WR7HXDlx_dglCbB-q7SavaCwE8QyW80I7p_z/s400/happy-saraswati-puja-wishes-1.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<br />
Om Swastiastu,<br />
<br />
Dalam rangka menyambut Hari Raya Saraswati, berikut <i>tiang</i> bagikan Tata Cara dan Prasarana di dalam melakukan Saraswati Puja ala Hindu di Bali.<br />
<br />
====<br />
<h2>
<div style="text-align: center;">
SARASWATI PUJA</div>
</h2>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<table border="0" cellpadding="9" cellspacing="0" class="bodytext" style="background-color: white; color: black; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 11pt; width: 100%px;"><tbody>
<tr><td><div align="justify">
Hari Raya Saraswati yaitu hari <i>Pawedalan Sang Hyang Aji Saraswati</i>, jatuh pada tiap-tiap hari <i>Saniscara Umanis</i>wuku <i>Watugunung</i>. Pada hari itu kita umat Hindu merayakan hari yang penting itu. Terutama para pamong dan siswa-siswa khususnya, serta pengabdi-pengabdi ilmu pengetahuan pada umumnya. </div>
</td></tr>
<tr><td><div align="justify">
Dalam legenda digambarkan bahwa Saraswati adalah Dewi/ lstri Brahma. Saraswati adalah Dewi pelindung/ pelimpah pengetahuan, kesadaran (<i>widya</i>), dan sastra. Berkat anugerah dewi Saraswati, kita menjadi manusia yang beradab dan berkebudayaan.</div>
<div align="justify">
</div>
<a name='more'></a><br /></td></tr>
<tr><td><div align="justify">
Dewi Saraswati digambarkan sebagai seorang wanita cantik bertangan empat, biasanya tangan- tangan tersebut memegang <i>Genitri</i> (tasbih) dan <i>Kropak</i> (lontar). Yang lain memegang <i>Wina</i> (alat musik / rebab) dan sekuntum bunga teratai. Di dekatnya biasanya terdapat burung merak dan undan (swan), yaitu burung besar serupa angsa (goose), tetapi dapat terbang tinggi .</div>
</td></tr>
<tr><td><div align="justify">
Upacara pada hari Saraswati, pustaka-pustaka, lontar-lontar, buku-buku dan alat-alat tulis menulis yang mengandung ajaran atau berguna untuk ajaran-ajaran agama, kesusilaan dan sebagainya, dibersihkan, dikumpulkan dan diatur pada suatu tempat, di pura, di <i>pemerajan</i> atau di dalam bilik untuk diupacarai</div>
</td></tr>
<tr><td><div align="justify">
<i>Widhi widhana</i> (<i>bebanten</i> = sesajen) terdiri dari <i>peras daksina, bebanten</i> dan <i>sesayut</i> Saraswati, <i>rayunan putih kuning</i> serta <i>canang-canang, pasepan, tepung tawar, bunga, sesangku</i> (<i>samba</i> = gelas), air suci bersih dan <i>bija</i>(beras) kuning.</div>
</td></tr>
<tr><td><div align="justify">
Pemujaan / permohonan <i>Tirtha Saraswati</i> dilakukan mempergunakan bahan-bahan: air, bija, <i>menyan astanggi</i>dan bunga.</div>
<ul>
<li>Ambil setangkai bunga, pujakan mantra: <i>Om, puspa danta ya namah</i>.</li>
<li>Sesudahnya dimasukkan kedalam sangku. Ambil menyan astanggi, dengan mantram "<i>Om, agnir, jyotir, Om, dupam samar payami</i>".</li>
<li>Kemudian masukkan ke dalam pedupaan (pasepan).</li>
<li>Ambil beras kuning dengan mantram : "<i>Om, kung kumara wijaya Om phat</i>".</li>
<li>Masukkan kedalam <i>sesangku</i>.</li>
<li>Setangkai bunga dipegang, <i>memusti dengan anggaranasika</i>, dengan mantram:</li>
</ul>
</td></tr>
<tr><td><table bgcolor="#FFCCCC" border="1" cellpadding="1" cellspacing="1" style="width: 100%px;"><tbody>
<tr><td class="mantras" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 10pt; font-weight: bold;" width="50%"><div align="center">
<b><i>Mantra</i></b></div>
</td><td class="bodytext" style="font-size: 11pt;" width="50%"><div align="center">
<b><i>Artinya</i></b></div>
</td></tr>
<tr><td class="mantras" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 10pt; font-weight: bold;" width="50%"><b><i>Om, Saraswati namostu bhyam Warade kama rupini Siddha rastu karaksami Siddhi bhawantu sadam.</i></b></td><td class="bodytext" style="font-size: 11pt;" width="50%">Om, Dewi Saraswati yang mulia dan maha indah,cantik dan maha mulia. Semoga kami dilindungi dengan sesempurna-sempurnanya. Semoga kami selalu dilimpahi kekuatan.</td></tr>
<tr><td class="mantras" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 10pt; font-weight: bold;" width="50%"><b><i>Om, Pranamya sarwa dewanca<br />para matma nama wanca.<br />rupa siddhi myaham.</i></b></td><td class="bodytext" style="font-size: 11pt;" width="50%">Om, kami selalu bersedia menerima restuMu ya para Dewa dan Hyang Widhi, yang mempunyai tangan kuat. Saraswati yang berbadan suci mulia.</td></tr>
<tr><td class="mantras" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 10pt; font-weight: bold;" width="50%"><b><i>Om Padma patra wimalaksi<br />padma kesala warni<br />nityam nama Saraswat.</i></b></td><td class="bodytext" style="font-size: 11pt;" width="50%">Om, teratai yang tak ternoda, Padma yang indah bercahaya. Dewi yang selalu indah bercahaya, kami selalu menjungjungMu Saraswati.</td></tr>
</tbody></table>
</td></tr>
<tr><td><ul>
<li><div align="justify">
Sesudahnya bunga itu dimasukkan kedalam <i><b>sangku</b></i>. Sekian mantram permohonan tirta Saraswati. Kalau dengan mantram itu belum mungkin, maka dengan bahasa sendiripun tirta itu dapat dimohon, terutama dengan tujuan mohon kekuatan dan kebijaksanaan, kemampuan intelek, intuisi dan lain-lainnya.</div>
</li>
<li><div align="justify">
Setangkai bunga diambil untuk memercikkan tirtha ke pustaka-pustaka dan banten-banten sebanyak 5 kali masing-masing dengan mantram:</div>
<ul>
<li><b><i><span class="mantras" style="color: #333333; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: 10pt;">Om, Saraswati sweta warna ya namah.</span></i></b></li>
<li><span class="mantras" style="color: #333333; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: 10pt; font-weight: bold;"><i>Om, Saraswati nila warna ya namah.</i></span></li>
<li><span class="mantras" style="color: #333333; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: 10pt; font-weight: bold;"><i>Om, Saraswati pita warna ya namah.</i></span></li>
<li><span class="mantras" style="color: #333333; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: 10pt; font-weight: bold;"><i>Om, Saraswati rakta warna ya namah.</i></span></li>
<li><span class="mantras" style="color: #333333; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: 10pt; font-weight: bold;"><i>Om, Saraswati wisma warna ya namah.</i></span></li>
</ul>
</li>
<li><div align="justify">
Kemudain dilakukan penghaturan (<i><b>ngayaban</b></i>) banten-banten kehadapan <i><b>Sang Hyang Aji Saraswati</b></i></div>
</li>
<li><div align="justify">
Selanjutnya melakukan persembahyangan 3 kali ditujukan ke hadapan :</div>
<ul>
<li>Sang Hyang Widhi (dalam maniftestasinya sebagai <b><i>Çiwa Raditya</i></b>).</li>
<li>Sang Hyang Widhi (dalam manifestasinya sebagai <i><b>Tri Purusa</b></i>)</li>
<li>Dewi Saraswati.</li>
</ul>
</li>
</ul>
</td></tr>
<tr><td><ul>
<li>Ucapkan mantra berikut:</li>
</ul>
</td></tr>
<tr><td><table bgcolor="#FFCCFF" border="1" cellpadding="1" cellspacing="1" class="bodytext" style="color: black; font-size: 11pt; width: 100%px;"><tbody>
<tr><td class="mantras" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 10pt; font-weight: bold;" width="48%"><div align="center">
<b><i>Mantramnya</i></b></div>
</td><td width="52%"><div align="center">
<b><i>Artinya</i></b></div>
</td></tr>
<tr><td class="mantras" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 10pt; font-weight: bold;" width="48%"><b><i>Om, adityo sya parajyote rakte tejo namastute sweta pangkaja madyaste Baskara ya namo namah.<br />Om, rang ring sah Parama Çiwa Dityo ya nama swaha.</i></b></td><td width="52%">Om, Tuhan Hyang Surya maha bersinar-sinar merah yang utama. Putih Iaksana tunjung di tengah air, Çiwa Raditya yang mulia.<br />
Om, Tuhan yang pada awal, tengah dan akhir selalu dipuja.</td></tr>
<tr><td class="mantras" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 10pt; font-weight: bold;" width="48%"><b><i>Om, Pancaksaram maha tirtham, Papakoti saha sranam Agadam bhawa sagare. Om, nama Çiwaya.</i></b></td><td width="52%">Om, Pancaksara Iaksana tirtha yang suci. Jernih pelebur mala, beribu mala manusia olehnya. Hanyut olehnya ke laut lepas.</td></tr>
<tr><td class="mantras" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 10pt; font-weight: bold;" width="48%"><b><i>Om, Saraswati namostu bhyam,<br />Warade kama rupini,<br />Siddha rastu karaksami,<br />Siddhi bhawantume sadam.</i></b></td><td width="52%">Om Saraswati yang mulia indah, cantik dan maha mulia, semoga kami dilindungi sesempurna-sempurnanya, semoga selalu kami dilimpahi kekuatan.</td></tr>
<tr><td class="mantras" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 10pt; font-weight: bold;" width="48%"></td><td width="52%"></td></tr>
</tbody></table>
</td></tr>
<tr><td>Sesudah sembahyang dilakukan <i>metirtha</i> dengan cara-cara dan mantram-mantram sebagai berikut:</td></tr>
<tr><td><ul>
<li><i>Meketis</i> 3 kali dengan mantram:<ul>
<li><i><span class="mantras" style="color: #333333; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: 10pt; font-weight: bold;">Om, Budha maha pawitra ya namah.</span></i></li>
<li class="mantras" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 10pt; font-weight: bold;"><i>Om, Dharma maha tirtha ya namah.</i></li>
<li><span class="mantras" style="color: #333333; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: 10pt; font-weight: bold;"><i>Om, Sanghyang maha toya ya namah.</i></span></li>
</ul>
</li>
<li>Minum 3 kali dengan mantram:<ul>
<li><i><span class="mantras" style="color: #333333; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: 10pt; font-weight: bold;">Om, Brahma pawaka.</span></i></li>
<li class="mantras" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 10pt; font-weight: bold;"><i>Om, Wisnu mrtta.</i></li>
<li><span class="mantras" style="color: #333333; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: 10pt; font-weight: bold;"><i>Om, Içwara Jnana</i>.</span></li>
</ul>
</li>
<li><i>Meraup</i> 3 kali dengan mantram :<ul>
<li><i><span class="mantras" style="color: #333333; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: 10pt; font-weight: bold;">Om, Çiwa sampurna ya namah.</span></i></li>
<li class="mantras" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 10pt; font-weight: bold;"><i>Om, Çiwa paripurna ya namah.</i></li>
<li><span class="mantras" style="color: #333333; font-family: "verdana" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: 10pt; font-weight: bold;"><i>Om, Parama Çiwa suksma ya namah</i>.</span></li>
</ul>
</li>
<li>Terakhir <i>melabahan</i> Saraswati yaitu makan <i>surudan</i> Saraswati sekedarnya, dengan tujuan memohan agar diresapi oleh <i>wiguna</i> Saraswati</li>
</ul>
</td></tr>
<tr><td><div align="justify">
Setelah <i>Saraswati puja</i> selesai, biasanya dilakukan <i>mesarnbang semadhi</i>, yaitu semadhi ditempat yang suci di malam hari atau melakukan pembacaan lontar-lontar semalam suntuk dengan tujuan menernukan pencerahan Ida Hyang Saraswati</div>
</td></tr>
<tr><td><div align="justify">
<i>Puja astawa</i> yang disiapkan ialah : <i>Sesayut yoga sidhi</i> beralas <i>taledan</i> dan alasnya daun <i>sokasi</i> berupa nasi putih daging guling, itik, <i>raka-raka sampian kernbang payasan. Sesayut</i> ini dihaturkan di atas tempat tidur, dipersembahkan ke hadapan Ida Sang Hyang Aji Saraswati.</div>
</td></tr>
<tr><td><div align="justify">
Keesokan harinya dilaksanakan <i>Banyu Pinaruh</i>, yakni <i>asuci laksana</i> dipagi buta berkeramas dengan air <i>kumkuman</i>. Ke hadapan Hyang Saraswati dihaturkan <i>ajuman kuning</i> dan <i>tamba inum</i>. <i>Tamba inum</i> ini terdiri dari air cendana, beras putih dan bawang lalu diminum, sesudahnya bersantap nasi kuning garam, telur, disertai dengan puja mantram:</div>
<ul>
<li><i>Om, Ang Çarira sampurna ya namah swaha</i>.</li>
</ul>
Semua ini mengandung maksud, mengambil air yang berkhasiat pengetahuan.<br />
<br />
<br /></td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-size: x-small;"><i>Sumber: http://www.babadbali.com/piodalan/srs-wati.htm</i></span><br />
<br />
====<br />
Semoga bermanfaat.<br />
<br />
Om Shanti, Shanti, Shanti, Om<br />
<br />Brutal Sickhttp://www.blogger.com/profile/15088106937790878395noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7337763800166907089.post-38398442045742484522017-01-18T19:09:00.000-08:002017-01-18T19:09:36.208-08:00Tetikesan Puja Mantra<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTHHo4cl6Dr1xlNO6n-_Oov7nX1NSslq4VSn5P1dCgr04wB-rRFfbrsFJZkwlwSBfBUejwMnZfThE3euvbQJSZR4s-4JLEfrplqgSTJxLk1zXKLgLc9l-3u-LvHMCmnftolfpmGqgHgV0/s1600/dsc07802.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTHHo4cl6Dr1xlNO6n-_Oov7nX1NSslq4VSn5P1dCgr04wB-rRFfbrsFJZkwlwSBfBUejwMnZfThE3euvbQJSZR4s-4JLEfrplqgSTJxLk1zXKLgLc9l-3u-LvHMCmnftolfpmGqgHgV0/s1600/dsc07802.jpg" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<h1 align="center" style="text-align: center;">
TETIKESAN PUJA MANTRA<o:p></o:p></h1>
<div align="center" style="text-align: center;">
<i><span style="font-size: 10.0pt;">Oleh: I Wayan Sudarma<o:p></o:p></span></i></div>
<div align="center" style="text-align: center;">
<i><span style="font-size: 10.0pt;"><br /></span></i></div>
<div align="center" style="text-align: center;">
<i><span style="font-size: 10.0pt;"><br /></span></i></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Monotype Corsiva"; font-size: 16.0pt;">O</span><span style="font-family: "Tahoma",sans-serif; font-size: 16.0pt;">ṁ</span><span style="font-family: "Monotype Corsiva"; font-size: 16.0pt;"> sahana vavatu sahana
bhunaktu<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Monotype Corsiva"; font-size: 16.0pt;">Saha viryam karavavahai<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Monotype Corsiva"; font-size: 16.0pt;">Tejasvināvaditham āstu
mā vidvi</span><span style="font-family: "Tahoma",sans-serif; font-size: 16.0pt;">ṣ</span><span style="font-family: "Monotype Corsiva"; font-size: 16.0pt;">ā vahai<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Monotype Corsiva"; font-size: 16.0pt;"><br /></span></div>
<div align="center" style="text-align: center;">
Ya Tuhan semoga kami dapat belajar
bersama, berkembang bersama, memperoleh pengetahuan bersama. Semoga tidak
terjadi suatu kesalahpahaman di antara kami. Dan apabila terjadi sesuatu
kesalahan secara sengaja atau tidak sengaja, semoga kami dapat saling memaafkan.<o:p></o:p></div>
<div align="center" style="text-align: center;">
<br /></div>
<strong>A. Pendahuluan</strong><o:p></o:p><br />
<div style="text-align: justify;">
Dalam melaksanakan puja bhakti kepada Brahman,
umat Hindu diberikan kebebasan untuk dapat mewujudkan bentuk Śraddhā
tersebut. Secara umum bentuk Bhakti umat Hindu dapat dilakukan dengan
menggunakan: <em>mantra, yantra, tantra, yajña, dan yoga. Mantra</em> adalah doa-doa
yang harus diucapkan oleh umat kebanyakan, pinandita, pandita sesuai dengan
tingkatannya. <em>Yantra</em> adalah alat atau simbol-simbol keagamaan yang
diyakini mempunyai kekuatan spiritual untuk meningkatkan kesucian. <em>Tantra</em>
adalah kekuatan suci dalam diri yang dibangkitkan dengan cara-cara yang
ditetapkan dalam kitab suci. <em>Yajña</em> yaitu pengabdia yang ulus ikhlas
atas dasar kesadaran untuk dipersembahkan sehingga dapat meningkatkan kesucian.
Dan <em>Yoga</em> artinya mengendalikan gelombang-gelombang pikiran dalam alam
pikiran untuk dapat berhubungan dengan Tuhan, yang dapat dilakukan melalui <em>Astangga
Yoga</em> (yama, niyama, asana, pranayama, prathyahara, dharana, dhyana, dan
samadhi) (Bhagavan Shri Sathya Sai Baba, 1995: 12).<o:p></o:p></div>
<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: x-small;"><i>---- [<a href="https://www.dropbox.com/s/bwfggtq9i5c2p01/Tetikesan%20Puja%20Mantra%20v1.0.pdf?dl=0" target="_blank">download format PDF</a> ]</i></span></div>
<br />
<br />
<a name='more'></a><br /><br />
<strong>B. Mantra</strong><o:p></o:p><br />
<div style="text-align: justify;">
Berkaitan dengan pengucapan <em>Mantra</em>,
apakah <em>mantra</em> itu<em>?. Mantra</em> berasal dari suku kata <em>Man
(Manana)</em> dan kata <em>Tra (Trana)</em> yang berarti pembebasan dari ikatan
samsara atau dunia phenomena ini. Dari kombinasi <em>Man</em> dan <em>Tra</em>
itulah disebut mantra yang berarti dapat memanggil datang <em>(Amantrana).
Mantra</em> merupakan sebuah kata atau kombinasi beberapa buah kata yang sangat
kuat atau ampuh, yang didengar oleh orang bijak dan yang dapat membawa
seseorang yang mengucapkannya melintasi lautan kelahiran kembali, inilah yang
merupakan arti mantra yang tertingi. Arti mantra yang lebih rendah adalah <em>rumusan
gaib untuk melepaskan berbagai kesulitan atau untuk memenuhi bermacam-macam
keinginan duniawi</em>, tergantung dari motif pengucapan mantra tersebut.
Mantra adalah sebuah kekuatan kata yang dapat dipergunakan untuk mewujudkan <em>keinginan
spiritual atau keinginan material</em>, yang dapat dipergunakan demi <em>kesejahteraan</em>
ataupun <em>penghancuran</em> diri seseorang. Mantra seperti <em>energi atom</em>
yaitu suatu tenaga yang bertindak sesuai dengan rasa bhakti seseorang
yang mempergunakannya. <em>Sabda adalah Brahman</em>, karena itu ya menjadi
penyebab <em>Brāhmanda</em> manifestasi <em>chit sakti</em> itu sendiri seperti
yang disebutkan dalam <em>Vishvasara Tantra</em>, yaitu <em>”Parabrahman itu
sebagai sabda Brahman yang substansinya semua adalah mantra, dan yang berada di
dalam wujud jivātma”.</em> Bentuk itu sebagian <em>tidak beraksara (Dhvani)</em>,
sebagian lagi <em>beraksara (<st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Varna</st1:place></st1:city>).</em>
Yang tidak beraksara itulah yang memunculkan yang beraksara, dan itulah aspek
yang halus dari Śākti yang menghidupkan jiwa itu (Svami Rama: 1984: 24).<o:p></o:p></div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan <em>Prapancha Sara</em>
mengatakan bahwa: ’ Brāhmanda diresapi oleh sakti, yang terdiri atas Dhvani,
yang juga disebut Nada, Prana, dan sebagainya”. Manifestasi dari Sabda menjadi
wujud kasar (Sthūla) itu tidak bisa terjadi terkecuali Sabda itu ada dalam
wujud halus (Suksma). Dari penjelasan tersebut, dapata dipahami bahwa Mantra
merupakan aspek dari Brahman dan seluruh manfestasi <em>Kulakundalini</em>.
Secara filosofis sabda itu adalah guna dari Akasa atau ruang ethernal. Tetapi
sabda itu bukan produksi Akasa. Sabda memanifestasikan diri di dalam Akasa.
Sabda itu adalah Brahman, seperti halnya di antariksa, gelombang bunyi
dihasilkan oleh gerakan-gerakan udara (Vāyu); karena itu di dalam rongga jiwa
atau di rongga tubuh yang menyelubungi jiwa gelombang bunyi dihasilkan sesuai
dengan gerakan-gerakan <em>Pra</em><em><span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṇ</span>a
vāyu</em> dan preses menarik napas dan mengeluarkan napas.<o:p></o:p></div>
<div style="text-align: justify;">
Mantra disusun dengan menggunakan ak<span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṣ</span>ara-ak<span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṣ</span>ara tertentu, diatur sedemikian rupa sehingga
menghasilkan suatu bentuk bunyi, sdangkan huruf-huruf itu sebagai
perlambang-perlambang dari bunyi tersebut. Untuk menghasilkan pengaruh yang
dikehendaki, mantra harus disuarakan dengan cara yang tepat, sesuai dengan <em>svara
(ritme) dan <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">varna</st1:place></st1:city>
(bunyi).</em> Huruf-huruf penyusunannya pada dasarnya ialah mantra sastra,
karena itu dikatakan sebagai perwujudan <em>Śastra</em> dan <em>Tantra </em>yang
terdiri atas Mantra adalah Paramātma., Veda sebagai Jivātma, Dharsana sebagai
indriya, Pura<span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṇ</span>a sebagai
jasad, dan Sm<span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṛ</span>ti sebagai
anggota. Karena itu Tantra merupakan <em>Śākti </em>dan kesadaran, yang terdiri
atas mantra. Mantra tidak sama dengan doa-doa atau kata-kata untuk menasehati
diri (Ātmanivedana)<o:p></o:p></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam <em>Nitya Tantra</em>, disebutkan berbagai
nama terhadap mantra menurut jumlah suku katanya. Mantra yang terdiri dari satu
suku kata disebut <em>Pinda</em>. Mantra tiga suku kata disebut <em>Kartari</em>,
yang terdiri dari empat suku kata smpai sembilan suku kata disebut <em>Vija
Mantra</em>, sepuluh sampai duapuluh suku kata disebut <em>Mantra</em>, dan
yang terdiri lebih dari duapuluh suku kata disebut <em>Mālā</em>. Tetapi
istilah <em>Vija</em> juga diberikan kepada mantra yang bersuku kata tunggal.<o:p></o:p></div>
<br />
<strong>C. Jenis-jenis Mantra</strong><o:p></o:p><br />
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan sumbernya mantra ada bermacam-macam
jenis yang secara garis besar dapat dipisahkan menjadi; <em>Vedik mantra,
Tantrika mantra, dan Pura</em><em><span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṇ</span>ik
mantra</em>. Sedangkan berdasarkan sifatnya mantra dapat terbagi menjadi; <em>Śāttvika
mantra</em> (mantra yang diucapkan guna untuk pencerahan, sinar, kebijaksanaan,
kasih sayang Tuhan tertinggi, cinta kasih dan perwujudan Tuhan), <em>Rājasika
mantra</em> (mantra yang diucapka guna kemakmuran duniawi serta kesejahteraan
anak-cucu), <em>Tāmasika mantra</em> (mantra yang diucapkan guna mendamaikan
roh-roh jahat, untuk menghancurkan atau menyengsarakan orang lain, ataupun
perbuatan-perbuatan kejam lainnya/Vama marga/Ilmu Hitam). Disamping itu mantra
juga dapt dibagi menjadi:<o:p></o:p></div>
<ol start="1" type="1">
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l6 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><em>Mantra:</em>
yang berupa sebuah daya pemikiran yang diberikan dalam bentuk beberapa
suku kata atau kata, guna keperluan meditasi dari seorang guru <em>(Mantra
Diksa)</em><o:p></o:p></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l6 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><em>Stotra:</em>
doa-doa kepada para devata, Stotra ada yang bersifat umum, yaitu; yang
dipergunakan untuk kepentingan umum yang harus datang dari Tuhan sesuai
dengan kehendakNya, misalnya doa-doa yang diucapkan oleh para rohaniawan
ketika memimpin persembahyangan, sedangkan Stotra yang bersifat khusus
adalah doa-doa dari seoarang pribadi kepada Tuhan untuk memenuhi beberapa
keinginan khususnya, misalnya doa memohon anak, dan sebagainya.<o:p></o:p></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l6 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><em>Kāvaca
Mantra:</em> mantra yang dipergunakan untuk benteng atau perlindungan dari
berbagai rintangan.<o:p></o:p></li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Dalam kitab Nirukta Vedangga, mantra dapat dibagi
menjadi 3 sesuai dengan tingkat kesukarannya, yaitu:<o:p></o:p></div>
<ol start="1" type="1">
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l4 level1 lfo2; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><em>Paroksa
Mantra</em>, yaitu mantra yang memiliki tingkat kesukaran yang paling
tinggi. Hal ini disebabkan mantra jenis ini hanya dapat dijangkau arti dan
maknanya kalau diwahyukan oleh Tuhan. Tanpa sabda Tuhan mantra ini tidak
mungkin dapat dipahami.<o:p></o:p></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l4 level1 lfo2; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><em>Adyatmika
Mantra,</em> yaitu mantra yang memiliki tingkat kesukaran yang lebih
rendah. Mantra ini dapat dicapai maknanya melalui proses pensucian diri.
Orang yang rohaninya masih kotor, tidak mungkin dapat memahami arti dan
fungsi jenis mantra ini.<o:p></o:p></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l4 level1 lfo2; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><em>Pratyāksa
Mantra, </em>yaitu mantra yang lebih mudah dipahami. Untuk menjangkau
makna mantra ini dapat hanya mengandalkan ketajaman pikiran dan indriya.<o:p></o:p></li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Disamping itu ada juga jenis mantra yang ditulis
baik dalam buku, kitab, lontar yang disebut <em>Varnātmaka Sabda</em>, yang
terdiri dari suku kata, kata ataupun kalimat. Sedangkan mantra yang diucapkan
disebut <em>Dhvanyātma Sabda</em>, yang merupakan nada atau perwujudan dari
pikiran melaui suara tertentu, yang dapat berupa suara saja atau kata-kata yang
diucapkan ataupun dilagukan dan setiap macamnya dipergunakan sesuai dengan
keperluan, kemampuan serta motif pelaksana.<o:p></o:p></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<strong>D. Cara mengucapkan Mantra</strong><o:p></o:p><br />
<ol start="1" type="1">
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l5 level1 lfo3; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><em>Vāikari,</em>
yaitu mengucapkan mantra dengan mengeluarka suara dan dapat didengar oleh
orang lain, kekuatan mantra yang diucapkan dengan cara ini akan mampu
memecah guna tāmas (kelambanan), ketakutan yang ada pada diri seseorang.
Cocok dipakai bagi para sadhaka pemula dan dapat menghancurkan energi
negatif yang ada di sekitar pengucapnya.<o:p></o:p></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l5 level1 lfo3; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><em>Upa</em><em><span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṁ</span>su,</em> yaitu mantra yang
diucapkan yang hanya didengar oleh orang yang mengucapkannya saja
(berbisik-bisik), kekuatan mantra yang diucapkan dengan teknik ini
dapat memurnikan guna rājas (nafsu). Jika mantra ini diucapkan dengan cara
ini juga dapat memberikan perlindungan <em>(kāvaca)</em> dari berbagai
gangguan (lingkungan, energi negatif, roh jahat, dan sebagainya).<o:p></o:p></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l5 level1 lfo3; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><em>Mānasika</em>,
yaitu mantra yang diucapkan dalam hati, bermeditasi pada jiwa dari
mantra serta arti dari kata-kata suci tersebut tanpa menggerakkan lidah
ataupun bibir. Kekuatan mantra ini akan dapat menumbuhkan kesadaran illahi
pada diri yang mengucapkannya, sedangkan yang bermeditasi pada irama
pernapasan dengan menggunakn mantra disebut <em>Ajapajapa. </em><o:p></o:p></li>
</ol>
<br />
<strong>E. Kualitas Mantra</strong><o:p></o:p><br />
<ol start="1" type="1">
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l10 level1 lfo4; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><em>Sattvika
mantra (Produktif); </em>yaitu dipakai dalam rangka meningkatkan kesadaran
illahi, semata-mata untuk memuliakan kebesaran Brahmandengan segala
prabavaNya, sehingga muncul perasaan welas asih, cinta, dan pengabdian,
terbebas dari ego kepemilikian dan nafsu, dipakai sebagai media untuk
menyebrangkan sang jiwa melewati lautan samsara/penderitaan
kelahiran-kematian.<o:p></o:p></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l10 level1 lfo4; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><em>Rajasika
Mantra (Protektif); </em>yaitu kualitas mantra yang dipakai untuk
kelangsungan hidup secara duniawi, memenuhi keinginan (<st1:place w:st="on">kama</st1:place>),
memperoleh artha, keturunan, kemuliaan, kemewahan, kesehatan, kewibawaan,
kedudukan, dan sebagainya.<o:p></o:p></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l10 level1 lfo4; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><em>Tamasika
Mantra (Destruktif); </em>kualitas mantra yang dipakai untuk kegiatan
menundukkan lawan, menghancurkan penyakit, mencelakakan orang lain,
termasuk ilmu hitam. (Sudarma, 2003: 164)<o:p></o:p></li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Terlepas dari hal tersebut di atas, sebuah mantra
akan dapat memberikan manfaat maksimal (śākti, śiddhi, suci) baik kepada uyang
mengucapkannya maupun orang lain dan lingkungan dalam bentuk vibrasi
dipengaruhi oleh beberapa hal prinsip, yaitu:<o:p></o:p></div>
<ol start="1" type="1">
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l7 level1 lfo5; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><em>Śraddhā;</em>
keyakinan yang mendalam terhadap sebuah mantra yang dipakai media untuk
merealisasikan tujuan tersebut. Tanpa keyakinan, sama halnya ketika sakit
lalu pergi ke dokter dan minta diobati tetapi kita tidak yakin terhadap
resep dan anjuran dokter tersebut, tentu kita tidak akan sembuh.<o:p></o:p></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l7 level1 lfo5; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><em>Bhakti;</em>
perasaan hormat, rindu, cinta kasih, yang mendalam terhadap mantra
tersebut, memperlakukan mantra itu seperti kita merawat diri sendiri, <em>Dia
adalah istri</em> yang sesungguhnya yang dengan setia menyertai langkah
kita. Tanpa bhakti mantra apapun akan menjadi bumerang buat kita. Kasih
dan hormat pada mantra dengan keyakinan pada hasil yang dijanjikannya jauh
lebih penting daripada sekedar pengulang-ulangan secara mekanis dengan
pikiran ngelantur kemana-mana.<o:p></o:p></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l7 level1 lfo5; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><em>Sadhāna,</em>
cepat atau lambatnya sebuah mantra memberikan manfaat kepada kita adalah
karena <em>Sadhāna</em> (disiplin spiritual), Bagaimana mungkin mantra
akan menjadi <em>Śiddhi</em> apalagi <em>Śākti</em> kalau hanya diucapkan
seminggu sekali atau bahkan sebulan sekali, sementara kita setiap saat
berhubungan dengan dunia maya yang senantiasa mengkontaminasi badan,
emosi, dan jiwa kita. Lukakanlah <em>Sadhāna </em>dengan
konsisten dan berkesinambungan. Tidak perlu tahu banyak mantra
tetapi kita tidak paham terhadap arti, makna yang tersirat didalamnya,
cukup satu mantra tetapi kita paham dan memiliki <em>Sadhāna </em>. saat
ini, banyak orang tahu banyak jenis mantra tersebut, hal seperti itu tak
ubahnya seperti tong kosong yang bunyinya nyaring tapi tidak memiliki
kekuatan.<o:p></o:p></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l7 level1 lfo5; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><em>Chānda;
</em>teknik pengucapan mantra sangat penting keberadaannya, karena jika
sebuah mantra salah memberikan penekanan dan pemenggalan sesuai dengan <em>Chānda
atau </em>guru laghu dan guru bhasanya, tentunya akan memiliki arti dan
maksud yang berbeda. Mengenai irama itu sesuai dengan bakat suara
masing-masing sadhaka.<o:p></o:p></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l7 level1 lfo5; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><em>Kriya;</em>
kegiatan berupa pemujaan, baik luar maupun dalam dengan pengetahuan
tentang arti <em>esoterik</em> dan <em>eksoteriknya</em>, ataupun pemujaan
dalam semacam pengorbanan ke-akuan atau pembakaran segala keinginan.
(Sudarma, 1998: 6).<o:p></o:p></li>
</ol>
<br />
<strong>F. Penggunaan Mantra</strong><o:p></o:p><br />
Menurut waktu penggunaannya mantra dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:<o:p></o:p><br />
<ol start="1" type="1">
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l11 level1 lfo6; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><em>Nitya
Karma Puja</em>, yaitu pengucapan mantra yang dilaksanakan setiap hari
secara rutin, misalnya seperti Puja Tri Sa<span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṇ</span>dhya,
yang dilaksanakan setiap hari. Nitya Karma Puja ada dua jenis, yaitu: <o:p></o:p></li>
<ol start="1" type="1">
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l11 level2 lfo6; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 1.0in; text-align: justify;"><em>a.
Sa</em><em><span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṇ</span>dhyā
Vandanā atau Sa</em><em><span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṇ</span>dhyŏpāsanā</em>,
yaitu pemujaan yang dilakukan pada setiap pertemuan waktu, artinya doa
dan pemujaan yang dipersembahkan kepada Tuhan, pada pertemuan waktu (sa<span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṇ</span>dhi) malam hari dengan
pagi hari, tengah hari dan pertemuan antara sore hari dengan malam. Sa<span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṇ</span>dhyŏpāsanā harus
dilakukan pada saat Sa<span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṇ</span>dhya
yang tepat, agar mendapat manfaat yang sebesar-besarnya berupa <em>Brahma
Teja</em> (Pencerahan Brahman), karena pada tiap-tiap Sa<span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṇ</span>dhya itu terdapat
perwujudan kekuatan khusus yang akan lenyap apabila Sa<span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṇ</span>dhya tersebut berlalu.
Kekuatan-kekuatan khusus tersebut dapat memotong rantai sa<span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṁ</span>sara masa lalu dan
mengubah seluruh situasi masa lalu seseorang, serta memberikan kemurnian
dan keberhasilan setiap usaha, dan menjadikannya penuh daya serta
ketenangan. Pelaksanannya Sa<span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṇ</span>dhya
mutlak diperlukan bagi seseorang yang menelusuri jalan kebenaran, karena
pelaksanaan Sa<span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṇ</span>dhya
merupakan kombinasi dari <em>Japa Upāsana, Svadhyāya, Meditasi,
Konsentrasi, Āsana,, Pra</em><em><span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṇ</span>āyāma</em>,
dan lain sebagainya. Pelaksanaan Sa<span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṇ</span>dhyŏpāsanā
bersifat wajib, perlu dipelajari tata tertib pelaksanaannya agar
memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya; karena kalau tidak dilaksanakan
akan menimbulkan <em>Pratyavaya Do</em><em><span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṣ</span>a
atau doda karena lalai</em>, dan jelas akan kehilangan Brahmma Teja atau
kecemerlangan spiritual. <em>Referensi bacaan: Chandogya Upani</em><em><span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṣ</span>ad </em><span class="skimlinks-unlinked"><i>II.24</i></span><em>, I.24, </em><st1:stockticker w:st="on"><span class="skimlinks-unlinked"><i>III</i></span></st1:stockticker><span class="skimlinks-unlinked"><i>.16</i></span><em>, I.7; Brahma Upani</em><em><span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṣ</span>ad; Maitreya Upani</em><em><span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṣ</span>ad </em><span class="skimlinks-unlinked"><i>II.13-14</i></span><em>; Jabalŏpani</em><em><span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṣ</span>ad. 12,13, dan sebagainya.</em><o:p></o:p></li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l11 level2 lfo6; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 1.0in; text-align: justify;"><em>Japa
atau Namasmarana</em><em><span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṁ</span></em>,
yaitu pemujaan yang dilakukan untuk mengagungkan nama-nama suci Tuhan
dengan cara menyebut secara berulang-ulang. Dapat pula dibantu dengan
mala/rudraksa/ruas jari tangan atau menuliskannya di buku secara
terus-menerus/berulang-ulang.<o:p></o:p></li>
</ol>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l11 level1 lfo6; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><em>Naimitika
Karma Puja</em>, yaitu pengucapan mantra yang dilakukan secara insidential
pada waktu-waktu tertentu saja. Misalnya: mantra yang diucapkan ketika
upacara abhiseka, peletakan batu pertama, dalam berbagai sa<span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṁ</span>skāra, Purnama, Tilem, dan
sebagainya. Dalam pelaksanaannya Naimitika Karma Puja ini ada yang
berdasarkan Panca Wara, Sapta Wara, Wuku, Sasih/Bulan, Varsa/tahun, dan
berbagai kejadian yang dianggap penting, seperti Gerhana Matahari, Gerhana
Bulan, Wabah, tempat angker, dan sebagainya.<o:p></o:p></li>
</ol>
<strong>G. Tetikesan Pemujaan (Purnama-Tilem)</strong><o:p></o:p><br />
<strong>Persiapan Kebersihan Jasmani:</strong><o:p></o:p><br />
<ul type="disc">
<li class="MsoNormal">Menggosok gigi: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong> shri bhatari sayoga ya
namah svaha</strong> – Ya Tuhan, besihkalah gigi hamba dari segala
kotoran.<o:p></o:p></li>
<li class="MsoNormal">Berkumur: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
vaktra suddha mam svaha</strong> – Ya tuhan, bersihkalah mulut hamba dari
segala kotoran.<o:p></o:p></li>
<li class="MsoNormal">Mandi: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
parama gangga sarira suddha mam svaha</strong> – Ya Tuhan, bersihkanlah
seluruh badan hamba dengan air ini dari kotoran.<o:p></o:p></li>
<li class="MsoNormal">Mencuci tangan: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong> Ung Hrah Phat astra ya
namah svaha</strong> – Ya Tuhan, bersihkanlah tangan hamba dari
kotoran.<o:p></o:p></li>
<li class="MsoNormal">Mencuci kaki: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong> Pang pada ya namah svaha</strong>
– Ya Tuhan, bersihkanlah kaki hamba dari kotoran.<o:p></o:p></li>
<li class="MsoNormal">Keramas: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Ghring Siva ya namah svaha</strong> – Ya Tuhan, bersihkanlah rambut
hamba dari kotoran.<o:p></o:p></li>
<li class="MsoNormal">Bercermin: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
vesnava ya namah svaha</strong> – Ya Tuhan, anugrahkalah sinar
kesucian kepada hamba.<o:p></o:p></li>
<li class="MsoNormal">Bersisir: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
shri dewi byo namah svaha</strong> – Ya Tuhan, anugrahkanlah kewibawaan
kepada hamba.<o:p></o:p></li>
<li class="MsoNormal">Mengambil pakaian: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong> sarva busana ya namah
svaha</strong>- Ya Tuahan, sucikanlah pakaian hamba.<o:p></o:p></li>
<li class="MsoNormal">Berpakaian: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Siva busana ya namah svaha</strong> – Ya Tuhan, hamba memujaMu dalam prabhavaMu
sebagai Siva semoga menyatu dalam jasmani hamba.<o:p></o:p></li>
<li class="MsoNormal">Mekampuh: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Mahadeva ya namah svaha</strong> – Ya Tuhan, hamba puja Engkau sebagai
Mahadeva yang menyatukan sabda-bhayu-idep dalam jasmani hamba.<o:p></o:p></li>
</ul>
<strong>Persiapan Sarana:</strong><o:p></o:p><br />
<ul type="disc">
<li class="MsoNormal">Alas duduk (tikar, karpet,
dsb)<o:p></o:p></li>
<li class="MsoNormal">Sebuah gelas/tempat tirtha
berisi air bersih (diletakkan di pelingih, pelangkiran, altar, sanggar
pemujaan)- untuk memohon tirtha wangsuhpada.<o:p></o:p></li>
<li class="MsoNormal">Sebuah mangkok kecil
berisi beras yang sudah dicuci bersih diberi wewangian (bija) <o:p></o:p></li>
<li class="MsoNormal">Sebuah nampam yag berisikan:<o:p></o:p></li>
<ul type="circle">
<li class="MsoNormal">Dupa secukupnya<o:p></o:p></li>
<li class="MsoNormal">Sesajen / Banten /
Upakara / Bunga / Canang Sari / Kwangen secukupnya<o:p></o:p></li>
</ul>
</ul>
<strong>Persiapan rohani:</strong><o:p></o:p><br />
<ul type="disc">
<li class="MsoNormal">Pemusatan pikiran dengan
sikap: Padmasana (untuk pria), Bajrasana (unuk wanita), Padasana
(berdiri), Savasana (untuk orang sakit), dsb.<o:p></o:p></li>
<li class="MsoNormal">Menyalakan dupa: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong> Ang dupam samarpayami ya
namah svaha</strong> – Ya Tuhan, hamba puja Engkau dalam sinar suciMu
sebagai Brahma, pengantar bhakti hamba kepadaMu.<o:p></o:p></li>
<li class="MsoNormal">Menghaturkan dupa: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong> Ang dupa dipastra ya
namah svaha</strong> – Ya Tuhan, hamba puja Engkau sebagai Brahma, hamba
mohon ketajaman sinar sucimu dalam menyucikan dan menjadi saksi sembah
hamba kepadaMu.<o:p></o:p></li>
<li class="MsoNormal">Membersihkan bunga dengan
asap dupa: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
puspa danta ya namah svaha</strong> – Ya Tuhan, sucikanlah kembang ini
dari segala kotoran.<strong><span style="font-weight: normal;"><o:p></o:p></span></strong></li>
</ul>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<strong><span style="font-size: 24.0pt; font-weight: normal; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-font-kerning: 18.0pt;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" />
</span></strong>
</div>
<h1 align="center" style="text-align: center;">
PALET I<o:p></o:p></h1>
<h2 align="center" style="text-align: center;">
Upadeku (Utpatti, Deva Partistha,
Kuta Mantra)<o:p></o:p></h2>
<h4>
<u><span style="font-size: 14.0pt;"> </span></u></h4>
<h2>
UTPATTI<o:p></o:p></h2>
<div style="text-align: justify;">
Upatti ini dilaksanakan untuk membersihkan diri
kita, agar dalam melaksanakan pemujaan nanti kita bisa memberikan energi yang
bagus terhadap tempat dimana kita akan memuja sehingga bisa memberikan vibrasi
yang bagus adapun tahap-tahap yang mesti dilaksanakan dalam melakukan Upatti
antara lain :<o:p></o:p></div>
<h5 style="margin-left: .5in;">
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Asana<o:p></o:p></span></u></strong></h5>
<h5 style="margin-left: .5in;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Sikap tangan di depan hulu hati dengan sikap deva
pratistha<o:p></o:p></span></h5>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Prasada Sthiti Sarira Siva Suci Nirmala
ya namah svaha</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<h2 style="margin-left: .5in;">
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Karasodana</span></u></strong><u><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></u></h2>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Sodha mam svaha<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Ati Soddha mam svaha</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<h2 style="margin-left: .5in;">
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Pranayama</span></u></strong><u><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></u></h2>
<div style="margin-left: 1.0in;">
Tarik
nafas : <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Ang namah<br />
</strong>Tahan nafas : <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Ung namah<br />
</strong>Buang nafas : <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Mang namah</strong><o:p></o:p></div>
<h2 style="margin-left: .5in;">
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Penyembahan
I</span></u></strong><u><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></u></h2>
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan diatas ubun-ubun dengan sikap Anjali dengan
maksud kita memuja Hyang Widhi dengan tulus sehingga kita bisa mendapatkan
keheningan pikiran.<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Hrang Hring Sah Parama Siva Aditya ya
namah svaha</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<h2 style="margin-left: .5in;">
<u><span style="font-size: 14.0pt;">Mensucikan bunga
dan dupa<o:p></o:p></span></u></h2>
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva
pratistha, dengan maksud untuk membersihkan sarana dan prasarana yang kita
pergunakan dalam memuja Hyang Widhi.<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
Dupa : <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Ang Dhupa Dipastra ya namah svaha<br />
</strong>Bunga : <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Puspa Danta ya namah svaha</strong><o:p></o:p></div>
<h2 style="margin-left: .5in;">
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Mensucikan
Air I</span></u></strong><u><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></u></h2>
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan di depan hulu hati dengan sikap deva
pratistha, dengan maksud untuk memohon kepada Devi Gangga agar membersihkan air
ini dari segala kekotoran.<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
Bunga : <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)<o:p></o:p></strong></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Hrang Hring Sah Parama Siva <br />
Gangga Tirtha Amerta ya namah svaha</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Lalu bunga dimasukkan ke dalam air<strong><span style="font-weight: normal;"><o:p></o:p></span></strong></div>
<h2 style="margin-left: .5in;">
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Mensucikan
Air II</span></u></strong><u><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></u></h2>
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva
pratistha, supaya Siva membersihkan air ini dari segala kekotoran.<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
Bunga : <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)<o:p></o:p></strong></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om
Siva Amertha ya namah svaha</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Lalu bunga dimasukkan ke dalam air<o:p></o:p></div>
<h2 style="margin-left: .5in;">
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Mensucikan
Air <st1:stockticker w:st="on">III</st1:stockticker></span></u></strong><u><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></u></h2>
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva
pratistha, supaya Sadasiva membersihkan air ini dari segala kekotoran.<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
Bunga : <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)<o:p></o:p></strong></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om
Sadasiva Amertha ya namah svaha</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Lalu bunga dimasukkan ke dalam air<o:p></o:p></div>
<h2 style="margin-left: .5in;">
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Mensucikan
Air IV</span></u></strong><u><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></u></h2>
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan di depan hulu hati dengan sikap deva
pratistha, supaya Paramasiva membersihkan air ini dari segala kekotoran.<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
Bunga : <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)<br />
</strong><st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Paramasiva Amertha ya namah svaha</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Lalu bunga dimasukkan ke dalam air<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Membersihkan
badan</span></u></strong><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Pemercikan tirtha ke badan<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Budha Pawitra ya namah<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Dharma Maha Tirtha ya namah<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Sang Hyang Maha Toya ya namah svaha</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<h2>
<strong> </strong></h2>
<h2>
<strong>KUTA MANTRA</strong><o:p></o:p></h2>
Kuta mantra merupakan doa untuk mensucikan tempat dimana kita akan melakukan
pemujaan sehingga tempat tersebut memiliki nilai religius yang tinggi, adapun
mantranya adalah :<o:p></o:p><br />
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan di depan hulu hati dengan sikap deva
pratistha.<o:p></o:p></div>
<div style="text-indent: .5in;">
Bunga : <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)</strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Hung Hrah Phat Astra ya namah<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Atma Tattvatma Suddha mam svaha<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Ksama Sampurna ya namah svaha<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Shri Pasupataye Hung Phat<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Shriyam bhavantu<br />
Sukham Bhavantu<br />
Purnam Bhavantu ya namah svaha</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga di buang ke depan<o:p></o:p></div>
<h2 style="margin-left: .5in;">
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Padmasana
</span></u></strong><u><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></u></h2>
<div style="margin-left: .5in;">
Mantra atau doa yang dipanjatkan pada tahapan ini
bertujuan untuk mensucikan padmasana, padmasari, pelangkiran serta yang
lainnya, doa yang di ucapkan adalah<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan di depan hulu hati dengan sikap deva
pratistha<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga : <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)</strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Ananta Sana ya namah svaha<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Padmasana ya namah svaha<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Deva Pratistha ya namah svaha</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan diatas ubun-ubun dengan sikap Anjali<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Hrang Hring Sah Parama Siva Aditya ya
namah svaha </span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Lalu bunga dibuang ke depan<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan di depan hulu hati dengan sikap deva
pratistha<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga : <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Puspa Danta Ya namah svaha (dalam hati)</strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om
I – Ba – Sa – Ta – A<br />
Om Wa – Si – Ma – Na – Ya<br />
</span></strong><b><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Mang – Ung – Ang Namah</span></b><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Lalu bunga dibuang ke depan<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva
pratistha<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga : <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)</strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om
Sa – Ba – Ta – A – I<br />
Om Na – Ma – Si – Va – Ya<br />
Ang – Ung – Mang Namah</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga di buang ke depan<o:p></o:p></div>
<h6>
<o:p> </o:p></h6>
<h2>
DEVA PRATISTHA<o:p></o:p></h2>
Deva pratistha merupakan mantra pemujaan yang ditujukan kepada para deva
supaya berkenan hadir dan berstana di tempat yang akan kita puja, adapun mantra
yang di ucapkan adalah :<o:p></o:p><br />
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva
pratistha<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga : <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)</strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Pranamya Sang Linggam, <br />
Deva Linggam Mahesvara<br />
Sarva Devati Devanam<br />
Tasmei Lingga ya namah svaha</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga di buang ke depan<o:p></o:p></div>
<div align="center" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" style="text-align: center;">
<br /></div>
<strong><u><span style="font-size: 16.0pt;">Mantram Genta:</span></u></strong><span style="font-size: 16.0pt;"><o:p></o:p></span><br />
<div style="margin-left: .5in;">
<b><span style="font-size: 14.0pt;">Menyucikan Genta :<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.0in; mso-list: l2 level1 lfo11; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 1.0in; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Symbol; font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: Symbol;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]-->Genta dipegang dengan tangan kiri, tangan kanan
memegang sekar dipakai memercikan toya anyar pada Genta sebanyak 3
x mantra : <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Ung Visnu ya namah svaha.</strong><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 1.0in; mso-list: l2 level1 lfo11; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 1.0in; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Symbol; font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: Symbol;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]-->Selanjutnya Genta diukupi asep dengan tangan
kanan sambil memutar kekanan (Pradaksina) sebanyak 3
x mantra :<strong> <st1:place w:st="on">Om</st1:place> Ang Dupa
Astra ya namah. </strong>Kemudian Sekar disuntingkan pada ujung tangkai Genta.<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
<b><span style="font-size: 14.0pt;">Ngastawa Genta<o:p></o:p></span></b></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Genta dipegang dengan tangan kiri didepan dada,
sedangkan tangan kanan memegang pentil (sikap Deva pratista) dengan mantra :<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om
karah Sadasivastah, jagatnatha hitangkarah,<br />
Abhivada-vadaniyah, ghanta sabdah prakasyate.<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Ghanta-sabdah maha sresthah <st1:place w:st="on">Om</st1:place> karah parikirtitah.<br />
Candrardha – bindu – nadantam, sphulingga Sivatattvan-ca.<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Ghantayur pujyate devah a-bhavya-bhavya
karmesu<br />
Varadah labda-sandheyah, varam-siddhir nirsangsayam. </span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<strong><span style="font-size: 24.0pt; font-weight: normal; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-font-kerning: 18.0pt;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" />
</span></strong>
</div>
<h1 align="center" style="text-align: center;">
PALET II<o:p></o:p></h1>
<h2 align="center" style="text-align: center;">
Ngaksama, memohon tirtha pabersihan,
palukatan, dan tirtha prayascitta<o:p></o:p></h2>
<br />
<h2>
KSAMA PUJA:<o:p></o:p></h2>
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva
pratistha:<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga : <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)</strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om
Ksamasva mam Mahadeva<br />
Sarva Prani Hitankara<br />
Mamoca Sarva Papebhyah<br />
Phalayasva Sadasiva<o:p></o:p></span></strong></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Papo`ham Papa Karmaham<br />
Papatma Papa Sambhavah<br />
Trahimampundharikaksah<br />
Kenancit Mama Raksantu<o:p></o:p></span></strong></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Ksantavyah Kayiko Dosah<br />
Ksantavyo Vaciko Mama <br />
Ksantavyo Manaso Dosah<br />
Tat Pramadat Ksamasva mam<o:p></o:p></span></strong></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Hinaksaram Hina Padam<br />
Hina Mantram Tataivaca<br />
Hina Bhakti Hina Vrddhim<br />
Sadasiva Namo’stute</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Mantra Hina Kriya Hinam<br />
Bhakti Hinam Mahesvara<br />
Yat Pujitam Mahadeva <br />
Paripurnam Tad Astu me</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<h2 style="margin-left: .5in;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Bunga di buang ke depan</span><strong><span style="font-size: 12.0pt;"> </span></strong><span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"><o:p></o:p></span></h2>
<h2 style="margin-left: .5in;">
<strong><span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;"> </span></strong></h2>
<h2>
MEMOHON TIRTHA PABERSIHAN / PALUKATAN<o:p></o:p></h2>
<h2>
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Apsu Deva</span></u></strong><u><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></u></h2>
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva
pratistha<br />
Bunga : <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)</strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Apsudeva Pavitrani<br />
Gangga Devi Namo’stute<br />
Sarva Klesa Vinasanam<br />
Toyane Parisuddhaya Te<br />
Sarva Papa Vinasini<br />
Sarva Roga Vimocane <br />
Sarva Klesa Vinasanam<br />
Sarva Bhogam Avapnuyat</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Masukkan bunga ke tempat tirtha<o:p></o:p></div>
<h2>
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Pancaksaram</span></u></strong><u><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></u></h2>
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva
pratistha<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga : <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)</strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Pancaksaram Maha Tirthan Pavitram
Papanasanam <br />
Papa Koti Sahasranam <br />
Agadham Bhavet Sagaram</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Pancaksaram Param Brahma, <br />
Pavitram Papanasanam<br />
Parantam Parama Jnanam<br />
Siva Lokam Pratam Subham</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Namo Siva Iti Yo Yam<br />
<st1:place w:st="on">Para</st1:place> Brahma Atmane Devanam<br />
<st1:place w:st="on">Para</st1:place> Sakti Panca Deva <br />
Panca Rsi Bhavet Agni</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> A Karasca U Karasca, <br />
Ma Kara Vindu Nadakam<br />
Pancaksaram Maya Protam</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Kara Agni Mantranke ya namah svaha</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Masukkan bunga ke tempat tirtha<o:p></o:p></div>
<br />
<h2>
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Gangga Stava</span></u></strong><u><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></u></h2>
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva
pratistha<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga : <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)</strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Gangga Sarasvati Sindhu<br />
Su-Yamuna Godhavari <st1:place w:st="on">Narmada</st1:place> <br />
Kaveri Sarayu Mahendra Tanaya<br />
Carmanvati Venuka<o:p></o:p></span></strong></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om
Badhra Netra Vati Mahasuranadi<br />
Kyatancaya Gandhaki Punyah Purna Jale Samudrah Sa Hetangkur Watu Te
Manggalam ya namah svaha</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Masukkan bunga ke tempat tirtha<o:p></o:p></div>
<h2>
<strong> </strong></h2>
<h2>
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Pasupati Puja</span></u></strong><u><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></u></h2>
Doa ini digunakan untuk memberikan energi pada air supaya memiliki kekuatan
yang sangat ampuh untuk menghidupkan air sehingga memiliki kekuatan illahi.<o:p></o:p><br />
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva
pratistha<strong> </strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga : <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)</strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om
Sang Hyang Pasupati Ang Ung Mang ya namah svaha<br />
Om Brahma Astra Pasupati ya namah svaha<br />
Om Wisnu Astra Pasupati ya namah svaha<br />
Om Rudra Astra Pasupati ya namah svaha<br />
Om Isvara Astra Pasupati ya namah svaha<br />
Om Ya namah svaha<br />
Om Sang Hyang aji Sarasvati<br />
Tumurun Maring Surya Chandra<br />
Angawe Pasupati Mahasakti<br />
Angawe Pangurip Maha Sakti<br />
Angurip Sahananing Raja Karya<br />
Teka Urip Teka Urip Teka Urip<br />
Om Sang Hyang Akasa Pertivi Pasupati Angurip tirtha………. <br />
Om Eka Vastu Vignam Svaha </span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Masukkan bunga ke tempat tirtha<o:p></o:p></div>
<div align="center" style="text-align: center;">
<br /></div>
<h2>
MANTRA PRAYASCITA<o:p></o:p></h2>
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Mantra Pangeresikan</span></u></strong><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span><br />
<div style="margin-left: .5in;">
Pangeresikan dipegang dengan kedua tangan didepan
hulu hati<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 11.0pt;">Om asta sastra empu sarining visesa <br />
Tepung tawar amunahaken angilangaken sahananing sebel kandel<br />
Cuntakaning pebhaktyaning hulun<br />
Om sanut sang kala pegat<br />
Pegat rampung sahananing visesa<br />
Om shri Devi bhatrimsa yogini ya namah<br />
Om gagana murcha ya namah svaha.</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 11.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Isi pengeresikan ditaburkan ke depan (arah Banten)<o:p></o:p></div>
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Air</span></u></strong><u><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></u><br />
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva
pratistha<strong> </strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga : <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Puspa Danta Ya namah svaha (dalam hati)</strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Gangga Devi Maha Linggam<br />
Siva Dvara Maha Pujam<br />
Sarva Amerta Manggala Ya<br />
Tirta Nadi Maha Toyam<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Shri Gangga Devayai namah svaha</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Masukkan bunga ke tempat tirtha<o:p></o:p></div>
<h2>
<strong><span style="font-size: 14.0pt;">Bungkak Gading</span></strong><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></h2>
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva
pratistha<strong> </strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga : <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Puspa Danta Ya namah svaha (dalam hati)</strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om
I – Ba – Sa – Ta – A <br />
Sarva Mala Prayascitta ya namah<br />
Om Sa – Ba – Ta – A – I<br />
Sarva Papa Pataka Lara Roga Vighna Prayascitta ya namah<br />
Om A – Ta – Sa – Ba – I <br />
Sarva Dasa Mala Geleh Pateleteh Prayascitta ya namah svaha</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Masukkan bunga ke tempat tirtha<o:p></o:p></div>
<h2>
<strong><span style="font-size: 14.0pt;">Natab</span></strong><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></h2>
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva
pratistha<strong> </strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga : <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Puspa Danta Ya namah svaha (dalam hati)</strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Prayascita Kara Yogi Visyan Tayet <br />
Catur Vaktranca Puspadhyam<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Greng Prayascitta Subhagyam Astu</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Masukkan bunga ke tempat tirtha<o:p></o:p></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 24.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-font-kerning: 18.0pt;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" />
</span></b>
</div>
<h1 align="center" style="text-align: center;">
PALET <st1:stockticker w:st="on">III</st1:stockticker><o:p></o:p></h1>
<h2 align="center" style="text-align: center;">
Menstanakan Hyang Widhi<o:p></o:p></h2>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b><u><span style="font-size: 14.0pt;">Astra mantra<o:p></o:p></span></u></b></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva
pratistha<strong> </strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)</strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Hung Hrah Phat Astra ya namah<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Atma Tattvatma Sudamam Svaha<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Ksama Sampurna Ya Namah Svaha<br />
Om Shri Pasupataye Hung Phat<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Shriam bhavantu<br />
Sukham Bhavantu<br />
Purnam Bhavantu ya namah svaha</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga di buang ke depan<o:p></o:p></div>
<h1>
<strong><span style="font-size: 14.0pt;"> </span></strong></h1>
<h1>
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Memepersembahkan dupa</span></u></strong><u><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></u></h1>
<div style="margin-left: .5in;">
Dupa di pegang di epan hulu hati dengan sikap
tangan deva pratistha<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Ang Brahma Sandhya namah<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Ung Visnu Sandhya namah<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Mang Isvara Tri Purusa Ya namah svaha</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Dupa ditaruh ditempatnya semula<o:p></o:p></div>
<h1>
<strong><span style="font-size: 12.0pt;"> </span></strong></h1>
<h1>
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Surya Stava</span></u></strong><u><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></u></h1>
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha<strong>
</strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Puspa Danta ya namah svaha</strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Adhityasya Paramjyotih<br />
Rakta Teja Namo’stute<br />
Siva Agni Teja Mayanca<br />
Siva Deva Visiantakam<o:p></o:p></span></strong></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Padma Lingganca Pratistha<br />
Asta Deva Parikirtitham<br />
Sivagraha Samyuktam<br />
Ghanaksaram Sadasiva</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Hrang Hring Sah Paramasiva <br />
Surya Chandra ya namah svaha</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga di buang ke depan<strong> </strong><o:p></o:p></div>
<h1>
<strong><span style="font-size: 14.0pt;"> </span></strong></h1>
<h1>
<strong><span style="font-size: 14.0pt;"> </span></strong></h1>
<h1>
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Akasa Stava</span></u></strong><u><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></u></h1>
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva
pratistha<strong> </strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga:<strong> <st1:place w:st="on">Om</st1:place>
Puspa Danta ya namah svaha</strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Akasa Nirmalam Sunyam <br />
Guru Deva Bhyomantaram<br />
Siva Nirbhanam Viryanam<br />
Reka Omkara Vijaya</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Ah Akasa Bhyo namah svaha</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<h1 style="margin-left: .5in;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Bunga di buang ke depan<o:p></o:p></span></h1>
<h1>
<strong><span style="font-size: 14.0pt;"> </span></strong></h1>
<h1>
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Perthivi Stava</span></u></strong><u><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></u></h1>
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva
pratistha<strong> </strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Puspa Danta ya namah svaha</strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Perthivi Sariram Devi<br />
Catur Deva Mahadevi<br />
Catur Asrami Bhatari<br />
Siva Bhumi Maha Siddhi</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Shri Bhava Devayai namah svaha</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<h1 style="margin-left: .5in;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Bunga di buang ke depan<o:p></o:p></span></h1>
<h1>
<strong><span style="font-size: 14.0pt;"> </span></strong></h1>
<h1>
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Samodhaya Stava</span></u></strong><u><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></u></h1>
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva
pratistha<strong> </strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Puspa Danta ya namah svaha</strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Samodhaya Sivaya <br />
<st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">Nara</st1:place></st1:city> Astava
Sanggaya<br />
Sajnana Mona Sanggaya<br />
Namastu Bhayu Akasa</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Perthivi ya namah<br />
Basuki ya namah<br />
Chandra Adhitya Na Srahaya<br />
<st1:country-region w:st="on"><st1:place w:st="on">Ghana</st1:place></st1:country-region>
Kumarayai svaha</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Sarasvati Shri svaha<br />
Yama Ludra ya Sanggaya<br />
Kuvera, Baruna ya namah <br />
Brahma Wisnu Mahadeva ya namah svaha</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<h1 style="margin-left: .5in;">
<span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; mso-bidi-font-weight: bold;">Bunga di buang ke depan<o:p></o:p></span></h1>
<h1>
<strong><span style="font-size: 14.0pt;"> </span></strong></h1>
<h1>
<strong><span style="font-size: 14.0pt;"> </span></strong></h1>
<h1>
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Lingga Stava</span></u></strong><u><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></u></h1>
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva
pratistha<strong> </strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Puspa Danta ya namah svaha</strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Linggantu Sarva Devatam<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Linggantu Sarva Devanca<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Linggantu Sarva Devanam<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Shri Guru Bhyo namah svaha</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga dibuang ke depan<o:p></o:p></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<strong><span style="font-size: 24.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-font-kerning: 18.0pt;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" />
</span></strong>
</div>
<h1 align="center" style="text-align: center;">
PALET IV<o:p></o:p></h1>
<h2 align="center" style="text-align: center;">
Mempersembahkan Upakara<o:p></o:p></h2>
<h1>
<strong><span style="font-size: 14.0pt;"> </span></strong></h1>
<h1>
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Astra mantra</span></u></strong><u><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></u></h1>
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva
pratistha<strong> </strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)</strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Hung Hrah Phat Astra ya namah<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Atma Tattvatma Suddha mam svaha<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Ksama Sampurna ya namah svaha<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Shri Pasupataye Hung Phat<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Shriam bhavantu<br />
Sukham Bhavantu<br />
Purnam Bhavantu ya namah svaha</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga di buang ke depan<o:p></o:p></div>
<h1>
<strong><span style="font-size: 14.0pt;"> </span></strong></h1>
<h1>
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Memepersembahkan dupa</span></u></strong><u><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></u></h1>
<div style="margin-left: .5in;">
Dupa dipegang dengan kedua tangan di depan hulu
hati<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om
Ang Brahma Sandhya Namah, <br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Ung Visnu Sandhya Namah<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Mang Isvara Tri Purusa Ya namah svaha</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div align="center" style="text-align: center;">
<br /></div>
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Mantra Pejati ( Daksina, Ajuman,
Katipat Kelanan</span></u></strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">) </span></u><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span><br />
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva
pratistha<strong> </strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)</strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Siva sutram yajna pavitram paramam
pavitram<br />
Prajapatir yogayusyam<br />
Balam astu teja paranam<br />
Guhyanam triganam trigunatmakam</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> namaste bhagavan Agni<br />
Namaste bhagavan Harih<br />
Namaste bhagavan Isa<br />
Sarva bhaksa utasanam<br />
Tri <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">varna</st1:place></st1:city>
bhagavan Agni Brahma Visnu Mahesvara<br />
Saktikam pastikanca raksananca saiva bhicarukam</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">.<o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Paramasiva Tanggohyam Siva Tattva
Parayanah<br />
Sivasya Pranata Nityam Candhisaya Namostute<o:p></o:p></span></strong></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Naividyam Brahma Visnuca<br />
Bhoktam Deva Mahesvaram<br />
Sarva Vyadi Na Labhate<br />
Sarva Karyanta Siddhantam.</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Jayarte Jaya mapnuyap<br />
Ya Sakti Yasa Apnoti<br />
Siddhi Sakalam Apnuyap<br />
Paramasiva Labhate ya namah svaha</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga di buang ke depan (arah Banten) lalu
diperciki tirtha<o:p></o:p></div>
<div align="center" style="text-align: center;">
<br /></div>
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Mantra Canang Sari</span></u></strong><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span><br />
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva
pratistha<strong> </strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)</strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> tamolah panca pacara guru paduka bhyo
namah swaha<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> shri Deva Devi Sukla ya namah svaha</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga di buang ke depan (arah Banten)<o:p></o:p></div>
<div align="center" style="text-align: center;">
<br /></div>
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Mantra ngayabang upakara</span></u></strong><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span><br />
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva
pratistha<strong> </strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)</strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Deva Bhatyam Maha Sukham<br />
Bojanam Parama Saamerthan<br />
Deva Baksya Mahatustam<br />
Boktra Laksana Karanam</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Bhuktyantu Sarva Ta Deva<br />
Bhuktyantu Triloka Natha<br />
Sagenah Sapari Varah Savarga Sada Sidha Sah</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Deva Boktra Laksana ya namah<br />
Deva Tripti Laksana ya namah<br />
Treptya Paramesvara ya namah svaha</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga di buang ke depan (arah Banten)<o:p></o:p></div>
<div align="center" style="text-align: center;">
<br /></div>
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Mantra Panyeneng/Tehenan/Pabuat</span></u></strong><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span><br />
<div style="margin-left: .5in;">
Penyeneng dipengan dengan kedua tangan didepan hulu
hati<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 63.0pt;">
<strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om
Kaki panyeneng Nini Panyeneng<br />
Kajenengan denira Sanghyang Brahma Visnu Iswara Mahadeva<br />
Surya Chandra Lintang Teranggana</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: 63.0pt;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> shri ya namah svaha.</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Isi penyeneng ditaburkan ke depan (arah Banten)<o:p></o:p></div>
<div align="center" style="text-align: center;">
<br /></div>
<br />
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Mantra Peras</span></u></strong><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span><br />
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva
pratistha<strong> </strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)</strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Panca wara bhawet Brahma<br />
Visnu sapta wara waca<br />
Sad wara Isvara Devasca<br />
Asta wara Siva jnana</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Omkara
muktyate sarva peras <br />
prasidha siddhi rahayu ya namah svaha.</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga di buang ke depan (arah Banten) lalu
diperciki tirtha<o:p></o:p></div>
<div align="center" style="text-align: center;">
<br /></div>
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Pemercikan Tirtha ke semua upakara</span></u></strong><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span><br />
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Pertama Sudha,<br />
Dvitya Sudha<br />
Tritya Sudha<o:p></o:p></span></strong></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Caturti
Sudha<br />
Pancami Sudha<br />
Sudha Sudha Variastu Ya namah svaha.</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Puspam Samarpayami<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Dupam Samarpayami<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Toyam Samarpayami</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Sarva
Baktyam Samarpayami</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div align="center" style="text-align: center;">
<br /></div>
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Mantra Segehan</span></u></strong><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span><br />
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva
pratistha<strong> </strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Puspa Danta Ya namah svaha (dalam hati)</strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Atma Tattvatma suddha mam svaha<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> svasti-svasti sarva bhuta suka pradhana ya
namah svaha<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> shantih shantih shantih <st1:place w:st="on">Om.</st1:place></span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga di buang ke depan (arah segehan) lalu
diperciki tirtha<o:p></o:p></div>
<div align="center" style="text-align: center;">
<br /></div>
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Mantra Metabuh Arak Berem</span></u></strong><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span><br />
<div style="margin-left: .5in;">
Sambil mengucapkan mantra sambil menuangkan
petabuhan<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om
ebek segara, ebek danu <br />
Ebek banyu premananing hulun ya namah swaha.</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div align="center" style="text-align: center;">
<br /></div>
<br />
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Doa Ini dipakai bila sarananya
hanya bunga, air dan dupa saja</span></u></strong><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span><br />
<div style="margin-left: .5in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Puspam Samarpayami<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Dupam Samarpayami<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Toyam Samarpayami<br />
Sarva Baktyam Samarpayami</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<strong><span style="font-size: 24.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-font-kerning: 18.0pt;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" />
</span></strong>
</div>
<h1 align="center" style="text-align: center;">
PALET V<o:p></o:p></h1>
<h2 align="center" style="text-align: center;">
PENUTUP<o:p></o:p></h2>
<h1>
<strong><span style="font-size: 14.0pt;"> </span></strong></h1>
<h1>
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Astra mantra</span></u></strong><u><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></u></h1>
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva
pratistha<strong> </strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)</strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Hung Hrah Phat Astra ya namah<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Atma Tattvatma Suddha mam svaha<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Ksama Sampurna ya namah svaha<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Shri Pasupataye Hung Phat<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Shriyam bhavantu<br />
Sukham Bhavantu<br />
Purnam Bhavantu Ya namah svaha</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga di buang ke depan<o:p></o:p></div>
<div align="center" style="text-align: center;">
<br /></div>
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Ngaksara Jagatnatha</span></u></strong><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span><br />
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva
pratistha<strong> </strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)</strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om
Ksamasvamam Jagatnatha<br />
Sarva Papa Nirantaram<br />
Sarva Karya Siddhan Dehi<br />
Pranamya Karya Suryasvaram<br />
Tvam Surya Tvam Sivakarah<br />
Tvan Ludra Bahni Laksanam<br />
Tvamna Mani Sarva Gatakarah <br />
Mama Karya Prajayate<o:p></o:p></span></strong></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Ksamasvamam Mahasakti<br />
Asta Aisvarya Gunaatmakam<br />
Nasayet Satatam Papam<br />
Sarva Loka Darsanam</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Anugraha Mano Haram<br />
Deva Datha Nugrahaka<br />
Arcanam Sarva Pujanam, Namo Sarva Nugrahaka<br />
Deva Devi Mahasiddhi<br />
Yajnanga Nirmalatmakam<br />
Laksmi Sidisca Dirgahayur Nirvighnam Sukha Verddhisca</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga di buang ke depan<o:p></o:p></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 24.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-font-kerning: 18.0pt;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" />
</span></b>
</div>
<h1 align="center" style="text-align: center;">
PALET VI<o:p></o:p></h1>
<h2 align="center" style="text-align: center;">
Sembahyang<o:p></o:p></h2>
<br />
<strong>Asana</strong>: <o:p></o:p><br />
<div style="margin-left: .5in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> prasada sthiti sarira Siva suci nirmala
ya namah svaha</span></strong> <br />
Ya Tuhan, anugrahkanlah kepada hamba ketenangan dan kesucian dalam batin hamba.<o:p></o:p></div>
<strong>Pranayama </strong>dengan sikap tangan Amustikarana:<o:p></o:p><br />
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .75in; mso-list: l0 level1 lfo12; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .75in; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Symbol; font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: Symbol;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]-->Menarik napas; <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Ang namah</strong> – Ya Tuhan, hamba puja Engkau sebagai pencipta dan sumber
dari segala kekuatan, anugrahi hamba kekuatan batin<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .75in; mso-list: l0 level1 lfo12; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .75in; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Symbol; font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: Symbol;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]-->Menahan napas: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Ung namah</strong> – Ya Tuhan, hamba puja Engkau sebagai pemelihara dan sumber
kehidupan anugrahi hamba ketenangan batin<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .75in; mso-list: l0 level1 lfo12; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .75in; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Symbol; font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: Symbol;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]-->Mengeluarkan napas: <st1:place w:st="on">Om</st1:place>
Mang namah – Ya Tuhan, hamba puja Engkau sebagai pelebur segala yang tidak
berguna dalam kehidupan, anugrahi hamba kesempurnaan batin.<o:p></o:p></div>
<strong>Karasoddhana</strong><o:p></o:p><br />
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan kanan: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Soddha mam svaha</strong> – Ya Tuhan, sucikanlah seluruh badan jasmani hamba<br />
Tangan kiri: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong> Ati
soddha mam svaha</strong> – Ya Tuhan, sucikanlah seluruh badan rohani hamba<o:p></o:p></div>
<strong>Puja Tri Sandhya</strong><o:p></o:p><br />
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> bhur bhuvah svah<br />
Tat savitur varenyam<br />
Bhargo devasya dhimahi<br />
Dhyo yo nah praccodayat</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Ya Tuhan, yang menguasai ketiga dunia ini, Yang
Mahasuci dan sumber dari segala kehidupan, anugrahi hamba sinar penerangan
dengan cahayaMu Yang Mahasuci<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> narayana evedam sarvam<br />
Yad bhuta yasca bhavyam<br />
Niskalangko niranjano nirvikalpo<br />
Nirakhyatah suddho deva eko<br />
Narayano na dvityo’sti kascit</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Ya tuhan, hamba puja Engkau sebagai Narayana
pencipta alam semesta beserta isinya, Engkau Mahagaib, tak berwujud, dan tak
terbatas oleh waktu, dapat mengatasi segala kebingungan, Engkau Mahasuci,
Mahaesa, dan tidak ada duanya, dan dipuja oleh semua mahluk<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> tvam sivah tvam mahadeva<br />
Isvarah paramesvarah<br />
Brahma visnusca rudrasca<br />
Purusah parikirtitah</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Ya Tuhan, Engkau hamba puja dalam sinar suci dan
saktiMu sebagai Siva, Mahadeva, Isvara, Paramesvara, Brahma, Visnu, dan juga
Rudra, karena Hyang Widhi adalah sumber dari segala yang ada<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> papo’ham papakarmaham<br />
Papatma papasambhavah<br />
Trahi mam pundarikaksa<br />
Sabahya bhyantarah sucih</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Ya Tuhan, hamba ini penuh dengan kenestapaan,
perbuatan hamba penuh dengan kenestapaan, jiwa dan kelahiran hamba penuh dengan
kenestapaan, hanya Engkaulah yang dapat menyelamatkan hamba dari kenestapaan
itu, semoga dapatlah disucikan lahir-bathin hambaMu ini.<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> ksamasva mam mahadevah<br />
Sarva prani hitangkara<br />
Mamoca sarve papebhyah <br />
Phalayasva sadasiva</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Ya Tuhan, ampunilah hamba hyang Widhi, yang
memberikan keselamatan semua mahluk, ampuni hamba dari segala dosa, dan
limpahkanlah perlindungan kepada hamba.<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> ksantavah kayiko dosah<br />
Ksantavyo vaciko mama<br />
Kksantavyo manaso dosah<br />
Tat pramadat ksamasva mam</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Ya Tuhan, ampunilah segala dosa hamba, baik yang
berasal dari perbuatan, perkataan, dan pikiran, maupun dari segala kesalahan
hamba<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om
santih santih santih Om</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Ya Tuhan, semoga ada kedamaian dalam hati, di
dunia, dan semuanya damai untuk selamanya atas anugrahMu.<o:p></o:p></div>
<br />
<strong>Kramaning Sembah</strong><o:p></o:p><br />
<b>Muspa Muyung: <o:p></o:p></b><br />
<div style="margin-left: .5in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Atma tattvatma suddha mam svaha<br />
</span></strong>Ya Tuhan, Engkau adalah merupakan sumber Atman dari semua
ciptaanMu, sucikanlah hambaMu.<o:p></o:p></div>
<b>Muspa dengan bunga ke hadapan Siva Adhitya
sebagai saksi pemujaan:<o:p></o:p></b><br />
<div style="margin-left: .5in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Adityasya param jyotih<br />
Rakta teja namo’stute<br />
Sveta pangkaja madhyasta<br />
Bhaskaraya namo’stute</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Hrang Hring Sah paramasiva adhitya ya
namah svaha</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Ya Tuhan, hamba puja Engkau sebagai sumber cahaya
yang merah cemerlang, penuh kesucian yang bersemayam di tengah-tengah teratai
berwarna putih, sembah sujud hamba kepada sumber segala cahaya, Ya Tuhan,
Engkau adalah ayah semesta alam, ibu semesta alam, Engkau adalah Paramasiva
devanya matahari,anugrahkanlah kesejahtraan lahir-bathin.<o:p></o:p></div>
<br />
<br />
<br />
<b>Muspa dengan kwangen/bunga ke hadapan
Hyang Widhi dengan Ista devataNya:<o:p></o:p></b><br />
<div style="margin-left: .5in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> namo devaya adhistanaya<br />
Sarva vyapi vai sivaya<br />
Padmasana eka prathistaya<br />
Ardhanaresvarya namah svaha</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Ya Tuhan, hamba puja Engkau sebagai sumber sinar
yang bersinggasana di tempat paling utama, hamba puja sebagai Siva penguasa
semua mahluk, kepada devata yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai di
suatu tempat, kepada Ardhanaresvari hamba memuja.<o:p></o:p></div>
<b>Muspa dengan kwangen/bunga kehadapan
Hyang Widhi untuk memohon waranugraha:<o:p></o:p></b><br />
<div style="margin-left: .5in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> anugraha manoharam <br />
Deva datta nugrahaka<br />
Arcanam sarva pujanam<br />
Namh sarva nugrahaka<br />
Deva devi mahasiddhi yajnangga nirmalatmakam<br />
Laksmi siddhisca dirgahayuh<br />
Nirvighna sukha verddhisca</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Ya Tuhan, Engkau yang menarik hati pemberi anugrah,
anugrah pemberian devata, pujaan segala pujaan, hamba memujaMu sebagai pemberi
segala anugrah, kemahasiddian pada deva dan devi berwujud yajna suci.
Kebahagiaan, kesempurnaan, panjang umur, bebas dari rintangan, kegembiraan dan
kemajuan rohani dan jasmani.<o:p></o:p></div>
<b>Muspa Muyung, sebagai penutup
persembahyangan:<o:p></o:p></b><br />
<div style="margin-left: .5in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> deva suksma paramacintya ya namah svaha<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> santih santih santih <st1:place w:st="on">Om</st1:place></span></strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Ya Tuhan, hamba memuja Engkau devata yang tak
terpikirkan, maha tinggi dan maha gaib. Ya Tuhan, anugrahkanlah kepada hamba
kedamaian, damai, di hati, damai di dunia, dan semoga semuanya damai atas
anugrahMu<o:p></o:p></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<strong><span style="font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" />
</span></strong>
</div>
<div align="center" style="text-align: center;">
<span class="Heading1Char"><span style="font-size: 24.0pt;">PALET <st1:stockticker w:st="on">VII</st1:stockticker><br />
</span></span><span class="Heading2Char"><span style="font-size: 18.0pt;">Mohon
Tirta Vasuh Pada<o:p></o:p></span></span></div>
<h1>
<strong><span style="font-size: 14.0pt;"> </span></strong></h1>
<h1>
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Astra mantra</span></u></strong><u><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span></u></h1>
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva
pratistha<strong> </strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)</strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Hung Hrah Phat Astra ya namah<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Atma Tattvatma Suddha mam svaha<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Ksama Sampurna ya namah vvaha<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Shri Pasupataye Hung Phat<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Shriyam bhavantu<br />
Sukham Bhavantu<br />
Purnam Bhavantu ya namah svaha</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga dibuang ke depan (ke arah Tirtha)<o:p></o:p></div>
<br />
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Pranamya kepada Adhitya</span></u></strong><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span><br />
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha<strong>
</strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)</strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Pranamya bhaskara devam<br />
Sarva klesa vinasanam<br />
Pranamya adhitya Sivartam<br />
Bhukti mukti varapradam<o:p></o:p></span></strong></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Hrang Hring Sah Paramasiva <br />
Gangga tirtha amertha ya namah svaha</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga dibuang ke depan (ke arah Tirtha)<o:p></o:p></div>
<br />
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Pancaka Tirtha</span></u></strong><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span><br />
<div style="margin-left: .5in;">
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva
pratistha<strong> </strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Puspa Danta ya namah svaha (dalam hati)</strong><o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Gangga Sarasvati Sunyam<br />
Jaya Tirtha Mahottamam<br />
Jaya Shri Jaya Murtinam<br />
Sarva Klesa Vinasanam.</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Bhur Bhuvah Svah Maha Gangga <br />
Tirtha Pavitrani ya namah svaha</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Bunga dibuang ke depan (ke arah Tirtha)<o:p></o:p></div>
<br />
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Pemercikan Tirtha</span></u></strong><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span><br />
<div style="margin-left: .5in;">
Doa ketika metirtha:<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Ang Brahma amrta ya namah<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Ung Visnu amrta ya namah<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Mang Isvara amrta ya namah</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Ya Tuhan, dalam wujud Brahma<br />
Ya Tuhan , dalam wujud Visnu<br />
Ya Tuhan, dalam wujud Isvara<br />
Anugrahkan air suci kepada hamba<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Doa minum tirtha:<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> <st1:place w:st="on">Om</st1:place>
sarira ya namah<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> <st1:place w:st="on">Om</st1:place>
sadasiva ya namah<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> <st1:place w:st="on">Om</st1:place>
paramasiva ya namah</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Ya Tuhan sebagai Siva, Sadasiva, Paramasiva,
anugrahilah badan dan rohani ini air suci<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Doa ketika meraup tirtha:<o:p></o:p></div>
<div style="margin-left: 1.0in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> <st1:place w:st="on">Om</st1:place>
sarira purna ya namah<br />
Ang Ung Mang gangga amrta ya namah<br />
Sarira suddha parama teja ya namah<br />
<st1:place w:st="on">Om</st1:place> Ang sama sampurna ya namah</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
Ya Tuhan, sempurnakanlah badan ini, Ya Tuhan
sebagai perwujudan gangga amrta, anugrahilah diri kami kesucian, sinar yang
maha suci, yang maha sempurna<strong><span style="font-weight: normal;"><o:p></o:p></span></strong></div>
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Memasang Bija</span></u></strong><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span><br />
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .75in; mso-list: l1 level1 lfo13; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .75in; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Symbol; font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: Symbol;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]-->Diletakkan di selaning lelata: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
shriyam bhavantu</strong> – Ya Tuahan, semoga kebahagiaan meliputi kami<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .75in; mso-list: l1 level1 lfo13; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .75in; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Symbol; font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: Symbol;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]-->Diletakkan di pangkal tenorokan: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong> sukham bhavantu</strong> – Ya
Tuhan, semoga kesenangan selalu datang pada hamba<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .75in; mso-list: l1 level1 lfo13; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .75in; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Symbol; font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: Symbol;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]-->Ditelan tanpa dikunyah: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
purnam bhavantu</strong>, <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
ksama sampurna ya namah svaha</strong> – Ya Tuhan, semoga segala kesempurnaan
menjadi bertambah sempurna pada diri hamba<o:p></o:p></div>
<strong><u><span style="font-size: 14.0pt;">Memasang bunga</span></u></strong><span style="font-size: 14.0pt;"><o:p></o:p></span><br />
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .75in; mso-list: l9 level1 lfo14; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .75in; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Symbol; font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: Symbol;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]-->Diletakkan di ubun-ubun: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
Siva Raditya ya namah svaha</strong> – Ya Tuhan, sebagai saksi
semuanya, semoga hamba selalu dapat mengingatMu.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: .75in; mso-list: l9 level1 lfo14; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .75in; text-indent: -.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Symbol; font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-bidi-font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: Symbol;">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]-->Diletakkan di kedua telinga: <st1:place w:st="on"><strong>Om</strong></st1:place><strong>
deva shri devi ya namah svaha</strong> – Ya Tuhan, semoga kewibawaan meliputi
hamba.<o:p></o:p></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<strong><span style="font-size: 24.0pt; font-weight: normal; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US; mso-font-kerning: 18.0pt;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" />
</span></strong>
</div>
<h1 align="center" style="text-align: center;">
PALET VIII<o:p></o:p></h1>
<h2 align="center" style="text-align: center;">
Purna Puja<o:p></o:p></h2>
<br />
Tangan didepan hulu hati dengan sikap deva pratistha<strong> </strong><o:p></o:p><br />
<div style="margin-left: .5in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Purnam Adah Purnam Idam<br />
Purnat Purnam Udhacyate<br />
Purnasya Purnama Dhaya<br />
Purnam Iva Vasisyate</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Sarve Bhavantu Sukinah<br />
Sarve Santu Niramayah<br />
Sarve Bhadrani pasyantu<br />
Ma kascit Duhkha bhag Bhavet.</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-left: .5in;">
<st1:place w:st="on"><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om</span></strong></st1:place><strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> Santih, Santih, Santih Om</span></strong><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<strong>H. Penutup</strong><o:p></o:p><br />
Demikian beberapa hal berkaitan dengan tata cara memuja yang dapat
disampaikan, semoga dapat dijadikan acuan standar minimal bagi para calon
Pinandita. Dan apa ang di bahas pada kesempatan ini tidaklah harga mati, dapat
dikembangkan sesuai dengan tingkat kewenangan para Pinandita sesuai dengan
petunjuk Guru Nabe yang Ngaskara ketika Pawintenan.<o:p></o:p><br />
<br />
<div align="center" style="text-align: center;">
<strong>Pūr</strong><strong><span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṇ</span>a Pūja</strong><o:p></o:p></div>
<div align="center" style="text-align: center;">
<em><b>O</b></em><em><b><span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṁ</span> pūr</b></em><em><b><span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṇ</span>a</b></em><em><b><span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṁ</span>
adah pūr</b></em><em><b><span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṇ</span>a</b></em><em><b><span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṁ</span>
idam <br />
pūr</b></em><em><b><span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṇ</span>at pūr</b></em><em><b><span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṇ</span>a</b></em><em><b><span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṁ</span>
udacyate<br />
pūr</b></em><em><b><span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṇ</span>asya pūr</b></em><em><b><span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṇ</span>amādhaya<br />
pūr</b></em><em><b><span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṇ</span>a</b></em><em><b><span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṁ</span> iva vasisyate</b></em><b>.<o:p></o:p></b></div>
<div align="center" style="text-align: center;">
<em><b>O</b></em><em><b><span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṁ</span> śarve bhavantu sukhina</b></em><em><b><span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ḥ<br />
</span>śarve śāntu niramāya</b></em><em><b><span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ḥ<br />
</span>śarve badrani paśyantu<br />
Mā kaścit duhkha bhag bhavet</b></em><b><o:p></o:p></b></div>
<div align="center" style="text-align: center;">
Ya Tuhan mahasempurna, hamba yang
tiada sempurna ini memujaMu, semoga itu menjadi sempurna, yang ini menjadi
sempurna, karena kesempurnaan hanya dapat muncul dari sempurna. Semoga yang
tidak sempurna menjadi sempurna, semoga yang ada hanyalah kesempurnaan atas
karuniaMu.<o:p></o:p></div>
Semoga semuanya selalu berbahagia<br />
Semoga selalu dalam keadaan sehat<br />
Semoga semuanya sejahtera<br />
Semoga tidak seorangpun yang menderita atas karuniaMu. (Anand <span class="skimlinks-unlinked">Krishna.1992</span>)<br />
O<span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṁ</span> Śānti<span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ḥ</span> Śānti<span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ḥ</span> Śānti<span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ḥ</span>
O<span style="font-family: "Tahoma",sans-serif;">ṁ<o:p></o:p></span><br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<i><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 10.0pt;">Sumber:
http://dharmavada.wordpress.com/2009/08/24/tetikesan-puja-mantra/<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<i><span style="font-family: "Arial",sans-serif; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;"><br clear="all" style="mso-special-character: line-break; page-break-before: always;" />
</span></i>
</div>
<div style="border-bottom: double windowtext 2.25pt; border: none; mso-element: para-border-div; padding: 0in 0in 1.0pt 0in;">
<div class="MsoNormal" style="border: none; mso-border-bottom-alt: double windowtext 2.25pt; mso-padding-alt: 0in 0in 1.0pt 0in; padding: 0in;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<h2>
MANTRA SAAT MESEGEH <o:p></o:p></h2>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span style="font-family: "Arial",sans-serif;">Om Sa Ba Ta A I, Panca Maha Bhutaya
namah suaha,<br />
Endahta kita watek tiryak, gumatap-gumitip, kumratap-kumritip, <br />
muah sarwa prani, sarwa mletik, ingsun ki manusa anyupat papanta, tinebusan
déning mertha, muah anebusaken dosan ingsun amati-mati.<br />
Riwekasan yan Sira manumadi, menadi Sira manusa mautama.<br />
Ong sah wésat namah suaha.<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Arti: <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Kami memohon bimbingan dan perlindungan Sa Ba Ta A I [aksara
simbol Hyang Acintya] dan Sang Hyang Panca Maha Bhuta [<st1:city w:st="on">lima</st1:city> unsur dasar pembentuk alam semesta]. Semoga
berbahagia mereka para binatang, semua yang bergerak, kumratap-kumritip [semua
mahluk : dari amuba, semut hingga monster] dan segala yang hidup, segala yang
tumbuh, aku manusia akan menyupat [melakukan pembersihan spiritual] dirimu,
mengubahnya menjadi kebajikan dan menebuskan segala kesalahan. Suatu saat
apabila kau dapat terlahir kembali, semoga kau menjadi manusia yang utama
[manusia dengan kesadaran sempurna]. Hyang Acintya, semoga sirna semua
dukalara.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<h3>
MANTRA MESEGEH SEDERHANA<o:p></o:p></h3>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span style="font-family: "Arial",sans-serif;"> "<st1:place w:st="on">Om</st1:place>
swasti swasti sarwa bhuta suka pradhana ya namah swaha" <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal">
(semoga para bhuta mereka berbahagia) <o:p></o:p></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<br />
<br />
<h3 style="text-align: center;">
⇒ <a href="https://www.dropbox.com/s/bwfggtq9i5c2p01/Tetikesan%20Puja%20Mantra%20v1.0.pdf?dl=0" target="_blank">DOWNLOAD FORMAT PDF</a> ⇐</h3>
<br />Brutal Sickhttp://www.blogger.com/profile/15088106937790878395noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7337763800166907089.post-33654855057663800242017-01-18T17:51:00.001-08:002017-01-18T17:51:55.367-08:00Shri Artha Argala Stotram<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhm79yhvg5c_qjhlB8_3lFhqeAmbME5scDpUCbGwvfD89TINZChH3i10Na77gS4Phm2Gczr4AOMNQbvdkDg4OJzlrP-7S1aJNiTuLq4vx6Wql77JsBgmWngEsEljGQ7YNaTnYDWVC-FtwI/s1600/Durga-Saptashati-bijender.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhm79yhvg5c_qjhlB8_3lFhqeAmbME5scDpUCbGwvfD89TINZChH3i10Na77gS4Phm2Gczr4AOMNQbvdkDg4OJzlrP-7S1aJNiTuLq4vx6Wql77JsBgmWngEsEljGQ7YNaTnYDWVC-FtwI/s400/Durga-Saptashati-bijender.jpg" width="312" /></a></div>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Shri Artha Argala Stotram adalah satu dari mantra doa dari Shri Durga Saptha-Shati. Dimana Durga Kavach memberi kita bentuk Devi kemudian kita bisa masuk Istana Nya. Stotram ini bertindak seperti kunci atau mungkin suara bel yang menggantung di pintu sebuah mandir, memungkinkan kita untuk memasuki 'Mahal' dari Devi.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Jadi dengan tangan tergenggam dan sikap rendah hati kami mengucapkan Stotram yang menguntungkan dari Devi seperti yang tertulis dalam Chandi Paath (juga dikenal sebagai Durga Saptha-Shati) dari 700 ayat yang ditemukan di yang Markandeya Purana.</div>
<br />
<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
<h2 style="text-align: center;">
SHRI ARTHA ARGALA STOTRA</h2>
<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
Om Jayanti mangala Kaali ; Bhadra Kaali Kaapaalini<br />
Durga Shamma Shivaah Dhaatri ; Swaaha Swadha Namostute |1|</blockquote>
Oh! Penakluk semua, penghilang kegelapan, Kejayaan satu, di luar waktu, pembawa Tengkorak of Impure Pikiran, reliever kesulitan, mencintai pengampunan, pendukung Semesta. Anda adalah orang yang benar-benar menerima persembahan kurban dan persembahan kepada leluhur. Untuk Anda Aku tunduk.<br />
<br />
*****<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
Jaya twam Devi chamunde , jaya bhutarti-harini<br />
Jaya sarvagate Devi ; kalaratri namo’stute. |2|</blockquote>
Jaya, oh Dewi, pembunuh hasrat dan kemarahan! Victory, pereda satu masalah dari semua eksistensi! Jaya, semua-merasuk Dewi! Anda adalah malam di akhir zaman! Untuk Anda Aku tunduk.<br />
<br />
*****<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
Madhu-Kaitabha-vidravi ; vidhatr varade namah<br />
Rupam dehi jayam dehi ; yaso dehi dvisho jahi |3|</blockquote>
Anda yang mengalahkan kualitas negatif yang berlebih dan kekurangan, Pemberi berkat kapasitas kreatif, untuk Anda Aku tunduk. Berilah kami Bentuk Anda, memberikan kita kemenangan, memberikan kita kesejahteraan, menghancurkan semua permusuhan.<br />
<br />
*****<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
Mahisasura-nirnasi ; bhaktanam sukhade namah<br />
Rupam dehi jayam dehi ; yaso dehi dvisho jahi |4|</blockquote>
Anda yang menyebabkan kehancuran Mahisa, Pemberi kebahagiaan kepada umat, untuk Anda Aku tunduk. Berilah kami Bentuk Anda, memberikan kita kemenangan, memberikan kita kesejahteraan, menghancurkan semua permusuhan.<br />
<br />
*****<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
Raktabija-vadhe Devi ; Chanda-Munda-vinasini<br />
Rupam dehi jayam dehi ; yaso dehi dvisho jahi |5|</blockquote>
Anda yang membunuh setan Raktabija, Chanda dan Munda, Oh Dewi, perusak gairah dan kemarahan. Berilah kami Bentuk Anda, memberikan kita kemenangan, memberikan kita kesejahteraan, menghancurkan semua permusuhan.<br />
<br />
*****<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
Sumbhasyaiva nisumbhasya ; Dhumraksasya ca mardini<br />
Rupam dehi jayam dehi ; yaso dehi dvisho jahi |6|</blockquote>
Pembunuh setan Sumbha, Nisumbha dan Dhumalocana. Berilah kami Bentuk Anda, memberikan kita kemenangan, memberikan kita kesejahteraan, menghancurkan semua permusuhan.<br />
<br />
*****<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
Vanditanghri-yuge Devi ; sarva-saubhagya-dayini<br />
Rupam dehi jayam dehi ; yaso dehi dvisho jahi |7|</blockquote>
Semua memuja kaki lotus Anda, Oh Dewi, Pemberi semua yang indah. Berilah kami Bentuk Anda, memberikan kita kemenangan, memberikan kita kesejahteraan, menghancurkan semua permusuhan.<br />
<br />
*****<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
Acintya-rupa-carite ; sarva-satru-vinasini<br />
Rupam dehi jayam dehi ; yaso dehi dvisho jahi |8|</blockquote>
Anda, dalam bentuk tak terbayangkan indah dan energi; Destroyer dari semua hambatan, penghilang dari semua penderitaan. Berilah kami Bentuk Anda, memberikan kita kemenangan, memberikan kita kesejahteraan, menghancurkan semua permusuhan.<br />
<br />
*****<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
Natebhyah sarvada bhaktya ; Chandike duritapahe ;<br />
Rupam dehi jayam dehi ; yaso dehi dvisho jahi |9|</blockquote>
Bagi mereka yang tunduk kepada Anda dengan pengabdian, Anda menghapus semua dosa dan kesusahan. Berilah kami Bentuk Anda, memberikan kita kemenangan, memberikan kita kesejahteraan, menghancurkan semua permusuhan.<br />
<br />
*****<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
Stuvadbhyo bhakti-purvam tvam ; Chandike vyadhi-nasini<br />
Rupam dehi jayam dehi ; yaso dehi dvisho jahi |10|</blockquote>
Oh Dewi yang menyembuhkan semua penderitaan bagi mereka yang memuji Anda dengan pengabdian. Berilah kami Bentuk Anda, memberikan kita kemenangan, memberikan kita kesejahteraan, menghancurkan semua permusuhan.<br />
<br />
*****<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
Chandike satatam ye tvam ; archayantiha bhaktitah<br />
Rupam dehi jayam dehi ; yaso dehi dvisho jahi |11|</blockquote>
Oh Dewi yang menghapus semua kebingungan bagi mereka konstan dalam ibadah mereka. Berilah kami Bentuk Anda, memberikan kita kemenangan, memberikan kita kesejahteraan, menghancurkan semua permusuhan.<br />
<br />
*****<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
Dehi saubhagyam-arogyam ; dehi me paramam sukham<br />
Rupam dehi jayam dehi ; yaso dehi dvisho jahi |12|</blockquote>
Memberikan kita nasib baik, bebas dari penyakit, dan kebahagiaan tertinggi. Berilah kami Bentuk Anda, memberikan kita kemenangan, memberikan kita kesejahteraan, menghancurkan semua permusuhan.<br />
<br />
*****<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
Vidhehi dvisatam nasam ; vidhehi balam-uccakaih<br />
Rupam dehi jayam dehi ; yaso dehi dvisho jahi |13|</blockquote>
Memberikan penghancuran semua yang mengganggu, memberikan kita baru kekuatan batin dan kebahagiaan tertinggi. Berilah kami Bentuk Anda, memberikan kita kemenangan, memberikan kita kesejahteraan, menghancurkan semua permusuhan.<br />
<br />
*****<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
Vidhehi Devi kalyanam ; vidhehi paramam sriyam<br />
Rupam dehi jayam dehi ; yaso dehi dvisho jahi |14|</blockquote>
Oh Dewi, memberikan pembebasan dan kemakmuran tertinggi. Berilah kami Bentuk Anda, memberikan kita kemenangan, memberikan kita kesejahteraan, menghancurkan semua permusuhan.<br />
<br />
*****<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
Surasura- siro-ratna- ; nighrsta-caranembike<br />
Rupam dehi jayam dehi ; yaso dehi dvisho jahi |15|</blockquote>
Oh Bunda Semesta, yang kakinya di para dewa dan Iblis menyerah. Berilah kami Bentuk Anda, memberikan kita kemenangan, memberikan kita kesejahteraan, menghancurkan semua permusuhan.<br />
<br />
*****<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
Vidyavantam yasasvantam ; laksmivantam janam kuru<br />
Rupam dehi jayam dehi ; yaso dehi dvisho jahi |16|</blockquote>
Silakan memberkati diri ini dengan kecerdasan dan kekayaan sejati. Berilah kami Bentuk Anda, memberikan kita kemenangan, memberikan kita kesejahteraan, menghancurkan semua permusuhan.<br />
<br />
*****<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
Prachanda-daitya-darpaghne ; Chandike pranataya me<br />
Rupam dehi jayam dehi ; yaso dehi dvisho jahi |17|</blockquote>
Anda yang menghancurkan kekuatan pikiran negatif, Anda yang mengobrak-abrik pikiran bodoh dari diri ini yang mencari tempat tinggal Anda. Berilah kami Bentuk Anda, memberikan kita kemenangan, memberikan kita kesejahteraan, menghancurkan semua permusuhan.<br />
<br />
*****<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
Caturbhuje caturvaktra- ; samsthute Paramesvari<br />
Rupam dehi jayam dehi ; yaso dehi dvisho jahi |18|</blockquote>
Oh, Dewi bersenjata empat, dikagumi oleh Dewa Brahma! Berilah kami Bentuk Anda, memberikan kita kemenangan, memberikan kita kesejahteraan, menghancurkan semua permusuhan.<br />
<br />
*****<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
Krsnena samstute Devi ; sasvad-bhaktya sadambike<br />
Rupam dehi jayam dehi ; yaso dehi dvisho jahi |19|</blockquote>
Dewi, Bunda Semesta, Krishna memuji Anda dengan pengabdian ekstrim. Berilah kami Bentuk Anda, memberikan kita kemenangan, memberikan kita kesejahteraan, menghancurkan semua permusuhan.<br />
<br />
*****<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
Himacala-suta-natha- ; samstute Paramesvari<br />
Rupam dehi jayam dehi ; yaso dehi dvisho jahi |20|</blockquote>
Oh Dewi yang Agung, Tuhan dari Putri Himalaya (Siwa) selalu menyanyikan pujian Anda. Berilah kami Bentuk Anda, memberikan kita kemenangan, memberikan kita kesejahteraan, menghancurkan semua permusuhan.<br />
<br />
*****<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
Indrani-pati-sadbhava- ; pujite Paramesvari<br />
Rupam dehi jayam dehi ; yaso dehi dvisho jahi |21|</blockquote>
Anda yang disembah oleh suami Indrani (Indra) dengan pengabdian. Berilah kami Bentuk Anda, memberikan kita kemenangan, memberikan kita kesejahteraan, menghancurkan semua permusuhan.<br />
<br />
*****<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
Devi prachanda-dordanda- ; daitya-darpa-vinasini<br />
Rupam dehi jayam dehi ; yaso dehi dvisho jahi |22|</blockquote>
Dengan tenaga yang kuat Anda, Anda telah menghancurkan setan dari egoisme dan berpikir. Berilah kami Bentuk Anda, memberikan kita kesejahteraan, menghancurkan semua permusuhan.<br />
<br />
*****<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
Devi bhakta-janoddama- ; dattanandodaye’mbike<br />
Rupam dehi jayam dehi ; yaso dehi dvisho jahi |23|</blockquote>
Anda yang memberikan keselamatan dan sukacita abadi umat Anda. Berilah kami Bentuk Anda, memberikan kita kemenangan, memberikan kita kesejahteraan, menghancurkan semua permusuhan.<br />
<br />
*****<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
Patnim manoramam dehi ; manovrtta-nusarinim<br />
Tarinim durga-samsara- ; Sagarasya kulodhbhavam |24|</blockquote>
Oh Dewi, berilah aku pasangan yang akan memimpin keluarga melintasi samudra yang mengerikan hidup dan mati.<br />
<br />
*****<br />
<br />
<br />
Om Dum Durgayei Namaha<br />
<span style="font-size: x-small;">"Salam untuk Dia yang indah untuk para pencari kebenaran dan mengerikan dalam penampilan bagi mereka yang akan melukai pemuja kebenaran."</span><br />
<br />
Om Shanti, Shanti, Shanti, OmBrutal Sickhttp://www.blogger.com/profile/15088106937790878395noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7337763800166907089.post-37262275474167847542017-01-17T21:23:00.000-08:002017-01-17T21:23:14.735-08:00Shree Rudraashtak Stotram<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbz222pPGEqu4oLj9uDF3NMDNFcX1uNNskKbtBcInCSru6Obrw31eU5xhsvkB7gxQvH0wJRr_pgDMAs2D7pPOsxbJFL04mFxKyMyriimzNY0jjTDztVhyVZH2W67Kpkc5QXQ0aaaYfIEU/s1600/rudraasthak.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbz222pPGEqu4oLj9uDF3NMDNFcX1uNNskKbtBcInCSru6Obrw31eU5xhsvkB7gxQvH0wJRr_pgDMAs2D7pPOsxbJFL04mFxKyMyriimzNY0jjTDztVhyVZH2W67Kpkc5QXQ0aaaYfIEU/s400/rudraasthak.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<h2 style="text-align: center;">
SHREE RUDRAASHTAK STOTRAM</h2>
<span style="text-align: justify;">Shree Rudraashtak Stotram adalah nyanyian delapan kali dibacakan oleh Brahma untuk menyenangkan Shiva. Mantra ini dapat digunakan oleh siapa saja untuk mendapatkan berkat dari Dewa Siwa.</span><br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
1.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Namaam-Iisham-Iishaana Nirvaanna-Ruupam<br />Vibhum Vyaapakam Brahma-Veda-Svaruupam<br />Nijam Nirgunnam Nirvikalpam Niriiham<br />Cidaakaasham-Aakaasha-Vaasam Bhaje-[A]ham</blockquote>
<span style="text-align: justify;">Artinya: Aku Salute kepada Tuhan Ishana. Ini adalah Bentuk yang mewakili keadaan Nirvana tertinggi. Ini adalah bentuk yang memanifestasikan esensi Dia meresapi di mana saja dan Tuhan merupakan perwujudan Pengetahuan tertinggi dari Brahman hadir dalam inti Weda. Dia yang tetap diserap dalam diri-Nya sendiri yang berada di luar ketiga guna. Selain perubahan dan beranekaragam, dan yang bebas dari setiap gerakan. Aku menyembah Ishana, yang berdiam di langit spiritual.</span><br />
<br />
<a name='more'></a><br /><br />
<blockquote class="tr_bq">
2.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Niraakaaram-Ongkara-Muulam Turiiyam<br />Giraa-Jnyaana-Go-[A]tiitam-Iisham Giriisham<br />Karaalam Mahaakaala-Kaalam Krpaalam<br />Gunna-[A]agaara-Samsaara-Paaram Nato-[A]ham</blockquote>
<span style="text-align: justify;">Artinya: Aku tunduk kepada Tuhan tertinggi yang merupakan sumber tanpa bentuk "OM" Inti Segala, melampaui semua kondisi dan negara. Selain berbicara, Dia mengerti persepsi akal. Mengerikan, tapi ramah, penguasa Kailash, Devourer of Death, tempat tinggal abadi segala kebajikan.</span><br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
3.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Tussaara-Adri-Samkaasha-Gauram Gabhiram<br />Mano-Bhuuta-Kotti-Prabhaa-Shrii Shariiram<br />Sphuran-Mauli-Kallolinii Caaru-Ganggaa<br />Lasad-Bhaala-Baale[a-I]ndu Kanntthe Bhujanggaa</blockquote>
<span style="text-align: justify;">Artinya: Saya memberikan salam kepada Sri Rudra, yang bersinar putih menyerupai gunung salju; dan Dia berada jauh di dalam pikiran dalam Jutaan Sinar Kemegahan, yang mengekspresikan Tubuh Kejayaan Nya. Diatas kepala Nya, sungai Gangga yang Indah berdenyut dan berlonjak keluar menuju alam. Bulan baru terbit bersinar di Dahinya menyebarkan sinarnya dan Leher Nya menghiasi Ular yang indah.</span><br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
4.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Calat-Kunnddalam Bhruu-Sunetram Vishaalam<br />Prasanna-[A]ananam Niila-Kannttham Dayaalam<br />Mrga-Adhiisha-Carma-Ambaram Munndda-Maalam<br />Priyam Shangkaram Sarva-Naatham Bhajaami</blockquote>
<span style="text-align: justify;">Artinya: Yang dicintai Penguasa dari Semua, dengan liontin berkilauan tergantung dari telinganya, alis yang indah dan mata yang besar, penuh Welas Asih dengan wajah yang ceria dan setitik biru di lehernya. Aku Menyembah-Nya Siapa yang dikasihi Pemuja-Nya, Dia adalah Shankara, Tuhan dari Semua.</span><br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
5.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Pracannddam Prakrssttam Pragalbham Pare[a-Ii]sham<br />Akhannddam Ajam Bhaanu-Kotti-Prakaasham<br />Tryah-Shuula-Nirmuulanam Shuula-Paannim<br />Bhaje[a-A]ham Bhavaanii-Patim Bhaava-Gamyam</blockquote>
<span style="text-align: justify;">Artinya: Aku menyembah Shankara, Bhavani suami. Saya tunduk pada yang sengit, dimuliakan, bercahaya dan tertinggi Dewa Siwa. Terpisahkan, yang belum lahir dan bercahaya dengan kemuliaan sejuta matahari; Yang, memegang trisula, air mata keluar akar dari penderitaan tiga kali lipat, dan yang dicapai hanya melalui Cinta.</span><br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
6.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Kalaatiita-Kalyaanna Kalpa-Anta-Kaarii<br />Sadaa Sajjana-[A]ananda-Daataa Pura-Arii<br />Cid-Aananda-Samdoha Moha-Apahaarii<br />Prasiida Prasiida Prabho Manmatha-Arii</blockquote>
<span style="text-align: justify;">Artinya: Salam untuk Sri Rudra, siapa yang Menguntungkan Alam yang Melampaui Elemen dunia material kasar dan Dia yang Membawa berakhirnya siklus penciptaan ketika semua elemen kotor dilarutkan. Dia adalah orang yang selalu memberi kepada orang-orang yang bijaksana dan merupakan perusak Adharma. Dengan mengambil Khayalan besar, Dia menerjunkan Jiwa disiapkan ke dalam Kepenuhan Kasih dari Cidananda ( Kasih Sayang Tuhan atau Kesadaran Murni). Oh Engkau, lambang kehancuran dari Manmatha; mohon murah hati pada hamba, mohon murah hati pada hamba, ya Tuhan.</span><br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
7.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Na Yaavad Umaa-Naatha-Paada-Aravindam<br />Bhajanti-Iha Loke Pare Vaa Naraannaam<br />Na Taavat-Sukham Shaanti Santaapa-Naasham<br />Prasiida Prabho Sarva-Bhuuta-Adhi-Vaasam</blockquote>
<span style="text-align: justify;">Artinya: Oh Tuhanku, Dewi Uma, selama Anda tidak disembah, tidak ada kebahagiaan, kedamaian atau kebebasan dari penderitaan di dunia ini ataupun hari berikutnya. Anda yang tinggal di hati semua makhluk hidup, dan di dalam Dia semua makhluk memiliki keberadaan mereka, Kasihanilah hamba, ya Tuhan.</span><br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
8.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Na Jaanaami Yogam Japam Naiva Puujaam<br />Natoham Sadaa Sarvadaa Shambhu-Tubhyam<br />Jaraa-Janma-Duhkhau-[A]gha Taatapyamaanam<br />Prabho Paahi Aapanna-Maam-Iisha Shambho</blockquote>
<span style="text-align: justify;">Artinya: Ya Tuhanku, Hamba tidak tahu bagaimana melakukan Yoga, Japa atau Puja. Aku senantiasa dan setiap saat hanya memuja Anda, Oh Shambhu. Mohon melindungi hamba dari Duka Lahir dan Umur tua, serta dari dosa-dosa yang menyebabkan Penderitaan. Lindungilah hamba ya Tuhan dari penderitaan, melindungi hamba Ya Tuhanku, Shambhu.</span><br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
9.<span class="Apple-tab-span" style="white-space: pre;"> </span>Rudraastak Midam Proktam. Vipreyn haratoshyey,<br />Yey pathanti paraa bhaktayaa. Teyshaam Shambhu Praseedati.</blockquote>
<span style="text-align: justify;">Artinya: Rudrashtaka ini (delapan ayat dalam pujian dari Rudra) telah Dikatakan (yaitu terdiri) oleh yang bijaksana untuk Menyenangkan Hara (nama lain dari Sri Shiva). Mereka Orang yang Membaca ini dengan Pengabdian, bersama mereka Sri Shambhu akan senantiasa senang.</span>Brutal Sickhttp://www.blogger.com/profile/15088106937790878395noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7337763800166907089.post-87865768911272556882017-01-17T19:27:00.000-08:002017-01-17T19:27:43.753-08:00Perbedaan Antara Mantra, Suktam, Sloka, Stotra dan StutiOm Swastiastu,<br />
<br />
Mungkin banyak saudara sedharma yang masih belum tau/mengerti jika Mantra, Suktam, Stotra, Sloka, dan Stuti itu berbeda.<br />
<br />
Nah, berikut saya coba untuk menuliskannya secara singkat, dan semoga dapat di mengerti.<br />
<br />
<br />
<a name='more'></a><br /><br />
<h3>
Perbedaan Antara Mantra, Suktam, Sloka, Stotra dan Stuti</h3>
<b>Mantra (मंत्र) </b>- adalah ucapan suci, suku kata atau kelompok kata diyakini memiliki kekuatan psikologis dan spiritual.<br />
Contoh - Gayatri Mantra, Om, Shanti Mantra, dll.<br />
<br />
<b>Suktam (सूक्त)</b> - Setiap Veda dibagi menjadi mandala terdiri dari himne yang disebut Sukta ditujukan untuk berbagai ritual. The Sukta pada gilirannya terdiri dari individu sloka ini (ayat)<br />
Contoh - Nasadiya Sukta, Purusha Sukta, Shree Sukta, dll.<br />
<br />
<b>Stotra (स्तोत्र)</b> - Mereka adalah himne yang ditulis untuk memuji dewa. Suktam & Stotra keduanya memiliki tujuan yang sama untuk berdoa kepada Tuhan.<br />
Contoh - Panchakshara Stotra, Ram Raksha Stotra, Saraswati Stotra, dll.<br />
<br />
<b>Shloka (श्लोक)</b> - Sepasang garis berurutan dari ayat, biasanya berima dan sama panjang. Kebanyakan kitab suci Hindu yang ditulis dalam bentuk sloka ini.<br />
Contoh - Mahabharata, Ramayana & Upanishad, dll.<br />
<br />
<b>Stuti (स्तुति)</b> - Setiap doa ditawarkan kepada Tuhan, hal itu dapat dilakukan dengan mengucapkan mantra, Suktam, Stotra, aarti ini, bhajan, dll.<br />
Contoh - Laxmi Stuti, dll.Brutal Sickhttp://www.blogger.com/profile/15088106937790878395noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7337763800166907089.post-59633920646983193612017-01-02T22:46:00.000-08:002017-01-17T19:10:42.077-08:00PURA PENATARAN DALEM PED: Ida Bhatara Ratu Gede Mas Mecaling<h2 style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-large;">PURA PENATARAN DALEM PED</span><br />Ida Bhatara Ratu Gede Mas Mecaling</h2>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1bt9oQBR9jic73TQfx0i48e51hedZ-OoUhEwSREcNmWuPtHzHm4lCXI_EMfAHm8DTRSai8mxfZCVRm1S0PO3sTBccxubXlPO5_lRWg2wHIronJuivRUypxJG5uogCe2ao1RzdyvFMPq0/s1600/Ida+Ratu+Gede+Dalem+Ped.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1bt9oQBR9jic73TQfx0i48e51hedZ-OoUhEwSREcNmWuPtHzHm4lCXI_EMfAHm8DTRSai8mxfZCVRm1S0PO3sTBccxubXlPO5_lRWg2wHIronJuivRUypxJG5uogCe2ao1RzdyvFMPq0/s400/Ida+Ratu+Gede+Dalem+Ped.jpg" width="265" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="white-space: pre-wrap;"><span style="font-family: inherit;">Hiduplah seorang Pangeran yang bertempat tinggal di Gunung Kila, yang bernama Pangeran Jumpungan. Pangeran Jumpungan menjadi seorang Pendeta, sehingga mempunyai gelar Dukuh. Dukuh Jumpungan memiliki keahlian dalam hal membuat perahu, sehingga beliau membuat loloan di Nusa Penida dan di Ceningan. Dukuh Jumpungan mempunyai istri yang bernama Ni Puri. Dari perkawinannya ini melahirkan Pangeran Merja. Pangeran Merja mempunyai istri yang bernama Ni Luna, dari perkawinannya terlahir Pangeran Undur dan seorang putri yang bernama Dyah Ranggini. Pangeran Undur mempunyai istri bernama Ni Lumi, sedangkan sang putri diambil istri menjadi permaisuri oleh Dalem Sawang. Dari perkawinan Pangeran Undur lahirlah Pangeran Renggan. Keturunan Dukuh Jumpungan yang lain adalah Pangeran Jurang yang beristri Ni Jarum bertempat di Bukit Biye, Ni Luh Puri di Goa Lawah, Pangeran Yangga di Padang, Ni Runa di Sakenan dan Pangeran Cenes di Segara.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white; font-family: inherit;">Dari perkawinan I Renggan dengan Ni Merahim, lahirlah dua orang anak, satu laki-laki, yang satunya adalah perempuan. Yang laki-laki bernama I Gede Mecaling dan yang perempuan di beri nama Ni Tole, dan Ni Tole kemudian menjadi permaisuri Dalem Sawang yang menjadi raja di Nusa Penida. Sedang I Gede Mecaling mempunyai seorang istri yang bernama Sang Ayu Mas Rajeg Bumi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="background-color: white; font-family: inherit;"></span><br />
<a name='more'></a><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white; font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;">I Gede Mecaling sangat senang melakukan tapa brata yoga semadhi di Ped, pengastawaanya ditujukan kepada Ida Bhatara Ciwa dan karena ketekunannya Ida Bhatara Ciwa berkenan turun ke bumi untuk memberikan panugrahan berupa Kanda Sanga. Kemudian, setelah mendapat panugrahan kanda sanga phisik I Gede Mecaling menjadi berubah. Badannya menjadi besar, mukanya menjadi menyeramkan, taringnya menjadi panjang, suaranya menggetarkan seisi jagat raya. Sedemikian hebat dan sangat menyeramkan, maka seketika itu juga jagat raya menjadi guncang. Kegaduhan, ketakutan, kengerian yang disebabkan oleh rupa, bentuk dan suara yang meraung-raung siang dan malam dari I Gede Mecaling membuat gempar di mercapada.</span></span></div>
<span style="background-color: white; font-family: inherit;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white; font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<span style="background-color: white; font-family: inherit;">
</span><span style="background-color: white; font-family: inherit;"></span>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white; font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit;">Melihat dan mendengar yang demikian, para dewa pun ikut menjadi bingung karena tidak ada satu orang pun yang bisa menandingi kesaktian I Gede Mecaling. Bahkan sesungguhnya para dewa tidak ada yang bisa menandingi, tidak ada yang bisa mengalahkan kesaktian I Gede Mecaling yang bersumber pada kedua taringnya yang telah dianugrahkan oleh Ida Bhatara Ciwa. Akhirnya turunlah Ida Bhatara Indra untuk berusaha memotong taring I Gede Mecaling. Setelah taring I Gede Mecaling berhasil dipotong barulah I Gede Mecaling berhenti menggemparkan jagat raya. Setelah itu I Gede Mecaling kembali melakukan tapa brata yoga semadhi, pengastawanya di tujukan kepada Ida Bhatara Rudra dan Ida Bhatara Rudra pun berkenan turun ke bumi untuk memberikan panugrahan kepada I Gede Mecaling berupa panca taksu, yaitu:</span></span></div>
<span style="background-color: white; font-family: inherit;">
</span><span style="background-color: white; font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">
<ol>
<li>Taksu balian,</li>
<li>Taksu penolak grubug,</li>
<li>Taksu kemeranan,</li>
<li>Taksu kesaktian,</li>
<li>Taksu penggeger.</li>
</ol>
</div>
</span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white; font-family: inherit;">I Gede Mecaling menjadi raja setelah Dalem Sawang wafat karena berperang dengan Dalem Dukut. Dengan demikian I Gede Mecaling memimpin semua wong samar dan bebutan-bebutan yang ada di bumi. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white; font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white; font-family: inherit;"></span><br />
<div>
<span style="background-color: white; font-family: inherit;">Dengan demikian Pangeran I Gede Mecaling memimpin semua Wong Samar dan Babhutan-Babhutan yang ada di bumi. Sebagai berikut Panjak Ida :</span></div>
<span style="background-color: white; font-family: inherit;">
</span>
<br />
<div>
<ol><span style="background-color: white; font-family: inherit;">
<li>Sang Bhuta Asu </li>
<li>Sang Bhuta Narijana </li>
<li>Sang Bhuta Keli </li>
<li>Sang Bhuta Bregala </li>
<li>Sang Bhuta Sungsang </li>
<li>Sang Bhuta Terakas </li>
<li>Sang Bhuta Pelor </li>
<li>Sang Bhuta Landrang </li>
<li>Sang Bhuta Kiram </li>
<li>Sang Bhuta Rangsam </li>
<li>Sang Bhuta Tiyaksa </li>
<li>Sang Bhuta Suwanda </li>
<li>Sang Bhuta Kerandah </li>
<li>Sang Bhuta Wewerung </li>
<li>Sang Bhuta Bebahung</li>
</span></ol>
</div>
<span style="background-color: white; font-family: inherit;">
</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="text-align: start; white-space: pre-wrap;"><span style="font-family: inherit;">Sebagai pengabih utama Ida Bethari Durga Dewi, Beliau diberi wewenang oleh Ida Bhatari Durga Dewi untuk mencabut nyawa manusia yang ada di bumi. </span></span><span style="background-color: white; font-family: inherit;">I Gede Mecaling juga di berikan wewenang sebagai penguasa samudra. Karena menguasai samudra sering juga disebut Ratu Gede Samudra. Gelar I Gede Mecaling yang diberikan oleh Ibu Durga Dewi yaitu Papak Poleng dan permaisurinya Sang Ayu Mas Rajeg Bumi diberi gelar Papak Selem. I Gede Mecaling moksha di Ped dan istrinya moksha di Bias Muntig. Keduanya sekarang sebagai penguasa di bumi Nusa Penida dan mendapat wewenang sebagai penguasa kematian. Maka bagi umat yang ingin umurnya panjang, sehat, selamat dan lain-lain memohonlah kepada Beliau I Gede Mecaling yang akhirnya bergelar <b><i>Ida Bhatara Ratu Gede Mas Mecaling</i></b> atau <b><i>Ida Bhatara Ratu Sakti Mas Mecaling</i></b>.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="background-color: white;"></span><br />
<div style="font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit;">Akan tetapi karena sering ke Bali dan bertemu dengan Ida Bhatari Ratu Niang Sakti, akhirnya Ida Bhatara Ratu Gede Dalem Ped juga menjadi Pengabih Ida Bhatari Ratu Niang Sakti. Tidak dapat dijelaskan pada tulisan ini alasan-alasan yang lebih khusus karena etika suci.</span></span></div>
<span style="background-color: white;">
</span>
<br />
<div style="font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<span style="background-color: white;">
</span>
<div style="font-family: inherit; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<span style="background-color: white;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: monospace; white-space: pre-wrap;">Sumber : </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: monospace; white-space: pre-wrap;">- www.dharmagiriutama.org/bhatara-ratu-gede-mas-mecaling.html </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="html-tag" style="font-family: monospace; white-space: pre-wrap;"></span><span style="font-family: monospace; white-space: pre-wrap;">- www.satwic-spiritual.blogspot.com/2009/10/kisah-dalem.html </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="html-tag" style="font-family: monospace; white-space: pre-wrap;"></span><span style="font-family: monospace; white-space: pre-wrap;">- www.blog.isi-dps.ac.id/blog/ratu-gede-mecaling-ring-pura-dalem-ped</span></div>
</span>Brutal Sickhttp://www.blogger.com/profile/15088106937790878395noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7337763800166907089.post-13016095640002717782017-01-02T22:43:00.001-08:002017-01-17T19:10:05.170-08:00PURA PENATARAN DALEM PED: Purusa-Pradana di Pura Dalem Penataran Peed<h2 style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-large;">PURA PENATARAN DALEM PED</span><br />Purusa-Pradana di Pura Dalem Penataran Peed
</h2>
<div style="background-color: white; font-size: 14.6667px;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-family: inherit; font-size: 14.6667px;"><i>Ya atmada balada yasya visva</i></span></div>
<i style="font-family: inherit; font-size: 14.6667px; text-align: justify;">upasate prasisam yasya devah</i><span style="font-family: inherit;"></span><br />
<span style="font-family: inherit;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: 14.6667px;"><i>yasya chaya-amrtam yasya mrtyuh,</i></span></span></div>
<span style="font-family: inherit;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: 14.6667px;"><i>kasmani devaya havisa vidhema.</i></span></span></div>
<span style="font-family: inherit;">
</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: 14.6667px;">(Rgveda.X.121.2).</span></span></div>
<span style="font-family: inherit;">
</span>
<div style="background-color: white; font-size: 14.6667px; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; font-size: 14.6667px;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit; font-size: 14.6667px;">Maksudnya:</span></div>
<span style="font-family: inherit;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-family: inherit; font-size: 14.6667px;"><i>Tuhan Yang Maha Esa memberikan kekuatan spiritual (rohani) dan fisikal (jasmani). Semua sinar sucinya yang disebut Deva berfungsi atas kehendak Tuhan. Kasih-Nya adalah keabadian, krodanya adalah kematian. Kami semuanya mengaturkan sembah kepada-Nya.</i></span></span></div>
<span style="font-family: inherit;">
</span>
<br />
<div style="background-color: white; font-size: 14.6667px; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; font-size: 14.6667px; text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0I-ZuhlpmCCiueo8hFLsy6x0dOkb6sB0px8TjMYB8Acizsd1ksEkkm0CBOmy61n2wbr_0ovD-kq_r9YfaP6aVNnyiG2gNvYA0x_mlHKOPa2b7XAWyB5dOYQVRCJ1Qx1zB444RJjoQ2OI/s1600/pura+ratu+gede.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="232" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0I-ZuhlpmCCiueo8hFLsy6x0dOkb6sB0px8TjMYB8Acizsd1ksEkkm0CBOmy61n2wbr_0ovD-kq_r9YfaP6aVNnyiG2gNvYA0x_mlHKOPa2b7XAWyB5dOYQVRCJ1Qx1zB444RJjoQ2OI/s400/pura+ratu+gede.jpg" width="400" /></a></div>
<span style="font-family: inherit;">PURA Dalem Penataran Peed di Nusa Penida itu adalah pura untuk memuja Tuhan Yang Mahakuasa sebagai pencipta Purusa dan Pradana. Purusa itu adalah kekuatan jiwa atau daya spiritualitas yang memberikan napas kehidupan pada alam dan segala isinya. Pradana adalah kekuatan fisik material atau daya jasmaniah yang mewujudkan secara nyata kekuatan Purusa tersebut.</span></div>
<div style="background-color: white; font-size: 14.6667px; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; font-size: 14.6667px; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Karena itu umat Hindu berbondong-bondong rajin bersembahyang ke Pura Dalem Penataran Peed untuk mendapatkan keseimbangan daya hidup, baik daya spiritual maupun daya fisikal. Karena hanya keseimbangan peran dan fungsi rohani dan jasmani itulah hidup yang harmonis di bumi ini dapat dicapai.</span></div>
<div style="background-color: white; font-size: 14.6667px; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"></span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; font-size: 14.6667px; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Pemujaan Tuhan sebagai pencipta unsur Purusa dan Pradana ini divisualkan dalam wujud pemujaan di Pura Dalem Penataran Peed. Visualisasi itu merupakan perpaduan konsepsi Hindu dengan kearipan lokal Bali. Di Pura Dalem Penataran Peed ini terdapat dua arca Purusa dan Predana dari uang kepeng yang disimpan di gedong penyimpenan sebagai pelinggih utama di Pura Dalem Penataran Peed. Arca Purusa Predana inilah yang memvisualisasikan kemahakuasaan Tuhan yang menciptakan waranugraha keseimbangan hidup spiritual (Purusa) dengan kehidupan fisik material (Predana).</span></div>
<div style="background-color: white; font-size: 14.6667px; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; font-size: 14.6667px; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Dalam Lontar Ratu Nusa diceritakan Batara Siwa menurunkan Dewi Uma dan berstana di Puncak Mundi Nusa Penida diiringi oleh para Bhuta Kala simbol kekuatan fisik material berupa ruang dan waktu. Bhuta itu membentuk ruang dan Kala adalah waktu. Waktu timbul karena ada dinamika ruang. Di Pura Puncak Mundi, Dewi Uma bergelar Dewi Rohini dan berputra Dalem Sahang. Pepatih Dalem Sahang bernama I Renggan dari Jambu Dwipa -- kompyang dari Dukuh Jumpungan.</span></div>
<div style="background-color: white; font-size: 14.6667px; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; font-size: 14.6667px; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Dukuh Jumpungan itu lahir dari pertemuan Batara Guru dengan Ni Mrenggi, dayang dari Dewi Uma. Kama dari Batara Guru berupa awan kabut yang disebut limun. Karena itu disebut Hyang Kalimunan. Kama Batara Guru ini di-urip oleh Hyang Tri Murti dan menjadi manusia. Setelah digembleng berbagai ilmu kerohanian dan kesidhian, dan oleh Hyang Tri Murti terus diberi nama Dukuh Jumpungan dan bertugas sebagai ahli pengobatan. Setelah turun-temurun Dukuh Jumpungan menurunkan I Gotra yang juga dikenal I Mecaling. Inilah yang selanjutnya disebut Ratu Gede Nusa.</span></div>
<div style="background-color: white; font-size: 14.6667px; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; font-size: 14.6667px; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Ratu Gede Nusa ini berpenampilan bagaikan Batara Kala. Menurut penafsiran Ida Pedanda Made Sidemen (alm) dari Geria Taman Sanur yang dimuat dalam buku hasil penelitian Sejarah Pura oleh Tim IHD Denpasar (sekarang Unhi) antara lain menyatakan sbb: saat Batara di Gunung Agung, Batukaru dan Batara di Rambut Siwi dari Jambu Dwipa ke Bali diiringi oleh seribu lima ratus (1.500) orang halus (wong samar).</span></div>
<div style="background-color: white; font-size: 14.6667px; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; font-size: 14.6667px; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Lima ratus wong samar itu dengan lima orang taksu menjadi pengiring Ratu Gede Nusa atas wara nugraha Batara di Gunung Agung. Batara di Gunung Agung memberi wara nugraha kepada Ratu Gede Nusa atas tapa brata-nya yang keras. Atas tapa brata itulah Batara di Gunung Agung memberi anugrah dan wewenang untuk mengambil upeti berupa korban manusia Bali yang tidak taat melakukan perbuatan baik dan benar sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.</span></div>
<div style="background-color: white; font-size: 14.6667px; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; font-size: 14.6667px; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Di Pura Dalem Penataran Peed ini Ida Batara Dalem Penataran Peed dipuja di Pelinggih Gedong, sedangkan Pelinggih Ratu Gede Nusa berada areal tersendiri di barat areal Pelinggih Dalem Penataran Peed. Pelinggih Dalem Penataran Peed ini berada di bagian timur, sedangkan Pelinggih Padmasana sebagai penyawangan Batara di Gunung Agung berada di bagian utara dalam areal Pura Dalem Penataran Peed. Di Pura Dalem Penataran Peed ini merupakan penyatuan antara pemujaan Batara Siwa di Gunung Agung dengan pemujaan Dewi Durgha atau Dewi Uma di Pura Puncak Mundi.</span></div>
<div style="background-color: white; font-size: 14.6667px; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; font-size: 14.6667px; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Dengan demikian Pura Dalem Penataran Peed itu sebagai Pemujaan Siwa Durgha dan Pemujaan Raja disebut Pura Dalem. Sedangkan disebut sebagai Pura Penataran Peed karena pura ini sebagai Penataran dari Pura Puncak Mundi pemujaan Batari Uma Durgha. Artinya, Pura Penataran Peed ini sebagai pengejawantahan yang aktif dari fungsi Pura Puncak Mundi pemujaan Batari Uma Durgha.</span></div>
<div style="background-color: white; font-size: 14.6667px; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; font-size: 14.6667px; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Di pura inilah bertemunya unsur Purusa dari Batara di Gunung Agung dengan Batari Uma Durgha di Puncak Mundi. Dari pertemuan dua unsur ciptaan Tuhan inilah yang akan melahirkan sarana kehidupan yang tiada habis-habisnya yang disebut Rambut Sedhana. Baik sarana hidup untuk memajukan kesejahteraan maupun sarana untuk mempertahankan kesehatan dan menghilangkan berbagai penyakit.</span></div>
<div style="background-color: white; font-size: 14.6667px; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; font-size: 14.6667px; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Upacara pujawali di Pura Dalem Penataran Peed ini dilangsungkan pada setiap Budha Cemeng Klawu. Hari Budha Cemeng Klawu ini adalah hari untuk mengingatkan umat Hindu pada hari keuangan yang disebut Pujawali Batari Rambut Sedhana. Pada hari ini umat Hindu diingatkan agar uang itu digunakan dengan baik dan setepat mungkin. Uang itu sebagai alat untuk mendapatkan berbagai sarana hidup agar digunakan dengan seimbang untuk menciptakan sarana kehidupan yang tiada habis-habisnya. Uang itu sebagai sarana menyukseskan tujuan hidup mewujudkan Dharma, Artha dan Kama sebagai dasar mencapai Moksha.</span></div>
<div style="background-color: white; font-size: 14.6667px; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; font-size: 14.6667px; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Berdasarkan adanya Pelinggih Manjangan Saluwang di sebelah barat Tugu Penyimpanan dapat diperkirakan bahwa Pura Dalem Penataran Peed ini sudah ada sejak Mpu Kuturan mendampingi Raja memimpin Bali. Pura ini mendapatkan perhatian saat Dalem Dukut memimpin di Nusa Penida dan dilanjutkan pada zaman kepemimpinan Dalem di Klungkung.</span></div>
<div style="background-color: white; font-size: 14.6667px; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; font-size: 14.6667px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-size: 14.6667px; text-align: justify;">
Sumber: <span style="font-family: "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14.6667px;">http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2007/10/17/bd2.htm</span></div>
Brutal Sickhttp://www.blogger.com/profile/15088106937790878395noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7337763800166907089.post-74952582138077305402017-01-02T22:17:00.000-08:002017-01-17T19:09:51.630-08:00PURA PENATARAN DALEM PED: Semburkan Atmosfer Kekuatan Ratu Gede Nusa<h2>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-large;">PURA PENATARAN DALEM PED</span></div>
<div style="text-align: center;">
Semburkan Atmosfer Kekuatan Ratu Gede Nusa</div>
</h2>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPEByYOIe6H4AoZRoacb5-PmWyaO9B9vhp4s74NBguq7cK0xzosJvD3PEl__UY0gER5lZpAGVVhZGLJ2dEnIsWKrvWMItGVZp1QPPlQH99_2U3vmbC4kI-xB9_TFpI-N7uXyxoejVgS4U/s1600/20161217_174201.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPEByYOIe6H4AoZRoacb5-PmWyaO9B9vhp4s74NBguq7cK0xzosJvD3PEl__UY0gER5lZpAGVVhZGLJ2dEnIsWKrvWMItGVZp1QPPlQH99_2U3vmbC4kI-xB9_TFpI-N7uXyxoejVgS4U/s400/20161217_174201.jpg" width="400" /></a></div>
<span style="font-family: inherit;"><br /></span>
<br />
<div style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Di sebuah desa, persisnya di Desa Ped, Sampalan, Nusa Penida, ada sebuah pura yang sangat terkenal di seluruh pelosok Bali. Pura Penataran Agung Ped nama tempat suci itu. Berada sekitar 50 meter sebelah selatan bibir pantai lautan Selat Nusa. Karena pengaruhnya yang sangat luas yakni seluruh pelosok Bali, Pura Penataran Agung Ped disepakati sebagai Pura Kahyangan Jagat. Pura ini selalu dipadati pemedek untuk memohon keselamatan, kesejahteraan, kerahayuan, dan ketenangan. Hingga saat ini, pura ini sangat terkenal sebagai salah satu objek wisata spiritual yang paling diminati.</span></div>
<div style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Pada awalnya, informasi tentang keberadaan Pura Pentaran Agung Ped sangat simpang-siur. Sumber-sumber informasi tentang sejarah pura itu sangat minim, sehingga menimbulkan perdebatan yang lama. Kelompok (Puri Klungkung, Puri Gelgel dan Mangku Rumodja -- Mangku Lingsir) menyebutkan pura itu bernama Pura Pentaran Ped. Yang lainnya, khususnya para balian di Bali, menyebut Pura Dalem Ped.</span></div>
<div style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"></span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Seorang penekun spiritual dan penulis buku asal Desa Satra, Klungkung, Dewa Ketut Soma dalam tulisannya tentang Selayang Pandang Pura Ped beranggapan bahwa kedua sebutan dari dua versi yang berbeda itu benar adanya. Menurutnya, yang dimaksudkan adalah Pura Dalem Penataran Ped. Hanya, satu pihak menonjolkan penatarannya. Satu pihak lainnya lebih menonjolkan dalemnya.</span></div>
<div style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Selain itu, beberapa petunjuk yang menyebutkan pura itu pada awalnya bernama Pura Dalem. Dalam buku Sejarah Nusa dan Sejarah Pura Dalem Ped yang ditulis Drs. Wayan Putera Prata menyebutkan Pura Dalem Ped awalnya bernama Pura Dalem Nusa. Penggantian nama itu dilakukan tokoh Puri Klungkung pada zaman I Dewa Agung. Penggantian nama itu setelah Ida Pedanda Abiansemal bersama pepatih dan pengikutnya secara beriringan (mapeed) datang ke Nusa dengan maksud menyaksikan langsung kebenaran informasi atas keberadaan tiga tapel yang sakti di Pura Dalem Nusa.</span></div>
<div style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Saking saktinya, tapel-tapel itu bahkan mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit, baik yang diderita manusia maupun tumbuh-tumbuhan. Sebelumnya, Ida Pedanda Abiansemal juga sempat kehilangan tiga buah tapel. Ternyata, begitu menyaksikan tiga tapel yang ada di Pura Dalem Nusa itu adalah tiga tapel yang sempat menghilang dari kediamannya. Namun, Ida Pedanda tidak mengambil kembali tapel-tapel itu dengan catatan warga Nusa menjaga dengan baik dan secara terus-menerus melakukan upacara-upacara sebagaimana mestinya.</span></div>
<div style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Kesaktian tiga tapel itu bukan saja masuk ke telinga Ida Pedanda, tetapi ke seluruh pelosok Bali. Termasuk, warga Subak Sampalan yang saat itu menghadapi serangan hama tanaman seperti tikus, walang sangit dan lainnya. Ketika mendengar kesaktian tiga tapel itu, seorang klian subak diutus untuk menyaksikan tapel tersebut di Pura Dalem Nusa.</span></div>
<div style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Sesampainya di sana, klian subak memohon anugerah agar Subak Sampalan terhindar dari berbagai penyakit yang menyerang tanaman mereka. Permohonan itu terkabul. Tak lama berselang, penyakit tanaman itu pergi jauh dari Subak Sampalan. Hingga akhirnya warga subak bisa menikmati hasil tanaman seperti padi, palawija dan lainnya.</span></div>
<div style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Sesuai kaulnya, warga kemudian menggelar upacara mapeed. Langkah itu diikuti subak-subak lain di sekitar Sampalan. Kabar tentang pelaksanaan upacara mapeed itu terdengar hingga seluruh pelosok Nusa. Sejak saat itulah I Dewa Agung Klungkung mengganti nama Pura Dalem Nusa dengan Pura Dalem Peed (Ped).</span></div>
<div style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Meski demikian, hal itu seolah-olah terbantahkan. Karena seorang tokoh masyarakat Desa Ped, Wayan Sukasta, secara tegas menyatakan bahwa nama sebenarnya dari pura tersebut adalah Pura Penataran Agung Ped. Terbukti dari kepercayaan warga-warga sekitar saat ini. Walaupun ada yang menyebutkan pura itu dengan sebutan Pura Dalem, yang dimaksud bukanlah Pura Dalem yang merupakan bagian dari Tri Kahyangan (Puseh, Dalem dan Bale Agung). Melainkan Dalem untuk sebutan Raja yang berkuasa di Nusa Penida pada zaman itu. Dalem atau Raja dimaksud adalah penguasa sakti Ratu Gede Nusa atau Ratu Gede Mecaling, katanya.</span></div>
<div style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrjEx8-ATMOVuqmE0YwG7JLL_K5syExrP5eief1Day3jlW3E7YHMyvUUCZWI_YYkZpzP7ac22zb73Q4gyS8HgKsKt1hIDczwYu9zRdSr7PwQnmVMnf-vXZqjirh0-ETSIeGqsOFsSt8Pc/s1600/penataran-agung-peed.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrjEx8-ATMOVuqmE0YwG7JLL_K5syExrP5eief1Day3jlW3E7YHMyvUUCZWI_YYkZpzP7ac22zb73Q4gyS8HgKsKt1hIDczwYu9zRdSr7PwQnmVMnf-vXZqjirh0-ETSIeGqsOFsSt8Pc/s400/penataran-agung-peed.gif" width="351" /></a></div>
<span style="font-family: inherit;">Ada lima lokasi pura yang bersatu pada areal Pura Penataran Agung Ped. Pura Segara, sebagai tempat berstananya Batara Baruna, terletak pada bagian paling utara dekat dengan bibir pantai lautan Selat Nusa. Beberapa meter mengarah ke selatan ada Pura Taman dengan kolam mengitari pelinggih yang ada di dalamnya. Pura ini berfungsi sebagai tempat penyucian.</span></div>
<div style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Mengarah ke baratnya lagi, ada Pura utama yakni Penataran Ratu Gede Mecaling sebagai simbol kesaktian penguasa Nusa pada zamannya. Di sebelah timurnya ada lagi pelebaan Ratu Mas. Terakhir di jaba tengah ada Bale Agung yang merupakan linggih Batara-batara pada waktu ngusaba.</span></div>
<div style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Masing-masing pura dilengkapi pelinggih, bale perantenan dan bangunan-bangunan lain sesuai fungsi pura masing-masing. Selain itu, di posisi jaba ada sebuah wantilan yang sudah berbentuk bangunan balai banjar model daerah Badung yang biasa dipergunakan untuk pertunjukan kesenian.</span></div>
<div style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Seluruh bangunan yang ada di Pura Penataran Agung Ped sudah mengalami perbaikan atau pemugaran. Kecuali benda-benda yang dikeramatkan. Contohnya, dua arca yakni Arca Ratu Gede Mecaling yang ada di Pura Ratu Gede dan Arca Ratu Mas yang ada di Pelebaan Ratu Mas. Kedua arca itu tidak ada yang berani menyentuhnya. Begitu juga bangunan-bangunan keramat lainnya. Kalaupun ada upaya untuk memperbaiki, hal itu dilakukan dengan membuat bangunan serupa di sebelah bangunan yang dikeramatkan tersebut.</span></div>
<div style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Adanya perbaikan-perbaikan yang secara terus-menerus itu, membuat hampir seluruh bangunan yang ada di Pura Penataran Agung Ped terbentuk dengan plesteran-plesteran permanen dari semen dan kapur. Termasuk asagan yang lazimnya terbuat dari bambu yang bersifat darurat, tetapi dibuat permanen dengan plesteran semen. Paling tidak, hal itu telah memunculkan kesan kaku bagi pura yang diempon 18 desa pakraman tersebut. Pengemponnya mulai Desa Kutampi ke barat. Adanya sejumlah bangunan-bangunan pura yang dikeramatkan, berdampak pada lingkungan pura. Atmosfer keramat diyakini sudah tercipta sejak awal keberadaan pura tersebut.</span></div>
<div style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Sumber: <span style="font-family: "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14.6667px;">http://www.balipost.co.id/balipostcetaK/2006/6/7/bd1.htm</span></span></div>
Brutal Sickhttp://www.blogger.com/profile/15088106937790878395noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7337763800166907089.post-15935849461662026702015-01-18T22:50:00.000-08:002017-01-24T17:41:18.947-08:00Maha Shivaratri - The Original History<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkUWZDrZquHPsvz1yaeH6i3KVB-xzvIZRgaBQHcsL8QwnZb2WoQuqrAUbKY7VaYoe8sV-Qv2XnyF0HAlvW3YnkRPB_NAkuxN3-EU-TMpklH8JzF4yYMAZdqIv-HgF6ctnKg0oKy2sZUw4/s1600/Happy-Maha-Shivratri-Greetings.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="210" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkUWZDrZquHPsvz1yaeH6i3KVB-xzvIZRgaBQHcsL8QwnZb2WoQuqrAUbKY7VaYoe8sV-Qv2XnyF0HAlvW3YnkRPB_NAkuxN3-EU-TMpklH8JzF4yYMAZdqIv-HgF6ctnKg0oKy2sZUw4/s1600/Happy-Maha-Shivratri-Greetings.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Om Namaste,</span></span><br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Salam untuk para Bakta Shiva, </span></span><span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps"><span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps"></span> <span class="hps">pada</span> <span class="hps">hari baik</span> <span class="hps">dari</span> <span class="hps">Maha</span> <span class="hps">Shivaratri</span>; <span class="hps">malam</span> <span class="hps">besar</span> <span class="hps">Shiva</span>, <span class="hps">dirayakan</span> <span class="hps">dengan semangat</span> <span class="hps">seluruh</span> <span class="hps">Dunia</span>. <span class="hps">Pada</span> <span class="hps">kesempatan yang baik ini</span> <span class="hps">dari</span> <span class="hps">Maha</span> <span class="hps">Shivratri</span>, saya <span class="hps">memberikan</span> <span class="hps">informasi seputar sejarah Shivaratri serta </span><span class="hps">Doa-doa</span> <span class="hps">pendek</span> <span class="hps">atau</span> <span class="hps">Prarthana</span> <span class="hps">yang dapat anda gunakan saat merayakan Maha Shivaratri</span><span class="">.</span></span> </span></span><br />
<br />
<br />
<h3>
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Sejarah Yang Sebenarnya. </span></span></h3>
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps"></span></span><br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Purana</span> <span class="hps">mengandung banyak</span> <span class="hps">cerita</span> <span class="hps">dan legenda</span> <span class="hps">yang menjelaskan</span> <span class="hps">asal-usul</span> <span class="hps">festival</span> <span class="hps">ini</span>.<span class="hps"> Menurut salah satu</span>, <span class="hps">selama</span> <span class="hps">Manthan</span> <span class="hps">samudra</span><span class="">,</span> <span class="hps">pot</span> <span class="hps">racun</span> <span class="hps">muncul</span> <span class="hps">dari laut</span>. <span class="hps">Ini</span> <span class="hps">ketakutan</span> <span class="hps">para Dewa</span> <span class="hps">dan setan seperti</span> <span class="hps">racun</span> <span class="hps">itu</span> <span class="hps">mampu menghancurkan</span> <span class="hps">seluruh</span> <span class="hps">dunia</span>, <span class="hps">dan mereka</span> <span class="hps">berlari ke</span> <span class="hps">Siwa</span> <span class="hps alt-edited">untuk minta pertolongan</span><span class="">.</span> <span class="hps">Untuk</span> <span class="hps">melindungi dunia</span> <span class="hps">dari efek</span> <span class="hps">jahat</span> <span class="hps">nya</span><span class="">,</span> <span class="hps">Shiva</span> <span class="hps">meminum</span> <span class="hps">racun</span> <span class="hps">mematikan</span> <span class="hps">tapi</span> <span class="hps alt-edited">ditahan</span> <span class="hps">di</span> <span class="hps">tenggorokannya</span> <span class="hps">bukan</span> <span class="hps">menelannya</span>. <span class="hps">Hal ini membuat</span> <span class="hps">tenggorokannya</span> <span class="hps">membiru,</span> <span class="hps">dan</span> <span class="hps">ia diberi</span> <span class="hps">nama</span> <span class="hps">Neelakantha</span><span class="">,</span> <span class="hps">yang biru</span><span class="">-tenggorokan</span><span class="">.</span> <span class="hps">Shivaratri</span> <span class="hps">adalah</span> <span class="hps">perayaan</span> <span class="hps">acara ini</span> <span class="hps">dimana</span> <span class="hps">Siwa</span> <span class="hps">menyelamatkan dunia</span><span class="">.</span></span><br />
<a name='more'></a><span class="" id="result_box" lang="id"><br /> <span class="hps">Menurut</span> <span class="hps">legenda</span> <span class="hps">lain</span> <span class="hps">di</span> <span class="hps">Siwa</span> <span class="hps">Purana</span><span class="">, setelah</span> <span class="hps">dua lainnya</span> <span class="hps">dari</span> <span class="hps alt-edited">tiga</span> <span class="hps">Hindu</span> <span class="hps">Dewa</span><span class="">,</span> <span class="hps">Brahma</span> <span class="hps">dan Wisnu</span><span class="">,</span> <span class="hps">yang</span> <span class="hps">berebut</span> <span class="hps">yang</span> <span class="hps">unggul</span> <span class="hps">dari</span> <span class="hps">keduanya.</span> <span class="hps alt-edited">Ngeri melihat</span> <span class="hps">intensitas</span> <span class="hps">pertempuran</span>, <span class="hps">para dewa</span> <span class="hps">lainnya</span> <span class="hps">meminta</span> <span class="hps">Shiva</span> <span class="hps">untuk campur tangan</span><span class="">.</span> <span class="hps">Untuk</span> <span class="hps">membuat mereka menyadari</span> <span class="hps">kesia-siaan</span> <span class="hps">perjuangan mereka</span><span class="">,</span> <span class="hps">Shiva</span> <span class="hps">diasumsikan</span> <span class="hps">bentuk</span> <span class="hps">kolom</span> <span class="hps">besar</span> <span class="hps">api</span> <span class="hps">di</span> <span class="hps">antara</span> <span class="hps">Brahma</span> <span class="hps">dan Wisnu</span><span class="">.</span> <span class="hps">Terpesona</span> <span class="hps">oleh</span> <span class="hps">besarnya</span>, <span class="hps">mereka</span> <span class="hps">memutuskan</span> <span class="hps">untuk mencari</span> <span class="hps">salah satu ujung</span> <span class="hps">masing-masing untuk</span> <span class="hps">membangun</span> <span class="hps">supremasi</span> <span class="hps">atas yang lain</span>. <span class="hps">Brahma</span> <span class="hps">diasumsikan</span> <span class="hps">bentuk</span> <span class="hps">angsa</span> <span class="hps">dan pergi</span> <span class="hps">ke atas dan</span> <span class="hps">Wisnu sebagai</span> <span class="hps">Varaha</span> <span class="hps">masuk ke</span> <span class="hps">bumi</span><span class="">.</span> <span class="hps">Namun cahaya</span> <span class="hps">tidak memiliki batas</span> <span class="hps">dan</span> <span class="hps">meskipun mereka</span> <span class="hps">mencari</span> <span class="hps">ribuan mil</span><span class="">,</span> <span class="hps">tidak</span> <span class="hps">bisa menemukan</span> <span class="hps">akhir</span><span class="">.</span> <span class="hps">Pada</span> <span class="hps">perjalanannya</span> <span class="hps">ke atas</span>, <span class="hps">Brahma</span> <span class="hps">datang di</span> <span class="hps">bunga</span> <span class="hps">Ketaki</span> <span class="hps">melayang</span> <span class="hps">perlahan</span>. <span class="hps">Ketika ditanya di mana</span> <span class="hps">ia</span> <span class="hps">berasal,</span> <span class="hps">yang</span> <span class="hps">Ketaki</span> <span class="hps">menjawab bahwa</span> <span class="hps">ia</span> <span class="hps">telah ditempatkan</span> <span class="hps">di bagian atas</span> <span class="hps">kolom</span> <span class="hps">berapi-api</span> <span class="hps">sebagai persembahan</span>. <span class="hps">Tidak dapat menemukan</span> <span class="hps">batas</span> <span class="hps">teratas</span>, <span class="hps">Brahma</span> <span class="hps">memutuskan</span> <span class="hps">untuk mengakhiri</span> <span class="hps">pencarian</span> <span class="hps">dan</span> <span class="hps">mengambil</span> <span class="hps">bunga</span> <span class="hps">sebagai saksi</span>.<br /><br /> <span class="hps">Pada saat ini</span>, <span class="hps">marah</span> <span class="hps">Shiva</span> <span class="hps">mengungkapkan</span> <span class="hps">bentuk aslinya</span>. <span class="hps">Dia</span> <span class="hps alt-edited">menghukum</span> <span class="hps">Brahma</span> <span class="hps alt-edited">karena</span> <span class="hps">berbohong</span>, <span class="hps">dan</span> <span class="hps">mengutuknya</span> <span class="hps">bahwa</span> <span class="hps">tidak seorang pun akan</span> <span class="hps">berdoa</span> <span class="hps">kepada-Nya</span>. <span class="hps">The</span> <span class="hps">Ketaki</span> <span class="hps">bunga</span> <span class="hps">juga</span> <span class="hps">dilarang</span> <span class="hps">digunakan</span> <span class="hps">sebagai persembahan</span> <span class="hps">untuk ibadah</span> <span class="hps">apapun,</span> <span class="hps">karena dia telah</span> <span class="hps">bersaksi</span> <span class="hps">palsu</span><span class="">.</span> <span class="hps">Karena itu</span> <span class="hps">pada</span> <span class="hps">hari ke-14</span> <span class="hps">di babak</span> <span class="hps">gelap</span> <span class="hps">bulan</span> <span class="hps">Phalguna</span> <span class="hps">yang</span> <span class="hps">Shiva</span> <span class="hps">pertama kali terjadi</span> <span class="hps">dirinya</span> <span class="hps">dalam</span> <span class="hps">bentuk</span> <span class="hps">Lingga</span>, <span class="hps">hari</span> <span class="hps">ini terutama</span> <span class="hps">menguntungkan</span> <span class="hps">dan</span> <span class="hps">diperingati sebagai</span> <span class="hps">Mahashivaratri</span><span class="">.</span> <span class="hps">Menyembah</span> <span class="hps">Shiva</span> <span class="hps">pada hari ini</span> <span class="hps">diyakini</span> <span class="hps">memberikan</span> <span class="hps">satu dengan</span> <span class="hps">kebahagiaan dan kesejahteraan</span>.<br /><br /> <span class="hps">Sebuah legenda</span> <span class="hps">menjelaskan</span> <span class="hps">ibadah</span> <span class="hps">sepanjang malam</span> <span class="hps">Siwa</span> <span class="hps">di</span> <span class="hps">Shivratri</span>. <span class="hps">Ada seorang</span> <span class="hps">pria</span> <span class="hps">suku</span> <span class="hps">miskin</span> <span class="hps">yang</span> <span class="hps">pemuja</span> <span class="hps">besar</span> <span class="hps">Siwa</span>. <span class="hps">Suatu hari</span> <span class="hps">ia pergi</span> <span class="hps">jauh ke dalam</span> <span class="hps">hutan</span> <span class="hps">untuk mengumpulkan</span> <span class="hps">kayu bakar</span><span class="">.</span> <span class="hps">Namun</span> <span class="hps">ia</span> <span class="hps">tersesat</span> <span class="hps">dan tidak bisa</span> <span class="hps">kembali ke rumah</span> <span class="hps">sebelum malam tiba</span>. <span class="hps">Sebagai</span> <span class="hps">kegelapan</span> <span class="hps">jatuh</span><span class="">,</span> <span class="hps">ia mendengar</span> <span class="hps">geraman</span> <span class="hps">binatang liar</span>. <span class="hps">Ketakutan</span>, <span class="hps">ia</span> <span class="hps">naik ke</span> <span class="hps">pohon</span> <span class="hps">terdekat</span> <span class="hps">untuk</span> <span class="hps">tempat tinggal</span> <span class="hps">sampai hari</span><span class="">-break</span>. <span class="hps">Bertengger</span> <span class="hps">di antara</span> <span class="hps">cabang-cabang</span><span class="">,</span> <span class="hps">ia takut</span> <span class="hps">ia akan</span> <span class="hps">tertidur</span> <span class="hps">dan</span> <span class="hps">jatuh dari</span> <span class="hps">pohon</span><span class="">.</span> <span class="hps">Untuk</span> <span class="hps">tetap terjaga</span><span class="">,</span> <span class="hps">ia memutuskan untuk</span> <span class="hps">memetik</span> <span class="hps">daun</span> <span class="hps">pada satu waktu</span> <span class="hps">dari pohon dan</span> <span class="hps">menjatuhkannya</span><span class="">, sementara</span> <span class="hps">meneriakkan nama</span> <span class="hps">Siwa</span><span class="">.</span> <span class="hps">Saat fajar</span><span class="">,</span> <span class="hps">ia menyadari bahwa ia</span> <span class="hps">telah menjatuhkan</span> <span class="hps">seribu</span> <span class="hps">daun</span> <span class="hps">ke sebuah</span> <span class="hps">Lingga</span> <span class="hps">untuk menjaga dirinya</span> <span class="hps">terjaga</span><span class="">,</span> <span class="hps">yang</span> <span class="hps">suku</span> <span class="hps">memetik</span> <span class="hps">satu daun</span> <span class="hps">pada waktu</span> <span class="hps">dari pohon dan</span> <span class="hps">menjatuhkannya</span> <span class="hps">di bawah ini yang</span> <span class="hps">dia tidak melihat</span> <span class="hps">dalam gelap</span>. <span class="hps">Pohon itu</span> <span class="hps alt-edited">kebetulan menjadi</span> <span class="hps">apel</span> <span class="hps">kayu atau</span> <span class="hps">pohon</span> <span class="hps">bel</span><span class="">.</span> <span class="hps">Ibadah</span> <span class="hps">sepanjang malam</span> <span class="hps">tanpa disadari</span> <span class="hps">hal itu menyenangkan</span> <span class="hps">Shiva</span><span class="">,</span> <span class="hps">yang dengan</span> <span class="hps">kasih karunia</span> <span class="hps">suku</span> <span class="hps">dihargai dengan</span> <span class="hps">kebahagiaan</span> <span class="hps">ilahi</span>. <span class="hps">Kisah ini</span> <span class="hps">juga</span> <span class="hps">dibacakan</span> <span class="hps">pada</span> <span class="hps">Mahashivaratri</span> <span class="hps">oleh</span> <span class="hps">umat</span> <span class="hps">pada cepat</span><span class="">.</span> <span class="hps">Setelah</span> <span class="hps">mengamati</span> <span class="hps">sepanjang malam</span> <span class="hps">cepat</span>, <span class="hps">umat</span> <span class="hps">makan</span> <span class="hps">Prasad</span> <span class="hps">ditawarkan</span> <span class="hps">untuk Siwa</span><span class="">.</span><br /><br /> <span class="hps">Ada</span> <span class="hps">alasan lain</span> <span class="hps">mungkin bagi</span> <span class="hps">asal</span> <span class="hps">ibadah</span> <span class="hps">sepanjang malam</span>. <span class="hps">Menjadi</span> <span class="hps">malam berbulan</span>, <span class="hps">orang</span> <span class="hps">menyembah</span> <span class="hps">dewa</span> <span class="hps">yang memakai</span> <span class="hps">bulan sabit</span> <span class="hps">sebagai</span> <span class="hps">hiasan di</span> <span class="hps">rambutnya</span>, <span class="hps">Shiva</span>. <span class="hps">Hal ini mungkin</span> <span class="hps">untuk memastikan</span> <span class="hps">bahwa bulan</span> <span class="hps">naik</span> <span class="hps">malam berikutnya</span>.<br /><br /> <span class="hps">Segera</span> <span class="hps">setelah</span> <span class="hps">Mahashivaratri</span>, <span class="hps">hampir seperti</span> <span class="hps">keajaiban</span>, <span class="hps">pohon-pohon</span> <span class="hps">yang</span> <span class="hps">penuh bunga</span> <span class="hps">seakan</span> <span class="hps">mengumumkan bahwa</span> <span class="hps">setelah musim dingin</span>, <span class="hps">kesuburan</span> <span class="hps">bumi</span> <span class="hps">telah</span> <span class="hps">diremajakan</span><span class="">.</span> <span class="hps">Dan</span> <span class="hps">ini</span> <span class="hps">mungkin</span> <span class="hps">adalah alasan</span> <span class="hps">mengapa</span> <span class="hps">Lingga</span> <span class="hps">disembah</span> <span class="hps">di seluruh</span> <span class="hps">India</span> <span class="hps">sebagai</span> <span class="hps">simbol kesuburan</span><span class="">.</span> <span class="hps">Perayaan</span> <span class="hps">berbeda</span> <span class="hps">di berbagai bagian</span> <span class="hps">India</span>. <span class="hps">Di</span> <span class="hps">Karnataka</span> <span class="hps">selatan</span>, <span class="hps">misalnya</span>, <span class="hps">anak-anak diperbolehkan</span> <span class="hps">untuk masuk ke</span> <span class="hps">semua jenis</span> <span class="hps">kerusakan</span> <span class="hps">dan</span> <span class="hps">meminta</span> <span class="hps">hukuman</span> <span class="hps">adalah aturan</span> <span class="hps">hari</span>, <span class="hps">mungkin</span> <span class="hps">berasal</span> <span class="hps">dari insiden</span> <span class="hps">mitologi</span> <span class="hps">Siwa</span> <span class="hps">menghukum</span> <span class="hps">Brahma</span> <span class="hps">untuk</span> <span class="hps">berbohong</span><span class="">.</span> <span class="hps">TheVishvanatha</span> <span class="hps">Temple</span> <span class="hps">di</span> <span class="hps">Kashi</span> <span class="hps">inVaranasi</span> <span class="hps">merayakan</span> <span class="hps">Lingga</span> <span class="hps atn">(</span><span class="">simbol dari</span> <span class="hps">pilar cahaya</span>) <span class="hps">dan</span> <span class="hps">manifestasi</span> <span class="hps">Siwa</span> <span class="hps">sebagai</span> <span class="hps">cahaya kebijaksanaan</span> <span class="hps">tertinggi</span>.<br /><br /> <span class="hps">Mahashivaratri</span> <span class="hps">demikian</span> <span class="hps">tidak</span> <span class="hps">hanya</span> <span class="hps">ritual</span>, tetapi juga <span class="hps">definisi</span> <span class="hps">kosmik</span> <span class="hps">alam semesta</span> <span class="hps">Hindu</span>. <span class="hps">Ini</span> <span class="hps">menghalau</span> <span class="hps">ketidaktahuan</span><span class="">,</span> <span class="hps">berasal</span> <span class="hps">terang</span> <span class="hps">pengetahuan</span><span class="">,</span> <span class="hps">membuat orang</span> <span class="hps">sadar akan</span> <span class="hps">alam semesta</span>, <span class="hps">mengantar</span> <span class="hps">pada musim semi</span> <span class="hps">setelah</span> <span class="hps">musim dingin</span> <span class="hps">dan kering</span>, <span class="hps">dan memanggil</span> <span class="hps">kekuasaan tertinggi</span> <span class="hps">untuk mengambil</span> <span class="hps">tanggung jawab dari</span> <span class="hps">makhluk</span> <span class="hps">yang</span> <span class="hps">diciptakan</span> <span class="hps">olehNya</span></span><br />
<br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">[diterjemahkan dari: http://www.theholidayspot.com/shivratri/origin.htm ]</span></span><br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps"><br /></span></span>
<br />
<h3>
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Doa/Mantra Puja Shiva untuk Shivaratri</span></span></h3>
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps"></span></span><br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Selain</span> <span class="hps">puasa</span> <span class="hps">dan menjaga</span> <span class="hps">berjaga</span> <span class="hps">di malam hari</span>, <span class="hps">umat</span> <span class="hps">Hindu</span> <span class="hps">juga</span> <span class="hps">melantunkan</span> <span class="hps">doa-doa</span> <span class="hps">suci</span> <span class="hps">dan</span> <span class="hps">mantra</span> <span class="hps">didedikasikan untuk dewa Siwa</span> <span class="hps">pada</span> <span class="hps">Maha</span> <span class="hps">Shivratri</span> <span class="hps">malam</span>. <span class="hps">Bahkan</span> <span class="hps">mantra</span> <span class="hps">ini dapat</span> <span class="hps">dinyanyikan</span> <span class="hps">setiap hari</span><span class="">.</span></span><br />
<br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="">Beberapa mantra Siwa Kudus direkomendasikan untuk Maha Shivaratri adalah:</span></span><br />
<br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class=""></span></span><br />
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-size: large;"><span class="" id="result_box" lang="id"><span class=""><span style="font-weight: bold;">Shiva Panchakshari Mantra</span> - Om Namah Shivaya
</span></span></span><br />
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: large;"><span style="font-weight: bold;"><br /></span></span>
<span style="font-size: large;"><span style="font-weight: bold;">Shiva Sakti Panchakshari Mantra</span> - Om Hrim Namah Shivaya</span></div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: large;"><span style="font-weight: bold;"><br /></span></span>
<span style="font-size: large;"><span style="font-weight: bold;">Mrutyunjaya Mantra</span> – </span></div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: large;">
Om Trayambakam Yajamahe<br />
Sugandhim Pushti Vardhanam<br />
Urvarukamiva Bandhanat<br />
Mrutyor Mukshiya Mamrutat</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: large;"><br /></span>
</div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: large;"><span style="font-weight: bold;">Shiva Gayatri Mantra</span> –</span></div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: large;">
Om tatpuru<span style="font-family: "tahoma";">ṣ</span>haya vidmahe<br />
Mahadevaya dhimahi<br />
Tanno rudrah prachodayat</span></div>
</blockquote>
<br />
<br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Doa</span> <span class="hps">pendek</span> <span class="hps">ini</span> <span class="hps">diambil dari</span> <span class="hps">Atmastakam</span> <span class="hps">disusun oleh</span> <span class="hps">tidak lain dari</span> <span class="hps">besar</span> <span class="hps">Adi</span> <span class="hps">Shankaracharya</span><span class="">.</span></span><br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class=""><span style="font-size: large;">Om Na Me Mrityushanka Na Me Jatibhedah Pita Naiva Me Naiva Mata Na Janma |</span></span></span><br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class=""><span style="font-size: large;">Na Bandhur Mitram Gurumaiva Shishyah Chidanandarupah Shivoham Shivoham ||</span></span></span><br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class=""></span></span></blockquote>
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="">Artinya:<br />Saya tidak takut kematian aku juga tidak melihat siapa pun dibagi dengan kasta atau keyakinan; Saya tidak memiliki ayah atau ibu saya yang belum lahir; Saya tidak memiliki kerabat atau teman; Saya tidak memiliki seorang guru atau saya seorang murid; Saya yang pernah-ada, pernah bahagia tertinggi satu Siwa yang merupakan kebenaran hakiki. Saya Shiva, saya Shiva. .</span></span><br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class=""><br /></span></span>
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class=""><br /></span></span>
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Dalam posting ini saya</span> <span class="hps">juga memberikan</span> <span class="hps">Mantra</span> <span class="hps">Siwa</span> <span class="hps">khusus untuk</span> <span class="hps">merenungkan</span> <span class="hps">Shiva</span> <span class="hps">untuk setiap</span> <span class="hps">Prahar</span> <span class="hps">malam</span> <span class="hps">dan</span> <span class="hps">Nishit</span> <span class="hps">Kaal</span><span class="">.</span> <span class="hps">Mantra ini</span> <span class="hps">dianggap</span> <span class="hps">paling bermanfaat</span> <span class="hps">dan</span> <span class="hps">menguntungkan</span> <span class="hps">selama</span> <span class="hps">Maha</span> <span class="hps">Shivratri</span><span class="">:</span></span><br />
<ol>
<li><span style="font-size: large;"><span class="" id="result_box" lang="id"><span class="">Om Shri Shivaya Namah</span></span></span></li>
<li><span style="font-size: large;"><span class="" id="result_box" lang="id"><span class="">Om Shri Shankaraya Namah</span></span></span></li>
<li><span style="font-size: large;"><span class="" id="result_box" lang="id"><span class="">Om Shri Sambsadashivaya Namah</span></span></span></li>
<li><span style="font-size: large;"><span class="" id="result_box" lang="id"><span class="">Om Shri Maeshwaraya Namah</span></span></span></li>
<li><span class="" id="result_box" lang="id"><span class=""><span style="font-size: large;">Om Shri Rudraya Namah </span></span></span></li>
</ol>
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQqcJbTb13b81llOJM3s6LTxy94daVg1quMAugMq6G9xobzVxbqiyNVu9Th2RLS_stTJdZ9tE7ccz5QV6PxDh0-WeR9VcGWeVVQqb0FGCM8VnXbSfkQ2XFrtGy6RtZNShV3p0AuZyT2KE/s1600/happy-mahashivaratri-2014-Quotes-Images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="265" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQqcJbTb13b81llOJM3s6LTxy94daVg1quMAugMq6G9xobzVxbqiyNVu9Th2RLS_stTJdZ9tE7ccz5QV6PxDh0-WeR9VcGWeVVQqb0FGCM8VnXbSfkQ2XFrtGy6RtZNShV3p0AuZyT2KE/s1600/happy-mahashivaratri-2014-Quotes-Images.jpg" width="400" /></a></div>
Brutal Sickhttp://www.blogger.com/profile/15088106937790878395noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7337763800166907089.post-57557960064846301392014-10-31T21:29:00.000-07:002014-10-31T21:30:58.539-07:00Dewa Kuber - Dewa Kekayaan (Mantra & History)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgC156THUYAVDlGki_rNE4yqhJtQdNKse7Djhiu5IJuKHpSfbGSQIJL7_9-UraxiLBH_uyxx4_GqUIByWP3ddATIg8-splpQFqeD0J4pZiT33GL_RCdl9HcXyNGRuF4SBKT6hDmQwWxIHBv/s1600/547456_10153097617780290_1762645541_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgC156THUYAVDlGki_rNE4yqhJtQdNKse7Djhiu5IJuKHpSfbGSQIJL7_9-UraxiLBH_uyxx4_GqUIByWP3ddATIg8-splpQFqeD0J4pZiT33GL_RCdl9HcXyNGRuF4SBKT6hDmQwWxIHBv/s1600/547456_10153097617780290_1762645541_n.jpg" height="320" width="230" /></a></div>
<br />
Kuber/Kubera dianggap sebagai Dewa Kekayaan, dalam mitologi Hindu. Dewa Kubera juga dikenal sebagai Dewa Yaksha (makhluk buas). Kubera selalu ingat dengan dewi keberuntungan, Lakshmi. Nyanyian dari Kuber Mantra memberkati pemuja dengan uang dan kemakmuran dengan menggambar jalan baru dan sumber pendapatan dan kekayaan. Mantra dari Kubera membantu meningkatkan aliran dana dan kemampuan untuk mengumpulkan kekayaan. Kubera Mantra adalah sebagai berikut:<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<blockquote class="tr_bq">
<b>"Om Yakshyaya Kuberaya Vaishravanaaya Dhanadhanyadi Padayeh</b><br />
<b>Dhana-Dhanya Samreeddhing Me Dehi Dapaya Swaha"</b></blockquote>
Artinya: <i>Kubera, penguasa yaksha, berkatilah kami dengan kekayaan dan kemakmuran.</i><br />
<br />
<br />
Seseorang, yang menyembah Dewa Kubera dan Lakshmi, tidak pernah bisa jatuh kekurangan uang dan materi kenyamanan. Puja khusus Kubera dilakukan pada Dussehra, Dhantrayodashi dan Deepavali, meminta kemakmuran dan berkat-Nya.<br />
<br />
Dalam Mitologi Hindu, Kubera adalah dewa kekayaan dan bendahara Dewa,
yang berada di sebuah istana di Gunung Kailasa. Dia adalah penguasa
Yaksha. Kubera mengawasi harta bumi dari emas, perak, permata, mutiara,
dan sembilan Nidhis (harta karun). Dia memiliki kulit putih, tubuh
kerdil, dua sampe empat tangan, tiga kaki dan delapan gigi. Dewa ini
menggunakan Pushpak, kereta terbang, untuk bergerak di sekitar.
Sifat-Nya mencakup gada, tas berisi uang, buah dan mangkuk.<br />
<br />
Siapa
saja yang mendengar nama Kubera akan ingat Dewa Venkateswara, karena
menurut mitologi Hindu, Dewa Venkateswara meminjam uang dari Kubera
untuk pernikahannya dan masih membayar hanya bunga.<br />
<br />
<br />
<h3>
SEJARAH KUBERA (versi Brahmaisme)</h3>
<br />
Kubera (juga
Kuvera atau Kuber) adalah dewa kekayaan dan penguasa Uttar Disha dalam
mitologi Hindu. Dia juga dikenal sebagai Dhanapati, penguasa kekayaan.
Dia adalah salah satu Ashta-Dikpalas, mewakili utara. Kubera juga putra
dari Pertapa Wisrawa (maka juga disebut Vaisravana), dan dalam hal ini,
dia juga kakak dari Dewa Lanka, Rahwana. Dia dikatakan telah melakukan
pertapaan selama seribu tahun, atas pertapaannya itu Brahma, Sang
Pencipta, memberinya keabadian dan menjadikannya dewa kekayaan, wali
dari semua harta di bumi.<br />
<br />
<h3>
SEJARAH KUBERA (versi Shivaisme)</h3>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYrb-mqaB9Ul5WIh5vjPaj8e2_ptafgS0bhSqdAIGYZnX6o0bUTg8-NOivRbBdDYdhRO54fuWNBjfiMfb96dN-kPs2tJvu44qImw9NXQvMEHRkJ_hvEsOKusVCZCFpSLdGXbuR4fEoBMur/s1600/Lord-Kubera.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYrb-mqaB9Ul5WIh5vjPaj8e2_ptafgS0bhSqdAIGYZnX6o0bUTg8-NOivRbBdDYdhRO54fuWNBjfiMfb96dN-kPs2tJvu44qImw9NXQvMEHRkJ_hvEsOKusVCZCFpSLdGXbuR4fEoBMur/s1600/Lord-Kubera.png" /></a></div>
Setelah
melakukan pertapaan selama 1000 tahun dengan memuja Shiva, akhirnya
pada suatu saat Dewa Siwa dan Dewi Parvathi mendatangi pertapaan Kubera.
Kubera terpana melihat kemegahan dan keindahan Dewi Parvathi. Dia
merasa menyesal bahwa ia tidak menyembah dewi untuk begitu lama dan
tanpa sengaja salah satu matanya mengedip.<br />
<br />
Dewi
Parvathi marah bahwa Kubera itu mengedipkan mata pada-Nya, dan
melihat-Nya dengan maksud jahat. Dia keludian meledakan mata Kubera
tersebut. Kubera kehilangan penglihatan di salah satu mata dan juga
dikutuk bahwa ia akan selalu terlihat jelek. Dewa Kubera memohon Dewa
Siva untuk memaafkannya dan menjelaskan bahwa ia tidak melihat Dewi
dengan niat jahat apapun. Dewa Siva memberikan keputusan itu pada
permaisuri-Nya. Akhirnya Dewi Parvathi memaafkan Kubera dan membiarkan
mata tumbuh kembali, tapi itu lebih kecil daripada yang lain.<br />
<br />
Jadi
salah satu mata Kubera lebih kecil dari yang lain. Kubera dianugrahi
oleh Lord Siva dengan jabatan menjadi salah satu penjaga dari delapan
arah - Utara. Dan Dewi menjadikannya penguasa kekayaan dan materi.<br />
<br />
Sebagai
Dewa kekayaan dan material, tanggung jawabnya adalah untuk
mendistribusikan mereka sekaligus menciptakan kekayaan bersa,a dengan
Dewi Lakshmi. Kubera sebagian besar digambarkan dengan keluarganya dan
melihat mandi koin emas dan navaratnas.<br />
<br />
Melakukan Puja
pada Dewa Kubera diyakini memperkaya kehidupan seseorang. Untuk memiliki
kehidupan yang kaya dan nyaman, kita harus melakukan Puja Sri Lakshmi
Kubera. Ada mantra dan ritual terpisah untuk Puja tersebut. Puja
dilakukan pada hari Bulan Purnama dan Bulan Setengan di November,
seharusnya membawa hasil yang baik.<br />
<br />
Tanggal
menguntungkan untuk menyembah Kubera adalah antara 15 Oktober dan 15
November (bulan Tamil Aippasi). Kamis adalah hari yang paling
menguntungkan untuk Kubera. Siapa pun yang ingin mencapai / nya
tujuannya harus menyembah Kubera selama 48 hari dengan melantunkan sloka
Kubera 108 kali sehari.<br />
<br />
Kamis dan Jumat yang sangat menguntungkan untuk Kubera.<br />
<h3>
</h3>
<h3>
SLOKA:-</h3>
<br />
<blockquote>
<b>Om Hrim Yakshaaya Kuberaya Vaishravanaaya<br />Danadaanyathi Pathayae Danadaanya<br />Samruddhimmae Daehi Tapaya Swahaa<br />Om Tatrha Raajaya Vidmahae Alakadiisaya Dimahi<br />Tanno Kuberappracodayaat.</b></blockquote>
<br />
<h3>
KUBERA MANTRAM</h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.youtube.com/embed/e3v0ZUydlAg?feature=player_embedded' frameborder='0'></iframe></div>
<blockquote class="tr_bq">
Om Yakshaaya Kuberaya <br />
Vaishravanaaya Danadaanyadhi Pathayae<br />
Danadaanya Samruddhimmae<br />
Daehi Daehi Dabhaya Swaha</blockquote>
Kekayaan dan kemakmuran akan meningkat dengan mengucapkan mantra di atas setiap hari 108 kali dengan beberapa cara.<br />
<br />
<br />
<br />
<h3>
KUBERA DHYANAM</h3>
<blockquote class="tr_bq">
Namo Namo Kuberaya Sanka padam Nidhi Prabho<br />
Suvaranavam Pingaksham Manasa Bavayamyaham<br />
<br />
Kuberam Pushbaka Gathim Nidhibi Navabiryatham<br />
Dhanadanya Samrrithimme Tvat prasaddat Mahinthwa<br />
<br />
Sri Mahalakshmi sahitham Dhanakarshana pratham<br />
Sri kubera Rajam Dhyayami</blockquote>
<blockquote>
Sukiliam baraderam Vishnum Sashivarnam Chahirabujam<br />
Prasanna vadanam Dhayeth Sarvaviglopa Shanthay<br />
<br />
Om Bhu, Om Bhu, Om suvah, Om Mahah, Om Janah, Om Jayaka, Om Taph Om Satyam,<br />
Om Tatsavithurvarenyam, Bargodevasya Demahi, Deeyajone Prochodayat.</blockquote>
<br />
<h3>
KUBERA POOJA</h3>
<blockquote class="tr_bq">
Dhana Danya Namasthubyam Nidhi Padma Te Namah<br />
Bhavanthu Tvat Prasadan me Dhanadanyathi Sampatha<br />
Kuberam Pushpagatham Nidhin Navabiryutham<br />
Svarna Vanram pingasham means a Dhavanamyaham!!<br />
Naravahana Yakhsesa serva puniya laniaswara<br />
Avasitho Maya Bandhya Pujam Ma sapalam Kuru!!<br />
Sri Kuberaya Wamah Shodaka Pujam Karishey<br />
Sri Kubera Namah Avahayami<br />
Sri Argyam Samarpayami<br />
Sri Padyam Samarpayami<br />
Sri Achamaniyam Samarpayami<br />
Sri Snanam Samarpayami<br />
Sri Vastram Samarpayami<br />
Sri Gandan Darayami Samarpayami<br />
Sri Pushpani Samarpayami<br />
Sri Dhoopa Deepam Samarpayami<br />
Sri Naivedhyam Samarpayami<br />
Sri Karpura Neerajanam Samarpayami</blockquote>
Itu selalu baik untuk menyembah Sri Lakshmi dan Kubera bersama di Kubera Pooja, ketika kedua Dewa disembah dijelaskan hasil akan sepenuhnya tercapai seperti Kubera memuja Sri Lakshmi.<br />
<br />
<br />
<h3>
SRI LAKSHMI KUBERA MANTRA - UNTUK MENINGKATKAN KEKAYAAN</h3>
<blockquote class="tr_bq">
<b>Om Sreem Kareem Aum Kubera Lakshmi<br />Kamala Daveenyai Dhanakashinyai Sowaha</b></blockquote>
Jika mantra atas dibaca 108 kali sebelum memulai bekerja/bisnis maka kekayaan akan meningkat.<br />
<br />
<br />
<h3>
KUBERA GAYATHRI</h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.youtube.com/embed/0o8H4YXaiAw?feature=player_embedded' frameborder='0'></iframe> </div>
<blockquote class="tr_bq">
<b>Om Yaksha Rajaya Vidhmaya</b><br />
<b>Alikadeesaya Deemahe</b><br />
<b>Tanna Kubera Prechodayath</b></blockquote>
<br />
<br />
<br />
<h3>
Dewa Kuber Mantra untuk Menarik Kekayaan, Uang, Tunai, Kemewahan, kenyamanan dll </h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.youtube.com/embed/ni7YTgnqCtU?feature=player_embedded' frameborder='0'></iframe></div>
<br />
<blockquote class="tr_bq">
<b>Om Shreem Om Hreem Shreem Hreem Kleem Shreem Kleem Vitteswaraay Namah.</b></blockquote>
<br />
<br />
<h3>
MENYEMBAH DEWA KUBERA</h3>
<blockquote class="tr_bq">
<b>"Rajadhi rajaya Prasahya Sahine</b><br />
<b>Namo Vayam Vai Sravanaya Kurmahe</b><br />
<b>Samekaman Kama Kamaya mahyam</b><br />
<b>Kamesvaro Vai Sravano dadatu</b><br />
<b>Kuberaya Vai Sravanaya</b><br />
<b>Maha rajaya Namah."</b></blockquote>
<br />
<br />
<h3>
Dyanam</h3>
<br />
<blockquote class="tr_bq">
<b>"Manuja baahya vimana varustitam –</b><br />
<b>Garuda ratna nibam nidinayakam</b><br />
<b>Sivasakha mukutadi vibhooshitam-</b><br />
<b>varadehyatam bhajam tamthilam</b><br />
<b>Agasya Deva Devesa Martsyaloka hithechyaa-</b><br />
<b>poojayami vidhanena prasanna sumukobhava"</b></blockquote>
<br />
<br />
<h3>
Kubera Astottara Satanamavali:-</h3>
<br />
<blockquote class="tr_bq">
Om Kuberayanamaha<br />
Om Danadaya<br />
Om Srimate<br />
Om Yakeshsaya<br />
Om Kuhyakeswaraya<br />
Om Nidisaya<br />
Om Sankarasakaya<br />
Om Malalakshminivasa bhuvaye<br />
Om Mahapadmanideesaya<br />
Om Poornaya<br />
Om Samkyakya nidinadhayaa<br />
Om Mukyarakya nidi priyaya<br />
Om Sukhashousta nidinayakaya<br />
Om Mukunda nidi nayakaya<br />
Om Kundakya nidinadaya<br />
Om Neela nityadepaya<br />
Om MahateOm Varanityadipaya<br />
Om Pujyaya<br />
Om Lakshmisamrajyadhayakaya<br />
Om Ilipilapataye<br />
Om Kulochitaya<br />
Om Aswaroopaya<br />
Om Viswavamdyaya<br />
Om Visheshagyanaya<br />
Om Visaradaya<br />
Om NashakoobranadhayA<br />
Om Manigreevapritaye<br />
Om Ghudamantraya<br />
Om Vaisravanaya<br />
Om Chitralekhapriyaya<br />
Om Ekapinkaya<br />
Om Alakadhisaya<br />
Om Poulastyaya<br />
Om Kailasyasilanilayaya<br />
Om Rayadhaya<br />
Om ravanagrajaya<br />
Om Chitraradhaya<br />
Om Udyanaviharaya<br />
Om Vihara Sukutoohalaya<br />
Om Mahotsyahaya<br />
Om Mahapragnaya<br />
Om Anganadhaya<br />
Om Somaya<br />
Om Sowmyadigweeswaraya<br />
Om Punayatamne<br />
Om Puroohatasritraya<br />
Om Sarwapunyaneswaraya<br />
Om Nityakeertaya<br />
Om Paramasantatamneya<br />
Om Yaksharaje<br />
Om Yakshinivrutaya<br />
Om Kinnresaya<br />
Om Kadgayudhaya<br />
Om Vasine<br />
Om Eesanadakshapardhastaya<br />
Om Dharmasmuk Samstitaya<br />
Om Niteswaraya<br />
Om Danadakshaya<br />
Om Astalakshmi Asritayaa<br />
Om ManushyadharamnyeOm Skrutaya<br />
Om Kosalakshmi samstitaya<br />
Om Danalakshmi Nityvasaya<br />
Om Danyalakshmi Nivasabhuvaye<br />
Om Aswalakshmi sadavasaya<br />
Om Gajalakshmi Stiralaya<br />
Om Rajyalakshmi Janmagehaya<br />
Om Dairyalakshmi Krupasrayaa<br />
Om Akandeswaryasamyuktaya<br />
Om Nityanandaya<br />
Om Sukhasrayaya<br />
Om Nityatruptaya<br />
Om Nithitarai<br />
Om Nrasaya<br />
Om Nirupapradaya<br />
Om Nityakamaya<br />
Om Nirakshasaya<br />
Om Nirupadikvasa<br />
Om Bhuvaaye<br />
Om Santaya<br />
Om Sarvagunopetaya<br />
Om Kuberaya</blockquote>
<br />
<br />
<br />
<h3>
KUBERA PUJA MANTRA</h3>
<br />
<blockquote class="tr_bq">
<b>Dhana Danya Namasthubyam Nidhi Padma Te Namah</b><br />
<b>Bhavanthu Tvat Prasadan me Dhanadanyathi Sampatha</b><br />
<b>Kuberam Pushpagatham Nidhin Navabiryutham</b><br />
<b>Svarna Vanram pingasham means a Dhavanamyaham</b><br />
<br />
<b>Naravahana Yakhsesa serva puniya laniaswara</b><br />
<b>Avasitho Maya Bandhya Pujam Ma sapalam Kuru</b><br />
<br />
<b>Sri Kuberaya Wamah Shodaka Pujam Karishey</b><br />
<b>Sri Kubera Namah Avahayami</b><br />
<b>Sri Argyam Samarpayami</b><br />
<b>Sri Padyam Achamaniyam Samarpayami</b><br />
<b>Sri Snanam Samarpayami</b><br />
<b>Sri Vastram Samarpayami</b><br />
<b>Sri Gandan Darayami Samarpayami</b><br />
<b>Sri Pushpani Samarpayami</b><br />
<b>Sri Dhoopa Deepam Samarpayami</b><br />
<b>Sri Naivedhyam Samarpayami</b><br />
<b>Sri Karpura Neerajanam Samarpayami</b></blockquote>
<br />
<br />
<br />
<h3>
Kubera Mantra</h3>
<br />
<blockquote class="tr_bq">
<b>Om Sreem Hreem Cleem Dhana Kubera Dhevaya Namaha</b><br />
<b>Om Sreem Hreem Cleem Gnana Kubera Dhevaya Namaha</b><br />
<b>Om Sreem Hreem Cleem Veera Kubera Dhevaya Namaha</b><br />
<b>Om Sreem Hreem Cleem Yoga Kubera Dhevaya Namaha</b><br />
<b>Om Sreem Hreem Cleem Sarva Sowbhagya Kubera Dhevaya Namaha</b><br />
<b>Om Sreem Hreem Cleem Sarva Thejesa Kubera Dhevaya Namaha</b><br />
<b>Om Sreem Hreem Cleem Jana Vasya Kubera Dhevaya Namaha</b><br />
<b>Om Sreem Hreem Cleem Kantha Sakthi Kubera Dhevaya Namaha</b><br />
<b>Om Sreem Hreem Cleem Jaya Vijaya Kubera Dhevaya Namahaya</b><br />
<b>Om Sreem Hreem Cleem Iem Sree Lakshmee</b><br />
<b>Kamala Dharinye Simha Vahinye Namaha.</b></blockquote>
<br />
<br />
<h3>
Sri Lakshmi Kubera Gayathri Mantra</h3>
<br />
<blockquote class="tr_bq">
<b>Om Mahadeviaisa Vidmagahe</b><br />
<b>Vishnu Patneeysa deemahee</b><br />
<b>Thanno lakshmi prachothyyath</b><br />
<b>Samen Ka Maan Ka Mahaa ma yamagnam</b><br />
<b>Kaameshvaro vai Shravanothadhatu</b><br />
<b>Kuberaaya Vai Shravanaaya Mahaaraja</b></blockquote>
<br />
<br />
<h3>
Sree Lakshmi Kubera Manthra</h3>
<br />
<blockquote class="tr_bq">
<b>Om Sreem Hreem Cleem Maha Ashta Iswarya Sampathu Aadhi Dhiyudha</b><br />
<b>Maha Kubera Managala Sarva Bhagya Sudharsana Sanka</b><br />
<b>ChakraPadma Ghadhayudha</b><br />
<b>Sree Lakshmi Narayana Dhevaya Namaha</b></blockquote>
<br />
<br />
<h3>
DOWNLOAD MP3:</h3>
<ul>
<li><a href="https://www.dropbox.com/s/qcgdboo8dd3i8gl/SRI%20LAKSHMI%20KUBERA%20MANTRAM.mp3?dl=0" target="_blank">Sri Lakshmi Kubera Mantra mp3</a></li>
<li><a href="https://www.dropbox.com/s/65tukveathfzjo6/Kubera%20Gayatri%20Mantra.mp3?dl=0" target="_blank">Kubera Gayatri Mantra mp3</a></li>
<li><a href="https://www.dropbox.com/s/xg34jjp5d0g8i0q/Kubera%20Mantra%20Chanted%20108x.mp3?dl=0" target="_blank">Kubera Vitteswaraay Mantra mp3</a></li>
</ul>
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00484948274410051141noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7337763800166907089.post-84713840062513355742014-10-22T20:13:00.000-07:002014-10-22T20:18:33.133-07:00Rahasia Maha Gayatri Mantram Bersama “Tri Utami “<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZKgF0SXXbxUsfTwaw3vypN14IIoTEx5yySdsmejq5LDSUxuZZz-CjIfqJ87_f4-4D3hmHb2AlJpBtFWNXdPhRyevisby-KR_SCxXKfMiQ5AdtO2-AtZ7n7glbKtTXpngIjiEiZ3cRC7r9/s1600/trieutami06.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZKgF0SXXbxUsfTwaw3vypN14IIoTEx5yySdsmejq5LDSUxuZZz-CjIfqJ87_f4-4D3hmHb2AlJpBtFWNXdPhRyevisby-KR_SCxXKfMiQ5AdtO2-AtZ7n7glbKtTXpngIjiEiZ3cRC7r9/s1600/trieutami06.jpg" /></a></div>
<h2 style="text-align: center;">
( DOA UNIVERSAL BERNAMA GAYATRI )</h2>
<h2 style="text-align: center;">
</h2>
Suatu hal yang sangat sulit diprediksi, seorang artis sekelas <b>Tri Utami
</b>mengungkapkan dengan terbuka, bahwa beliau sedang mencari-cari arti dan
makna serta rahasia mantram <b>Gayatri</b>. Sehingga materi yang sederhana
inipun terhimpun,<br />
<br />
<b>Tri Utami: </b>Pak Kobalen, kenapa banyak orang memanggil Bapak Guru Jee?<br />
<b><br />
ASK (AS Kobalen):</b> itu hanya bercanda , karena saya sendiri tidak tauh<br />
<br />
<b>Tri utami: </b>kalau begitu boleh dong saya juga bercanda, dengan memanggil Guruji?<br />
<br />
<b>Ask: </b>jangan, dan tidak perlu, lebih baik Mbak panggil saya, Kobalen<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<b>Tri Utami:</b> mengapa Gayatri begitu DISAKRALKAN, dan apakah tidak ada mantra lain?<br />
<br />
<b>ASK: </b>Gayatri adalah sebuah MANTRA MENJADI PENYEBAB LAHIRNYA WEDA,
sehinggah Gayatri juga disebut sebagai Weda Matta (Sumber Weda)<br />
<br />
<b>Tri Utami:</b> apakah hanya karena alasan itu saja Pak?<br />
<br />
<b>ASK:</b> tidak, Gayatri adalah sebuah mantra yang MENYIMPAN RAHASIA ALAM
SEMESTA, dan yang paling disayangkan bahwa apa yang dipraktekkan
masyarakat kami bukanlah Gayatri yang lengkap atau melainkan hanya
penggalan kedua dari yang disebut Maha Gayatri.<br />
<br />
<b>Tri Utami: </b>lantas mana yang di sebut Gayatri yang sebenarnya, saya jadi ingin tauh?<br />
<br />
<b>ASK: </b>Gayatri yang sebenarnya adalah Maha Gayatri dan berisi 3 bait yang
menjadi acuan lahirnya tiga waktu sholat (Sevana) dalam agama Hindu di
dunia serta menyimpan rahasia keiilahian yang luar biasa<br />
<br />
<b>Tri Utami: </b>hou jadi agama Hindu juga punya sholat dan waktu sholat seperti kami?<br />
<br />
<b>ASK:</b> mengapa tidak Mbak, karena jika di agama lain ada , sudah pasti
Hindu juga punya. Umat Hindu pada dasarnya melakukan sholat 3 kali
sehari yang disebut Trisandhya, hanya banyak teman–teman mengatakan
sembahyang pagi Trisandhya, siang Trisandhya, dan sore juga Trisandhya,
tanpa disadari menjadi 9 Sandhya.<br />
<b><br />
Tri Utami: </b>apa sholat dalam bahasa Hindu-nya?<br />
<br />
<b>ASK: </b>sholat dalam bahasa Hindu-nya adalah Sevana. Jadi Sembhayang pagi
kami sebut dengan Pratah Sevana (Brahma Muhurta) dari jam 3.30 pagi
sampai jam 6.00, sembahyang siang disebut Madya Sevana waktunya dari
jam 12.00 sampai 14.00 dan sembahyang sore disebut Sandhya Sevana dari
jam 18.00 sampai jam 20.00 (kesemuanya menggunakan 6 rakaat dan 1
rakaat penutup )<br />
<br />
<b>Tri Utami:</b> kenapa pada Maha Gayatri terdapat tiga bait, apa ada alasannya?<br />
<b><br />
ASK: </b>karena dalam Maha Gayatri tersimpan rahasia Ritual, rahasia Religy
dan Rahasia Spiritual, serta menyimpan rahasia 7 alam yang kami sebut
dengan Sapta Loka<br />
<br />
<b>Tri Utami: </b>apa ada penjelasan yang lebih terprinci ??<br />
<br />
<b>ASK: </b>pasti Mbak, Gayatri adalah doa universal yang ada dalam Veda, dan
Gayatri adalah sari pathi ajaran Veda, karena empat pernyataan dasar
yang dikandung oleh empat Veda (Catur Weda) diwujudkan dalam Gayatri
mantra, dan mantra ini juga dianggap perwujudan dari semua dewa–dewi,
sehingga tidak menjadi milik satu sekte atau aliran tertentu dan hanya
mantra ini yang dapat menyatukan ratusan aliran (Sambarthaya) yang
terdapat di dalam agama Hindu. <br />
<br />
Gayatri adalah INTI SARINYA WEDA (Veda Matha). GAYATRI MENYIMPAN TIGA
KEKUATAN SUCI YANG DILAMBANGKAN OLEH GAYATRI,SAVITRI DAN SARASWATI.
Ketiga Dewi suci ini juga dalam bahasa Sanskerta disebut dengan Tri
Uttami, Tri artinya tiga dan Uttami artinya suci , tauh kah Mbak??<br />
<br />
<b>Tri Utami: </b>tidak, baru sekarang aku mendapatkan rahasia dan arti dari namaku<br />
<br />
<b>ASK: </b>benar, jadi energi kesucian inilah yang telah mengalirkan syair
yang akan Mbak nyayikan pada Dharma Shanty Nasional 2008, selamat ya
Mbak<br />
<br />
<b>Tri Utami:</b> kalau demikian apakah Gayatri mantam mempunyai tata cara pengucapan nya<br />
<br />
<b>ASK:</b> pasti Mbak, contoh: Dewasya, itu sebenarnya harus disebut dengan Dhe, dan itu diatur dengan letak lidah kita harus dimana.<br />
<br />
<b>Tri Utami: </b>apakah cara pengucapan mempunyai pengaruh?<br />
<br />
<b>ASK: </b>sudah pasti, pengaruh ada pada vibrasi keillahiannya.<br />
<br />
<b>Tri Utami: </b>saya yakin Guruji dapat menjelaskan fungsi gayatri yang lebih dalam?<br />
<br />
<b>ASK:</b> tentu, tapi tolong jangan panggil saya dengan Guruji, ok, baik
coba lihat apa yang dipengaruhinya serta fungsinya di dalam fungsinya
sebagai tiga Dewi suci,<br />
<br />
1.Gayatri sebagai lambang PENGUASA INDERA YANG MELINDUNGI PIKIRAN DAN PERASAAN <br />
2.Sawitri sebagai lambang PENGUASA PRANA YANG MELINDUNGI UNSUR KEHIDUPAN. <br />
3.Saraswati sebagai Lambang PENGUASA VICARA YANG MELINDUNGI UCAPAN/PERCAKAPAN.<br />
Ketiga hal tersebut di atas yang disebut-disebut TRI KAYA PARISUDHA ,YAITU SUCI DALM PIKIRAN ,PRKATAAN DAN PERBUATAN <br />
<br />
<b>Tri Utami: </b>apa itu Sapta Loka Pak?<br />
<br />
<b>ASK: </b>Sapta Loka adalah tujuh alam yang tersembunyi pada Buana Alit,
yaitu: Bhur Loka, Bhuvar Loka, Svah Loka, Maha Loka, Jana Loka, Tapa
Loka dan Satya Loka. <br />
<br />
Ketujuh Loka ini berada di Buana Agung dan berhubungan erat dengan
Buana Alit yang berada di dalam diri kita. Penjelasan di atas dapat
kita simak melalui mantra ini:<br />
<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
Ya sandhyamandalagata ya trimurti-svarupini<br />
Saraswati ya Savitri tam vande Gayatri Veda mataram.</blockquote>
"Sang Dewi yang berada pada lingkaran sinarnya matahari, yang adalah
berbentuk Tri Murti, yang adalah Saraswati, maupun Savitri hamba
mengaturkan sembah kepada Gayatri ibundanya Veda"<br />
<br />
<blockquote class="tr_bq">
Ya visva – janani devi ya trimurti –svarupini<br />
Gayatri rupini ya hi tam vande sapta matrkam.</blockquote>
"Sang Dewi sebagai ibundanya jagat raya, yang berbentuk Tri Murti dalam
bentuk Gayatri. Hamba mengaturkan sembah kehadapan-Nya yang berbentuk
ibu"<br />
<br />
<b>Tri Utami: </b>aku menulis sebuah syair yang ku dapat dalam renunganku, dan
sangat mengejutkan ketika ada teman Hindu yang mengatakan bahwa syair
itu adalah arti dari Gayatri mantram, dan apa sebenarnya Gayatri itu
Pak?<br />
<br />
<b>ASK:</b> Gayatri adalah personifikasi seorang Ibu yang Agung dalam
kapasitasnya sebagai tiga lambang qualitas seperti: Sattva (Poise),
Rajas (Passion), and Tamas (Stupor), yang kemudian Tuhan atau
Parabrahman memberi simbol pada ketiga manifestasi sebagai tersebut
dengan julukan Brahma, Visnu dan Siwa. Dan lebih uniknya lagi Brahma di
posisikan sebagai Rajas. Visnu di posisikan sebagai Sattva. Siva
sebagai Tamas. Ketiga kekuatan tersebut di atas patuh dengan kekuatan
Gayatri Dewi sebagai Ibu mereka.<br />
<br />
<b>Tri Utami: </b>apa arti harfiah dari Gayatri yang Bapak sebut bait kedua tersebut??<br />
<br />
<b>ASK: </b>perhatikan penjelasan di bawah ini dengan seksama,<br />
<br />
1. AUM BHUR BHUVA SVAHA <br />
= <i>merenungi kecemerlangan cahaya yang menerangi tiga dunia; Bumi, Langit dan Surga.</i><br />
<br />
2. TAT SAVITUR VARENYAM, BHARGO DEVASYA DHEE-MAHEE <br />
= <i>membayangkan kecemerlangan, kemegahan dan rahmat yang disinarkan oleh cahaya itu.</i><br />
<br />
3. DHIYO YO NAH PRACHODAYATHO<br />
= <i>doa memohon pembebasan total melalui pengertian bathin dengan membangun cahaya Illahi yang bersemayam dalam diri manusia.</i><br />
<b><br />
Tri Utami:</b> tadi sebelumnya Bapak katakan bahwa Maha Gayatri memiliki 3 unsur, what is that?<br />
<br />
<b>ASK: </b>I see, that are: 1. Gayatri Sandhya 2. Gayatri Jabam 3.Gayatri Tapa/Meditasi.<br />
<br />
<b>Tri Utami:</b> mana yang paling baik Pak?<br />
<br />
<b>ASK: </b>dari ketiga Gayatri tersebut di atas Sandhya Gayatri adalah
Gayatri yang paling populer dan yang telah diambil dari Rg Weda Mandala
III, Sukta 62, sloka 10, Hal 670<br />
<br />
<b>Tri Utami: </b>kapan sebaiknya dilakukan Sandhya Gayatri?<br />
<br />
<b>ASK: </b>ketika dilakukan sebagai Tri Sandhya.<br />
<ul>
<li>
pagi hari = Prata Sevana</li>
<li>
siang hari = Madya Sevana</li>
<li>
senja hari = Sandhya Sevana</li>
</ul>
1.AUM<br />
2.BHUR BHUVA SVAHA.<br />
3.TAT SAVITUR VARENYAM<br />
4.BHARGO DEVASYA DHEMAHE<br />
5.DHIYO YO NAH PRACHODATHO.<br />
<br />
Kelima bait diatas juga diyakini sebagai lima wajah Dewi Gayatri yang
mewakili Lima Unsur Kehidupan. Dewi Gayatri adalah Dewi Pelindung unsur
– unsur kehidupan dalam diri manusia. <br />
<br />
Hyang Widhi bersabda di dalam Veda, SAMANO MANTRA, yang artinya jadilah
satu mantra dengan sejuta fungsi, dan mantra itu adalah Gayatri<br />
<br />
Japa/Gayatri Jabam<br />
Mantra Gayatri dibaca dengan menggunakan Ganitri (108) serta dapat juga dilakukan sebagai zikir tanpa Ganitri (Japa Mala)<br />
<br />
Tapa/Meditasi<br />
Menggunakan mantram Gayatri asli yang ditanam di badan Astral melalui ritual Dhiksa oleh seorang Guru rohani yang menguasainya.<br />
<br />
<b>Tri Utami: </b>apakah ada fungsi lain dari Gayatri mantra ini??<br />
<br />
<b>ASK: </b>Gayatri adalah sebuah Maha Mantra yang selalu berfungsi seperti
yang kita inginkan dan mampu beradaptasi untuk mensucikan apapun yang
ingin kita sucikan, seperti: menyucikan air (Tirta) ketika mandi,
menyucikan makanan (Persatham) ketika makan, menyucikan raga ketika mau
tidur dan bangun tidur. <br />
<br />
Gayatri juga dapat berguna untuk mengurangi akibat buruk dari
kesalahan-kesalahan yang setiap hari kita lakukan tanpa sadar. Tidak
akan ada penumpukan hutang Karma buruk, karena setiap hari terhapuskan
oleh kekuatan-Nya (Minimizing the Karmic effect)<br />
<br />
<b>Tri Utami: </b>apakah kita bisa menjadikan mantra ini sebagai penuntun??<br />
<br />
<b>ASK: </b>kenapa tidak, JIKA MATRA INI DITERIMA MELALUI PROSESI YANG BENAR
DAN OLEH GURU ROHANI YANG BENAR, MAKA MANTRA AKAN BERFUNGSI SEBAGAI
INNER GUIDANCE (SOKO GURU ) KARENA ORANG YANG MENDAPATKAN PEMBANGKITAN
POTENSI SPIRITUAL DIRI TERSEBUT SETARAF DENGAN DWI JATI ATAU LAHIR
KEDUA (REBORN ). <br />
<br />
Dua reinkarnasi dalam satu kehidupan karena orang tersebut telah
disucikan oleh kekuatan spiritual murni dari Sang Illahi (universal
life force energy)<br />
<br />
<b>Tri Utami:</b> kalau mantra ini memiliki rahasia yang cukup dalam berarti
umat Hindu harus menjaganya dan mempraktekkannya dengan baik??<br />
<br />
<b>ASK: </b>benar Mbak, Gayatri adalah pusaka yang harus kita jaga sepanjang
hidup kita, kita boleh melepaskan mantra lainnya tapi jangan melupakan
gayatri. <br />
<br />
GAYATRI ADALAH KUCI RAHASIA YANG MAMPU MELEPASKAN KITA DARI MARABAHAYA
DIAMANPUN KITA BERADA. Mata dunia tidak mampu mengungkapkan
kesempurnaan dan kemegahan dunia spiritual, oleh karenannya Gayatri
diberikan kepada kita sebagai INDRA ILLAHI UNTK MENYELAMI DUNIA
SPIRITUAL DAN KEHAQIQIAN ILLAHI DISEMUA ALAM.<br />
<br />
<b>Tri Utami: </b>bolehkah saya menggunakannya dalam meditasi dan jam berapa sebaiknya??<br />
<br />
<b>ASK: </b>apakah tidak salah? kan MBAK TRI BUKAN PENGANUT HINDU?<br />
<br />
<b>Tri Utami:</b> benar, tapi boleh dong, KARENA AKU BERPRINSIP TUHAN ITU SATU
TAPI ADA DIMANA-MANA DAN DAPAT DIPANGGIL DENGAN BANYAK NAMA, setuju kan
Pak?<br />
<br />
<b>ASK: </b>pasti setuju, karena di Hindu memang demikian, kalau boleh bercanda, apakah Mbak percaya pada reinkarnasi?<br />
<br />
<b>Tri Utami:</b> percaya, emang kenapa Pak??<br />
<br />
<b>ASK: </b>karena saya melihat bahwa Mbak, seharunya menjadi Bikuni, kok
malah jadi penyayi, ha ha ha , baik lah jika memang ingin, meditasi
dengan mantram Gayatri harus mengikuti beberapa cara yang telah
ditentukan seperti waktu yang baik pagi hari Brahma (Muhurtum) jam 3.30
dan sore hari (Sandhya Kala) jam 18.00 s/d 20.00<br />
<br />
<b>Tri Utami:</b> apakah ada ketentuan, arah menghadap?<br />
<br />
<b>ASK:</b> ada Mbak, seperti yang saya katakana, di dalam Hindu itu lengkap, tapi banyak teman kami yang tidak mau mengikutinya,<br />
Pagi hari menghadap matahari terbit (Timur), siang hari menghadap Utara, dan sore hari menghadap mata hari terbenam (Barat)<br />
<b><br />
Tri Utami: </b>apa yang akan aku dapat jika aku menekuninya?<br />
<br />
<b>ASK: </b>Mantram Gayatry akan melahirkan tiga hal jika dilakoni sebagai:<br />
<br />
MANTRA = akan menambah kekuatan pikiran dan kebijaksanaan<br />
STOTRA = sebagai permohonan dan persembahan kepada Tuhan untuk kepentingan dharma agama, keluarga dan dharma negara<br />
KAVACA = sebagai senjata pelindung bagi kelanggengan dan keharmonisan hidup di kehidupan ini dan kehidupan yang akan datang<br />
<br />
<b>Tri Utami: </b>dari mana Bapak dapatkan semua penjelasan ini??<br />
<br />
<b>ASK: </b>dari berbagai buku, serta wejangan para Guru Suci saya di India.<br />
<br />
<b>Tri Utami: </b>kapan Guruji akan mengadakan Dhiksa, mohon agar
memberitaukanku, karena aku pasti ikut semoga waktunya tidak bentrok
dengan jadwalku<br />
<br />
<b>ASK:</b> baik, tapi kalau masih memanggilku dengan Guruji, maka aku tidak
akan men-Dhiksa Mbak, Ha – ha ha, dan ngomong–ngomong, boleh kah
percakapan kita ini aku muat di Media Hindu, biar banyak yang
termotipasi?<br />
<br />
<b>Tri Utami: </b>silakan, yang penting aku dikirimi majalahnya, dan sebagai
ungkapan terima kasih saya pada bapak A.S.Kobalen yang telah
benar–benar memberikan lebih dari apa yang aku cari selama ini, dengan
memberikan buku karanganku yang berjudul Karmapala, dan kalau boleh aku
juga minta tulisan–tulisan Bapak kalau ada.<br />
<br />
<b>ASK: </b>baik Bu, dan sebuah buku terbaru terbitan Media Hindu berjudul
Spiritual Hindu untuk Kehidupan Modern dan beberapa Majala Media Hindu
akan saya usahakan, semoga Ibu senang menerimanya<br />
<br />
<i>Percakapan ini kami tutup tanggal 29 seusai acara Dharma Shanti
Nasional melalui acara pemberian buku–buku yang kami sebutkan tadi oleh
perwakilan Media Hindu Bapak Putu Suarsana.<br />
<br />
</i><br />
<a data-rapid_p="1" href="http://www.youtube.com/watch?v=PI9pc2Zdjbk" rel="nofollow" target="_blank"></a>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00484948274410051141noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7337763800166907089.post-69480379108040828612014-10-21T18:58:00.001-07:002014-10-21T18:58:22.201-07:00Kata Bijak Hindu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCOAhRondke1AsdFmSeMgvW557OCEQ3Cd2GYfC8GJegTCV5_rJZoGq8JaVY8SN1jhAH3EstKZgNzb_ZTs1UX4KS23eNi3fWh_XTQHhh066qLQrJub7Hr7Qd68Y3antluWKBBfTTZqPXxrm/s1600/textgram_1411561795.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCOAhRondke1AsdFmSeMgvW557OCEQ3Cd2GYfC8GJegTCV5_rJZoGq8JaVY8SN1jhAH3EstKZgNzb_ZTs1UX4KS23eNi3fWh_XTQHhh066qLQrJub7Hr7Qd68Y3antluWKBBfTTZqPXxrm/s1600/textgram_1411561795.png" height="400" width="400" /></a></div>
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00484948274410051141noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7337763800166907089.post-51834804869400152672014-10-21T18:55:00.002-07:002014-10-21T18:55:46.038-07:00Kata Bijak Hindu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKrmOKnXSDNsYD9akgPVVsdGORzvolVkL35Xpj0qgL84PrQIFkA6wvezjDlPlghc_RbhnOwJmzp1goAn95dTuqOgQExT2H_mbsPzezt7rs3Jb3lMEWR87_Gggzm2HNDtU1cSL6UyDLpS3N/s1600/textgram_1411561571.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKrmOKnXSDNsYD9akgPVVsdGORzvolVkL35Xpj0qgL84PrQIFkA6wvezjDlPlghc_RbhnOwJmzp1goAn95dTuqOgQExT2H_mbsPzezt7rs3Jb3lMEWR87_Gggzm2HNDtU1cSL6UyDLpS3N/s1600/textgram_1411561571.png" height="400" width="400" /></a></div>
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00484948274410051141noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7337763800166907089.post-81674234066390336752014-10-21T18:35:00.000-07:002014-10-21T18:35:15.487-07:00Kata Bijak Hindu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhouttQISO2xS92lMPWzwY9Mq_MEN_T-mUWoZzBSE8rY2cbQ5tGu7miHlCHVDPBYciKOsoNVHRoNZEgpVrq65ChdFdxXdUabmU7PrsulxMJgeFEv8SbuUDfD8nFovagysalf0xKEvtbF_a0/s1600/textgram_1411561257.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhouttQISO2xS92lMPWzwY9Mq_MEN_T-mUWoZzBSE8rY2cbQ5tGu7miHlCHVDPBYciKOsoNVHRoNZEgpVrq65ChdFdxXdUabmU7PrsulxMJgeFEv8SbuUDfD8nFovagysalf0xKEvtbF_a0/s1600/textgram_1411561257.png" height="400" width="400" /></a></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00484948274410051141noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7337763800166907089.post-69985365349385660242014-10-21T18:06:00.003-07:002014-10-21T18:06:47.979-07:00Kata Bijak Hindu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCPgFEEL0N7UgdEX85iMPSSDU25w971LY06wbRipWHTsw8_ZR-Ja4fq9tpBqMSrvnkyQW16TS3wzeR-ZtWBAYccYPEujpja2A_H2l4W3LwIW5ORvj5AG_lzko2LPPwAoGgoSOgXFMU4gQh/s1600/textgram_1411561032.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCPgFEEL0N7UgdEX85iMPSSDU25w971LY06wbRipWHTsw8_ZR-Ja4fq9tpBqMSrvnkyQW16TS3wzeR-ZtWBAYccYPEujpja2A_H2l4W3LwIW5ORvj5AG_lzko2LPPwAoGgoSOgXFMU4gQh/s1600/textgram_1411561032.png" height="400" width="400" /></a></div>
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/00484948274410051141noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7337763800166907089.post-62715669656562958132014-10-03T01:17:00.000-07:002014-10-03T01:17:29.524-07:00Doa Hindu Sehari-hari Setelah Masak (Ngejot)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXgbZNYSccaDt43a6s2jSoTwh7iiEwKhyphenhyphenNy6yGuCINTnX9fDTZ6C1jNrQyONKc3GW17Fv9kNXVwdQULatEELlKKH39S7_jGPIYsEXG4eddEQt5KTWDFJs2UhcI7-7Y6FAsrbPIgr_do2g/s1600/aum.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXgbZNYSccaDt43a6s2jSoTwh7iiEwKhyphenhyphenNy6yGuCINTnX9fDTZ6C1jNrQyONKc3GW17Fv9kNXVwdQULatEELlKKH39S7_jGPIYsEXG4eddEQt5KTWDFJs2UhcI7-7Y6FAsrbPIgr_do2g/s1600/aum.png" height="216" width="320" /></a></div>
<br />
Om Swastiastu,<br />
<br />
Kali ini saya akan membagi kumpulan Doa Hindu Sehari-hari yang biasa digunakan oleh keluarga setiap hari (biasanya pagi) setelah mereka selesai memasak, kalo di Bali dikenal dengan istilah "Ngejot".<br />
<br />
<a name='more'></a><br /><br />
Berikut adalah Mantra sederhana yang di gunakan pada hari-hari biasa ( bukan rainan/hari suci).<br />
<br />
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<b><i>1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></i></b><b><i>Di Dapur</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Tempat Beras</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
Doa : <b><i>Om Sri Dewya Namah Swaha</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai penguasa Amertha, hamba bersujud pada-Mu.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Kompor / Tungku</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify;">
Doa : <b><i>Om Sang Hyang Tri Agni Ya Namah Swaha</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 78pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
Arti
: Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Agni, sebagai penguasa penerang
dalam kegelapan, sebagai sumber energi bagi kehidupan, hamba bersujud
pada-Mu.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 78pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
c.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Tempat Air</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify;">
Doa : <b><i>Om Gangga Dewya Namah Swaha</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 78pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Dewi Gangga, hamba bersujud pada-Mu.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 78pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
d.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Pelangkiran</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify;">
Doa : <b><i>Om Dewa Datta Ya Namah Swaha</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 78pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Purusa Predana, sebagai sumber dari kehidupan, hamba bersujud pada-Mu.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 78pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<b><i>2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></i></b><b><i>Di Sumur</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
Doa : <b><i>Om Ung Wisnu Ya Namah Swaha</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 2cm; text-align: justify; text-indent: -35.4pt;">
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Wisnu, penguasa Air kehidupan, hamba bersujud pada-Mu.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 2cm; text-align: justify; text-indent: -35.4pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<b><i>3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></i></b><b><i>Lubang Saluran Air Limbah</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
Doa : <i><b>Ih Sang Kala Sumungsang Ya Namah</b></i></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 2cm; text-align: justify; text-indent: -35.4pt;">
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Kala Sumungsang, hambaa bersujud pada-Mu.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 2cm; text-align: justify; text-indent: -35.4pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<b><i>4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></i></b><b><i>Di Merajan</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Kemulan</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
Doa : <b><i>Om Ang, Ung, Mang Paduka Guru Ya Namah Swaha</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 78pt; text-align: justify; text-indent: -2cm;">
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud Wijaksara Ang-Ung-Mang atau Tri Guru, hamba bersujud pada-Mu.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 78pt; text-align: justify; text-indent: -2cm;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Taksu</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify;">
Doa : <b><i>Om Ang, Ung, Mang Paduka Guru Ya Namah Swaha</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 78pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud Wijaksara Ang-Ung-Mang atau Tri Guru, hamba bersujud pada-Mu.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 78pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
c.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Sri Sedana</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify;">
Doa : <b><i>Om Kuwera Dewa Ya Namah Swaha</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 78pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Sang Hyang Kuwera, sebagai penguasa kekayaan, hamba bersujud pada-Mu.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
d.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Tugu Capah</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify;">
Doa : <b> <i>Om Sang Hyang Durga Maya Ya Namah</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 78pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud Durgamaya sebagai saktinya Siwa, penguasa atau dari Butha Kala, hamba bersujud kepada-Mu.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 78pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
e.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Penglurah</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify;">
Doa : <b> <i>Om Anglurah Agung Bhagawan Penyarikan Ya Namah Swaha</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 78pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
Arti
: Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Anglurah sebagai perantara bagi
Sang Anembah dengan Sang Kasembah, hamba bersujud kepada-Mu.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 78pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<b><i>5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></i></b><b><i>Tugu Penunggun Karang</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify;">
Doa : <b> <i>Om Ang, Ung, Mang Paduka Guru Ya Namah Swaha</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 63.8pt; text-align: justify; text-indent: -42.5pt;">
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud Wijaksara Ang-Ung-Mang atau Tri Guru, hamba bersujud pada-Mu.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 63.8pt; text-align: justify; text-indent: -42.5pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<b><i>6.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></i></b><b><i>Pengijeng</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify;">
Doa : <b><i>Om Sang Hyang Indra Blaka Ya Namah Swaha</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 63.8pt; text-align: justify; text-indent: -42.5pt;">
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud sebagai penguasa alam, hamba bersujud pada-Mu.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 63.8pt; text-align: justify; text-indent: -42.5pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<b><i>7.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></i></b><b><i>Pengadang-adang</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify;">
Doa : <b><i>Om Sang Maha Kala, Nandikala Boktya Namah</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 63.8pt; text-align: justify; text-indent: -42.5pt;">
Arti : Ya Tuhan, Nandi Kala sebagai penjaga pintu masuk, hamba menghaturkan persembahan semoga berkenan.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 63.8pt; text-align: justify; text-indent: -42.5pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<b><i>8.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></i></b><b><i>Pintu Masuk</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify;">
Doa : <b><i>Om Sang Hana Dora Kala Ya Namah</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 63.8pt; text-align: justify; text-indent: -42.5pt;">
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Dorakala, hamba bersujud kepada-Mu.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 63.8pt; text-align: justify; text-indent: -42.5pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<b><i>9.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></i></b><b><i>Tempat Ari-Ari</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify;">
Doa : <i><b>Ih, Anta, Preta, Bhuta, Kala Dengen, Ya Namah</b></i></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 63.8pt; text-align: justify; text-indent: -42.5pt;">
Arti : Ya Anta, Preta. Butha, Kala Dengen hamba bersujud pada-Mu.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 63.8pt; text-align: justify; text-indent: -42.5pt;">
</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 63.8pt; text-align: justify; text-indent: -42.5pt;">
</div>
<br />
<br />
Berikut adalah Mantra sederhana yang di gunakan saat-saat Hari Suci (Rainan), Mantra-nya sama dengan yang diatas, tetapi hanya dilengkapi dengan <b>Segehan</b> saja.<br />
<br />
<br />
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<b><i>1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></i></b><b><i>Di Dapur</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Tempat Beras</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
Doa : <b><i>Om Sri Dewya Namah Swaha</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai penguasa Amertha, hamba bersujud pada-Mu.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Kompor / Tungku</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify;">
Doa : <b><i>Om Sang Hyang Tri Agni Ya Namah Swaha</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 78pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
Arti
: Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Agni, sebagai penguasa penerang
dalam kegelapan, sebagai sumber energi bagi kehidupan, hamba bersujud
pada-Mu.<br />
Segehan : Merah<br />
Doa : <b><i>Ih, Sang Kala Agni Boktya Namah </i></b><br />
Arti : Ya Sang Kala Agni, semoga Agni selalu memberi penerangan dan energi dalam kehidupan. </div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 78pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
c.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Tempat Air</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify;">
Doa : <b><i>Om Gangga Dewya Namah Swaha</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 78pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Dewi Gangga, hamba bersujud pada-Mu.<br />
Segehan : Hitam<br />
Doa : <b><i>Ih, Sanh Bhuta Gora Boktya Namah</i></b><br />
Arti : Ya Sang Butha Gora, penguasa air, semoga selalu memberikan kesejukan dan sumber amertha dalam kehidupan. </div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 78pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
d.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Pelangkiran</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify;">
Doa : <b><i>Om Dewa Datta Ya Namah Swaha</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 78pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Purusa Predana, sebagai sumber dari kehidupan, hamba bersujud pada-Mu.<br />
Segehan : Putih-kuning<br />
Doa : <i><b>Ih, Kala Kali boktya Namah</b></i><br />
Arti : Ya Kala Kali, hamba menghaturkan persembahan padamu, semoga berkenan. </div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 78pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<b><i>2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></i></b><b><i>Di Sumur</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
Doa : <b><i>Om Ung Wisnu Ya Namah Swaha</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 2cm; text-align: justify; text-indent: -35.4pt;">
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Wisnu, penguasa Air kehidupan, hamba bersujud pada-Mu.<br />
Segehan : Hitam<br />
Doa : <i><b>Ih, Sang Bhuta Gora Boktya Namah</b></i><br />
Arti : Ya Sang Bhuta Gora, hamba mengaturkan persembahan, semoga berkenan. </div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 2cm; text-align: justify; text-indent: -35.4pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<b><i>3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></i></b><b><i>Lubang Saluran Air Limbah</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
Doa : <i><b>Ih Sang Kala Sumungsang Ya Namah</b></i></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 2cm; text-align: justify; text-indent: -35.4pt;">
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Kala Sumungsang, hambaa bersujud pada-Mu.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 2cm; text-align: justify; text-indent: -35.4pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<b><i>4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></i></b><b><i>Di Merajan</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Kemulan</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
Doa : <b><i>Om Ang, Ung, Mang Paduka Guru Ya Namah Swaha</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 78pt; text-align: justify; text-indent: -2cm;">
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud Wijaksara Ang-Ung-Mang atau Tri Guru, hamba bersujud pada-Mu.<br />
Segehan : Putih-kuning<br />
Doa : <i><b>Ih, Sang Tiga Bucari Boktya Namah</b></i><br />
Arti : Ya Sang Tiga Bucari, Bhuta Bucari, Durga Bucari, hamba menghaturkan persembahan, semoga berkenan. </div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 78pt; text-align: justify; text-indent: -2cm;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Taksu</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify;">
Doa : <b><i>Om Ang, Ung, Mang Paduka Guru Ya Namah Swaha</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 78pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud Wijaksara Ang-Ung-Mang atau Tri Guru, hamba bersujud pada-Mu.<br />
Segehan : Putih-kuning<br />
Doa : <i><b>Ih, Ang Khang Kasolkaya Sarwa Bhuta Boktya Namah</b></i><br />
Arti : Ya Bhuta Bhuti dalam wujud Mu sebagai Purusa Predana, hamba menghaturkan persembahan, semoga berkenan. </div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 78pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
c.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Sri Sedana</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify;">
Doa : <b><i>Om Kuwera Dewa Ya Namah Swaha</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 78pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Sang Hyang Kuwera, sebagai penguasa kekayaan, hamba bersujud pada-Mu.<br />
Segehan : Putih-kuning<br />
Doa :<br />
Arti : Ih, Sang Kala Goncang, sebagai penjaga kekayaan, hamba menghaturkan persembahan, semoga berkenan. </div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
d.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Tugu Capah</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify;">
Doa : <b> <i>Om Sang Hyang Durga Maya Ya Namah</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 78pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud Durgamaya sebagai saktinya Siwa, penguasa atau dari Butha Kala, hamba bersujud kepada-Mu.<br />
Segehan : Brumbun<br />
Doa : <i><b>Ih, Sang Kala Maya Boktya Namah</b></i><br />
Arti : Ya Sang Bhuta Kala Maya, hamba mengaturkan persembahan, semoga berkenan. </div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 78pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
e.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Penglurah</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 35.45pt; text-align: justify;">
Doa : <b> <i>Om Anglurah Agung Bhagawan Penyarikan Ya Namah Swaha</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 78pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
Arti
: Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Anglurah sebagai perantara bagi
Sang Anembah dengan Sang Kasembah, hamba bersujud kepada-Mu.</div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 78pt; text-align: justify; text-indent: -42.55pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<b><i>5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></i></b><b><i>Tugu Penunggun Karang</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify;">
Doa : <b> <i>Om Ang, Ung, Mang Paduka Guru Ya Namah Swaha</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 63.8pt; text-align: justify; text-indent: -42.5pt;">
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud Wijaksara Ang-Ung-Mang atau Tri Guru, hamba bersujud pada-Mu.<br />
Segehan : Hitam-putih<br />
Doa : <i><b>Ih, Bhuta Preta Boktya Namah</b></i><br />
Arti : Ya Sang Bhuta Preta, hamba mengaturkan persembahan, semoga berkenan. </div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 63.8pt; text-align: justify; text-indent: -42.5pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<b><i>6.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></i></b><b><i>Pengijeng</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify;">
Doa : <b><i>Om Sang Hyang Indra Blaka Ya Namah Swaha</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 63.8pt; text-align: justify; text-indent: -42.5pt;">
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud sebagai penguasa alam, hamba bersujud pada-Mu.<br />
Segehan : Brunbun </div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 63.8pt; text-align: justify; text-indent: -42.5pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<b><i>7.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></i></b><b><i>Pengadang-adang</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify;">
Doa : <b><i>Om Sang Maha Kala, Nandikala Boktya Namah</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 63.8pt; text-align: justify; text-indent: -42.5pt;">
Arti : Ya Tuhan, Nandi Kala sebagai penjaga pintu masuk, hamba menghaturkan persembahan semoga berkenan.<br />
Segehan: Brunbun </div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 63.8pt; text-align: justify; text-indent: -42.5pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<b><i>8.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></i></b><b><i>Pintu Masuk</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify;">
Doa : <b><i>Om Sang Hana Dora Kala Ya Namah</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 63.8pt; text-align: justify; text-indent: -42.5pt;">
Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Dorakala, hamba bersujud kepada-Mu.<br />
Segehan: Brumbun<br />
Doa : <i><b>Ih, Sang Kala Ngadang Boktya Namah</b></i><br />
Arti : Ya Sang Kala Ngadang, hamba mengaturkan persembahan, semoga berkenan. </div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 63.8pt; text-align: justify; text-indent: -42.5pt;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<b><i>9.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></i></b><b><i>Tempat Ari-Ari</i></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 21.3pt; text-align: justify;">
Doa : <i><b>Ih, Anta, Preta, Bhuta, Kala Dengen, Ya Namah</b></i></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left: 63.8pt; text-align: justify; text-indent: -42.5pt;">
Arti : Ya Anta, Preta. Butha, Kala Dengen hamba bersujud pada-Mu.</div>
<br />
<br />
Berikut adalah Mantra tambahan untuk keluarga yang memiliki Pelinggih yang lengkap.<br />
<ol>
<li>Panglurah Telenging Segara:<br />Doa : <i><b>Ih, Ah Ing Panglurah Telengin Segara ya namah swaha.</b></i><br />Arti : Ya Tuhan, dalam wujud Penglurah Telenging Segara, hamba memuja Mu.<br /></li>
<li>Tugu Penyarikan:<br />Doa : <i><b>Ih, Ah Ing Panglurah Agung ya namah swaha.</b></i><br />Arti : Ya Tuhan, dalam wujud Panglurah Agung, hamba memuja Mu.<br /> </li>
<li>Gedong Hyang:<br />Doa : <b><i>Om Ung Prajapatya namah, Om Mang Mataya namah, Om Tang Prapita ya namah, Om Ing Paramataya ya namah.</i></b><br />Arti : Ya Tuhan, dalam wujud Mu sebagai Prajapati, Mataya, Prapita, Paramataya, hamba bersujud dihadapan Mu.<br /> </li>
<li>Pelinggih Menjangan Saluwang:<br />Doa : <i><b>Om Ah Sukla Dewi Maha Laksmi Sri Giri Pati Sukla Pawitrani swaha.</b></i><br />Arti : Ya Tuhan, dalam wujud Dewi Maha Laksmi Sri Giri Pati, hamba menghaturkan sembah sujud kehadapan Mu.<br /> </li>
<li>Gedong Agung:<br />Doa : <i><b>Om Giripati ya namah swaha</b></i><br />Arti : Ya Tuhan, dalam wujud Giripati, hamba bersujud dihadapan Mu.<br /> </li>
<li>Gedong Sari:<br />Doa : <i><b>Om Sri Laksmi Dewi ya namah swaha.</b></i><br />Arti : Ya Tuhan, dalam wujud Dewi Sri Laksmi, hamba bersujud dihadapan Mu.</li>
</ol>
<br />
<br />
<br />Brutal Sickhttp://www.blogger.com/profile/15088106937790878395noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7337763800166907089.post-85143044789162096472014-09-26T20:09:00.000-07:002014-09-26T20:16:33.874-07:00Mahalakshmi (Laxmi) Mantra & Shree Yantra untuk Kekayaan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgonxmGK4e0aJtYkLcZnLZrgfRArMUsrKty8aECFG3jYjvgIN6g574ph8jnYns9c2pp1ZTLzCUhVmlcIwvymF5EqTKXskrfHkDfXxhkWCzLTgD2c59CFHYBR43W0IvtV3TkIosrgEtudq8/s1600/devi+lakshmi.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgonxmGK4e0aJtYkLcZnLZrgfRArMUsrKty8aECFG3jYjvgIN6g574ph8jnYns9c2pp1ZTLzCUhVmlcIwvymF5EqTKXskrfHkDfXxhkWCzLTgD2c59CFHYBR43W0IvtV3TkIosrgEtudq8/s1600/devi+lakshmi.png" height="320" width="320" /></a></div>
<h3 style="text-align: center;">
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">Om Shreem Hreem Shreem Kamale Kamalaleyi Praseed Praseed Om Shreem Hreem Shreem Mahalaxmiyei Namaha </span></span></h3>
<h3>
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps"></span></span></h3>
<div style="text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: center;">
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps"><b>( Ya Tuhan, yang memberikan kehidupan bagi semua ciptaan, mohon limpahkanlah anugrah Mu, dengan menghormati kaki Lotus Mu, kami mohon pada Mu dalam wujud Dewi Laksmi, Saya bersujud pada Mu.)</b></span></span></div>
<br />
<br />
<a name='more'></a><br /><br />
<br />
<span class="" id="result_box" lang="id"><span class="hps">27</span> <span class="hps">Pengulangan</span> <span class="hps atn">(</span><span class="">Ulangi</span> <span class="hps">4</span> <span class="hps">kali</span> <span class="hps">untuk</span> <span class="hps">108</span> <span class="hps">putaran</span> <span class="hps">=</span> <span class="hps">1</span> <span class="hps">mala</span> <span class="hps">=</span> <span class="hps">40</span> <span class="hps">menit</span>) <br /><span class="hps">*</span> <span class="hps">Pagi hari adalah</span> <span class="hps">waktu terbaik untuk</span> <span class="hps">mengucapkan</span>, <span class="hps">terutama setelah</span> <span class="hps">mandi</span>. <span class="hps">Tapi</span> <span class="hps">di malam hari</span> <span class="hps">sebelum makan malam</span>, <span class="hps">atau</span> <span class="hps">3</span> <span class="hps">jam</span> <span class="hps">setelah makan malam</span> <span class="hps">juga ok</span>. <br /><span class="hps">**</span> <span class="hps">Setelah Anda</span> <span class="hps">belajar dengan hati</span>, <span class="hps">hanya</span> <span class="hps">berlatih</span> <span class="hps">pada</span> <span class="hps">mala</span>, terutama <span class="hps">benih</span> <span class="hps">teratai</span> <span class="hps">satu</span><span class="">,</span> <span class="hps">dan itu</span> <span class="hps">akan memakan waktu sekitar</span> <span class="hps">30</span> <span class="hps">menit untuk melakukan</span> <span class="hps">+/-</span> <span class="hps">1</span> <span class="hps">mala</span> <span class="hps">hari</span>. <br /><br /><span class="hps">*</span> <span class="hps">Jika Anda</span> <span class="hps">membaca mantra</span> <span class="hps">ini setiap hari</span> <span class="hps">kekhawatiran keuangan</span> <span class="hps">108</span> <span class="hps">kali</span>, <span class="hps">masalah</span> <span class="hps">akan</span> <span class="hps">pergi</span>. <br /><span class="hps">**</span> <span class="hps">Ibadah</span> <span class="hps">harian</span> <span class="hps">mantra</span> <span class="hps">ini membantu</span> <span class="hps">dalam mencapai</span> <span class="hps">Siddhi</span>. <span class="hps">*</span> <span class="hps">Siddhi</span> <span class="hps">biasanya didefinisikan sebagai</span> <span class="hps atn">"</span><span class="">kekuatan magis</span> <span class="hps">atau</span> <span class="hps">spiritual</span> <span class="hps">untuk kontrol</span> <span class="hps">diri</span>, <span class="hps">orang lain dan</span> <span class="hps">kekuatan alam</span>." <br /><br /><span class="hps atn">"</span>Juga <span class="hps">untuk memecahkan kekhawatiran</span> <span class="hps">keuangan</span> <span class="hps">Anda</span>, <span class="hps">mengalami</span> <span class="hps">keajaiban</span> <span class="hps">dalam waktu</span> <span class="hps">90 hari</span>. <span class="hps">Terbukti</span> <span class="hps">sangat efektif</span><span class="">.</span> <span class="hps">Melimpahkan</span> <span class="hps">Anda</span> <span class="hps">dengan</span> <span class="hps">banyak uang</span> <span class="hps">dan</span> <span class="hps">kekayaan dari</span> <span class="hps">sumber yang tak terduga</span><span class="">.</span> <span class="hps atn">[</span>Terutama <span class="hps">ketika menggunakan</span> <span class="hps">dengan</span> <span class="hps">baik</span> <span class="hps">Shree</span> <span class="hps">Lakshmi</span> <span class="hps">atau</span> <span class="hps">/</span> <span class="hps">Laxmi</span> <span class="hps">Yantra</span>]</span><br />
<br />
Download mantra ini dalam format Mp3.... <a href="https://www.dropbox.com/s/h7jehose9ge470l/Mahalakshmi%20Mantra%20for%20Wealth.mp3?dl=0" rel="nofollow" target="_blank">disini!!</a>Brutal Sickhttp://www.blogger.com/profile/15088106937790878395noreply@blogger.com2